Senin, 06 Januari 2025

TNI AL Akan Perbanyak Alutsista Tanpa Awak

🛩  Program MEF menjadi Optimum Essential Force 12 drone UCAV ANKA akan digunakan tiga matra, 6 UCAV untuk TNI Angkatan Udara, 3 UCAV untuk TNI Angkatan Darat, dan 3 UCAV untuk TNI Angkatan Laut. (TAI)

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali mengungkapkan TNI AL berencana memperbanyak alat utama sistem persenjataan (alutsista) tanpa awak atau unmanned system.

Hal in merespons perubahan standar konsep strategis dalam pertahanan nasional dari kekuatan pokok minimum atau Minimum Essential Force (MEF) menjadi Optimum Essential Force yang harus dimiliki oleh TNI untuk menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa.

Untuk MEF kan program lama, ya. Semenjak pak Prabowo jadi Menteri Pertahanan (Menhan), beliau mengubah MEF jadi Optimum Essential Force, harapannya akan ada perubahan dalam konsep peperangan,” ungkap Ali di Jakarta, Jumat (3/1).

Menurutnya, perubahan konsep peperangan tersebut diperlukan karena mengacu pada cara bertempur yang saat ini terjadi di Ukraina-Rusia dan sejumlah negara di Timur Tengah yang tidak lagi menggunakan strategi konvensional.

Perubahan konsep peperangan ini sebagaimana kita ketahui apa yang terjadi di Ukraina maupun di Timur Tengah, maupun di Laut Merah, maka konsep itu menjadi berubah, tidak seperti perang konvensional dahulu,” kata Ali.

Uji coba VTOL drone di KRI Semarang 594 (Puspenerbal))

Oleh karena itu, pengadaan alutsista tanpa awak yang didukung teknologi sensor canggih sangat dibutuhkan untuk memperkuat TNI, terutama angkatan laut.

Sekarang unmanned system itu sangat berpengaruh, sensor-sensor jarak jauh itu juga sangat diperlukan. Untuk itu maka kita akan membuat kajian ulang untuk seperti apa Optimum Esential Force itu nantinya,” jelasnya.

Harapannya dengan konsep terbaru ini maka kebutuhan alutsista juga akan berubah, mungkin unmanned system itu akan semakin diutamakan. Unmanned ini tidak hanya untuk udara, tapi juga ada underwater unmanned vehicle (UUV), ada autonomous, dan berbagai macam persenjataan yang baru,” sambungnya.

Selain itu, Ali juga menyebutkan kebutuhan untuk memiliki rudal jarak jauh dan hipersonik dalam menghadapi perubahan konsep peperangan konvesional menjadi hybrid warfare.

Kebutuhan rudal-rudal jarak jauh juga rudal-rudal hypersonic ini sangat diperlukan dan ini merubah konsep peperangan yang dulu sangat konvensional menjadi peperangan baru, hybrid warfare. Kita harapkan nanti kajian ini segera jadi, maka kebutuhan alutsista itu akan mengikuti kajian tersebut,” pungkasnya. (at)

  🛩
IDM  

Minggu, 05 Januari 2025

KSAL Sebut Fregat Merah Putih Akan Gantikan Kelas Ahmad Yani

💥 Bukan PPA(Dispenal)

Pembangunan dua unit fregat merah putih yang saat ini tengah dikerjakan oleh galangan kapal dalam negeri, PT PAL Indonesia, akan menggantikan operasional fregat kelas Van Speijk atau Ahmad Yani.

Sebelumnya, disebutkan pengadaan dua unit kapal patroli multiguna atau Pattugliatore Polivalente d’Altura (PPA) dari Italia digadang-gadang untuk menggantikan fregat kelas Ahmad Yani di artileri persenjataan angkatan laut (arsenal) yang usianya tidak muda lagi.

Apakah PPA ini menggantikan kelas Ahmad Yani?Belum, ya. Kelas Ahmad Yani ini sebagian masih kita gunakan, karena selain dari PPA Italia, kita juga akan memproduksi fregat dari PT PAL Indonesia, yaitu fregat merah putih,” kata Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali, Jakarta, Jumat (3/1).

Nantinya, lanjut Ali, kehadiran dua fregat merah putih produksi dalam negeri akan menggantikan fregat kelas Ahmad Yani secara bertahap, bukan sekaligus untuk di-nonaktifkan, karena dia menilai jumlah unit kapal perang eks Belanda itu masih cukup dalam menjaga perairan Indonesia.

Kalau misalnya dua (fregat merah putih) datang, nanti dua (fregat Van Speijk) akan di-nonaktifkan. Jadi, ini dilaksanakan secara bertahap sehingga jumlahnya masih tetap bisa mencukupi dan menjaga perairan kita,” lanjutnya.

Mengutip dari berbagai sumber, dari ke-6 fregat kelas Ahmad Yani yang dimiliki oleh TNI AL, saat ini hanya tersisa 5 unit kapal yang masih beroperasi. Adapun satu kapal yang pensiun adalah KRI Slamet Riyadi-352 sementara lainnya tersisa KRI Ahmad Yani-351, KRI Yos Sudarso-353, KRI Oswald Siahaan-354, KRI Abdul Halim Perdanakusuma-355, dan KRI Karel Satsuitubun-356.

Kemudian, kelas Ahmad Yani juga sebenarnya ada beberapa yang masih tetap kita aktifkan, karena dia sebagai kapal pengangkut pesawat nirawak atau drone (UAV)yang kita miliki. Ada beberapa yang tetap kita pertahankan,” kata Ali.

Dalam doktrin perang di laut, keberadaan kapal perang jenis fregat sangat menentukan. Fregat tidak didedikasikan untuk pasukan pendarat dan berada di atas kelas korvet serta di bawah kelas destroyer.

Dengan ukurannya yang menengah dari sisi dimensi dan tonase, dia mampu menjadi pangkalan udara terapung, pijakan peluncuran peluru kendali permukaan dan bawah laut, penginderaan, intelijen (peluncuran tim pasukan khusus), dan pengamatan, hingga “jangkar” eksistensi angkatan laut di perairan. (at)
 

  👷 IDM  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...