✈️ Jika Tak Sesuai Spesifikasi✈️ Pesawat TNI AU [TNI AU]
Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, menegaskan, Indonesia bisa saja menolak pesawat tempur Sukhoi Su-35 Flanker E bila yang dikirim Rusia tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang diinginkan TNI AU sebagai pengguna.
“Apabila pesawat tempur Sukhoi yang datang tidak sesuai dengan spek yang diminta kepala staf TNI AU, maka saya perintahkan untuk dibatalkan, kalau diterima berarti saya dan kepala staf TNI AU melaksanakan insubkordinasi kepada Presiden Joko Widodo,” kata Nurmantyo, di Cijantung, Jakarta Timur, Selasa.
Dalam keterangan pers Pusat Penerangan TNI, di Jakarta, Selasa, dia katakan itu usai meresmikan pembangunan perumahan, sarana pendidikan dan barak prajurit hasil kerja sama PT BCA Tbk dengan TNI, di Markas Komando Batalion Kavaleri 7/Serbuan Khusus, di Cijantung, Jakarta Timur.
TNI akan membeli 11 unit pesawat tempur Sukhoi Su-35 Flanker E sesuai persyaratan teknis yang diajukan TNI AU.
Laiknya pengadaan oleh instansi negara, pihak pemakai alias operator hanya boleh mengungkapkan spesifikasi teknis dari produk atau sistem yang diinginkan, tanpa sekalipun menyebut merek, tipe, varian, dan sebagainya.
Spesifikasi teknis inilah yang kemudian diajukan kepada negara melalui mekanisme pengadaan yang telah ditentukan. Pelanggaran dalam hal ini bisa berujung pada pemberian sanksi bagi pelaku.
“Dalam rapat terbatas, Presiden Joko Widodo sudah memerintahkan agar pesawat tempur yang dibeli adalah pesawat Sukhoi Su-35 yang siap tempur,” katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan, Sukhoi Su-35 Flanker E yang akan datang sudah dalam kondisi siap tempur dan dilengkapi sistem kesenjataan (peluru kendali udara-ke-udara, udara-ke-darat, bom darat), sistem pendukung, simulator, suku cadang, dan mesin cadangan.
Yang terakhir ini sangat vital karena usia pakai sistem kesenjataan buatan Rusia umum dikenal lebih pendek ketimbang buatan Barat.
“Kalau tidak sesuai dengan spesifikasi jangan diterima. Semoga 11 pesawat Sukhoi yang akan datang sudah dilengkapi sesuai dengan persenjataan yang butuhkan TNI AU, hal ini yang menjadi motivasi TNI dalam membeli pesawat tempur dari Rusia,” kata Nurmantyo.
Terkait pembelian sistem persenjataan TNI, Nurmantyo menjelaskan, selain membeli Sukhoi Su-35 Flanker E dari Rusia, TNI juga sudah membeli pesawat tempur F-16 Fighting Falcon dan helikopter AH-64 Apache dari Boeing, Amerika Serikat, yang semuanya dilengkapi dengan persenjataan.
Secara terpisah, pejabat tinggi di lingkungan TNI juga menyebut-nyebut akan wacana pengadaan pesawat angkut berat C-130J Hercules baru untuk TNI AU. Inilah varian terkini C-130 Hercules yang memiliki flight management system terkini, berbasis glass cockpit dan fly-by-wire system.
Semua sistem persenjataan itu diproses sejak masa pemerintahan Presiden Susilo Yudhoyono, untuk memenuhi skema Kekuatan Esensial Minimum fase II (2014-2019).
Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, menegaskan, Indonesia bisa saja menolak pesawat tempur Sukhoi Su-35 Flanker E bila yang dikirim Rusia tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang diinginkan TNI AU sebagai pengguna.
“Apabila pesawat tempur Sukhoi yang datang tidak sesuai dengan spek yang diminta kepala staf TNI AU, maka saya perintahkan untuk dibatalkan, kalau diterima berarti saya dan kepala staf TNI AU melaksanakan insubkordinasi kepada Presiden Joko Widodo,” kata Nurmantyo, di Cijantung, Jakarta Timur, Selasa.
Dalam keterangan pers Pusat Penerangan TNI, di Jakarta, Selasa, dia katakan itu usai meresmikan pembangunan perumahan, sarana pendidikan dan barak prajurit hasil kerja sama PT BCA Tbk dengan TNI, di Markas Komando Batalion Kavaleri 7/Serbuan Khusus, di Cijantung, Jakarta Timur.
TNI akan membeli 11 unit pesawat tempur Sukhoi Su-35 Flanker E sesuai persyaratan teknis yang diajukan TNI AU.
Laiknya pengadaan oleh instansi negara, pihak pemakai alias operator hanya boleh mengungkapkan spesifikasi teknis dari produk atau sistem yang diinginkan, tanpa sekalipun menyebut merek, tipe, varian, dan sebagainya.
Spesifikasi teknis inilah yang kemudian diajukan kepada negara melalui mekanisme pengadaan yang telah ditentukan. Pelanggaran dalam hal ini bisa berujung pada pemberian sanksi bagi pelaku.
“Dalam rapat terbatas, Presiden Joko Widodo sudah memerintahkan agar pesawat tempur yang dibeli adalah pesawat Sukhoi Su-35 yang siap tempur,” katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan, Sukhoi Su-35 Flanker E yang akan datang sudah dalam kondisi siap tempur dan dilengkapi sistem kesenjataan (peluru kendali udara-ke-udara, udara-ke-darat, bom darat), sistem pendukung, simulator, suku cadang, dan mesin cadangan.
Yang terakhir ini sangat vital karena usia pakai sistem kesenjataan buatan Rusia umum dikenal lebih pendek ketimbang buatan Barat.
“Kalau tidak sesuai dengan spesifikasi jangan diterima. Semoga 11 pesawat Sukhoi yang akan datang sudah dilengkapi sesuai dengan persenjataan yang butuhkan TNI AU, hal ini yang menjadi motivasi TNI dalam membeli pesawat tempur dari Rusia,” kata Nurmantyo.
Terkait pembelian sistem persenjataan TNI, Nurmantyo menjelaskan, selain membeli Sukhoi Su-35 Flanker E dari Rusia, TNI juga sudah membeli pesawat tempur F-16 Fighting Falcon dan helikopter AH-64 Apache dari Boeing, Amerika Serikat, yang semuanya dilengkapi dengan persenjataan.
Secara terpisah, pejabat tinggi di lingkungan TNI juga menyebut-nyebut akan wacana pengadaan pesawat angkut berat C-130J Hercules baru untuk TNI AU. Inilah varian terkini C-130 Hercules yang memiliki flight management system terkini, berbasis glass cockpit dan fly-by-wire system.
Semua sistem persenjataan itu diproses sejak masa pemerintahan Presiden Susilo Yudhoyono, untuk memenuhi skema Kekuatan Esensial Minimum fase II (2014-2019).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.