🛩 Program MEF menjadi Optimum Essential Force 12 drone UCAV ANKA akan digunakan tiga matra, 6 UCAV untuk TNI Angkatan Udara, 3 UCAV untuk TNI Angkatan Darat, dan 3 UCAV untuk TNI Angkatan Laut. (TAI)
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali mengungkapkan TNI AL berencana memperbanyak alat utama sistem persenjataan (alutsista) tanpa awak atau unmanned system.
Hal in merespons perubahan standar konsep strategis dalam pertahanan nasional dari kekuatan pokok minimum atau Minimum Essential Force (MEF) menjadi Optimum Essential Force yang harus dimiliki oleh TNI untuk menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa.
“Untuk MEF kan program lama, ya. Semenjak pak Prabowo jadi Menteri Pertahanan (Menhan), beliau mengubah MEF jadi Optimum Essential Force, harapannya akan ada perubahan dalam konsep peperangan,” ungkap Ali di Jakarta, Jumat (3/1).
Menurutnya, perubahan konsep peperangan tersebut diperlukan karena mengacu pada cara bertempur yang saat ini terjadi di Ukraina-Rusia dan sejumlah negara di Timur Tengah yang tidak lagi menggunakan strategi konvensional.
“Perubahan konsep peperangan ini sebagaimana kita ketahui apa yang terjadi di Ukraina maupun di Timur Tengah, maupun di Laut Merah, maka konsep itu menjadi berubah, tidak seperti perang konvensional dahulu,” kata Ali.
Uji coba VTOL drone di KRI Semarang 594 (Puspenerbal))
Oleh karena itu, pengadaan alutsista tanpa awak yang didukung teknologi sensor canggih sangat dibutuhkan untuk memperkuat TNI, terutama angkatan laut.
“Sekarang unmanned system itu sangat berpengaruh, sensor-sensor jarak jauh itu juga sangat diperlukan. Untuk itu maka kita akan membuat kajian ulang untuk seperti apa Optimum Esential Force itu nantinya,” jelasnya.
“Harapannya dengan konsep terbaru ini maka kebutuhan alutsista juga akan berubah, mungkin unmanned system itu akan semakin diutamakan. Unmanned ini tidak hanya untuk udara, tapi juga ada underwater unmanned vehicle (UUV), ada autonomous, dan berbagai macam persenjataan yang baru,” sambungnya.
Selain itu, Ali juga menyebutkan kebutuhan untuk memiliki rudal jarak jauh dan hipersonik dalam menghadapi perubahan konsep peperangan konvesional menjadi hybrid warfare.
“Kebutuhan rudal-rudal jarak jauh juga rudal-rudal hypersonic ini sangat diperlukan dan ini merubah konsep peperangan yang dulu sangat konvensional menjadi peperangan baru, hybrid warfare. Kita harapkan nanti kajian ini segera jadi, maka kebutuhan alutsista itu akan mengikuti kajian tersebut,” pungkasnya. (at)
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali mengungkapkan TNI AL berencana memperbanyak alat utama sistem persenjataan (alutsista) tanpa awak atau unmanned system.
Hal in merespons perubahan standar konsep strategis dalam pertahanan nasional dari kekuatan pokok minimum atau Minimum Essential Force (MEF) menjadi Optimum Essential Force yang harus dimiliki oleh TNI untuk menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa.
“Untuk MEF kan program lama, ya. Semenjak pak Prabowo jadi Menteri Pertahanan (Menhan), beliau mengubah MEF jadi Optimum Essential Force, harapannya akan ada perubahan dalam konsep peperangan,” ungkap Ali di Jakarta, Jumat (3/1).
Menurutnya, perubahan konsep peperangan tersebut diperlukan karena mengacu pada cara bertempur yang saat ini terjadi di Ukraina-Rusia dan sejumlah negara di Timur Tengah yang tidak lagi menggunakan strategi konvensional.
“Perubahan konsep peperangan ini sebagaimana kita ketahui apa yang terjadi di Ukraina maupun di Timur Tengah, maupun di Laut Merah, maka konsep itu menjadi berubah, tidak seperti perang konvensional dahulu,” kata Ali.
Uji coba VTOL drone di KRI Semarang 594 (Puspenerbal))
Oleh karena itu, pengadaan alutsista tanpa awak yang didukung teknologi sensor canggih sangat dibutuhkan untuk memperkuat TNI, terutama angkatan laut.
“Sekarang unmanned system itu sangat berpengaruh, sensor-sensor jarak jauh itu juga sangat diperlukan. Untuk itu maka kita akan membuat kajian ulang untuk seperti apa Optimum Esential Force itu nantinya,” jelasnya.
“Harapannya dengan konsep terbaru ini maka kebutuhan alutsista juga akan berubah, mungkin unmanned system itu akan semakin diutamakan. Unmanned ini tidak hanya untuk udara, tapi juga ada underwater unmanned vehicle (UUV), ada autonomous, dan berbagai macam persenjataan yang baru,” sambungnya.
Selain itu, Ali juga menyebutkan kebutuhan untuk memiliki rudal jarak jauh dan hipersonik dalam menghadapi perubahan konsep peperangan konvesional menjadi hybrid warfare.
“Kebutuhan rudal-rudal jarak jauh juga rudal-rudal hypersonic ini sangat diperlukan dan ini merubah konsep peperangan yang dulu sangat konvensional menjadi peperangan baru, hybrid warfare. Kita harapkan nanti kajian ini segera jadi, maka kebutuhan alutsista itu akan mengikuti kajian tersebut,” pungkasnya. (at)
🛩 IDM