First time flying to the sky ✈️ CN235 220 MPA pesanan TNI AL [DI] ☆
Badan usaha milik negara industri strategis (BUMNIS) PT DI menampilkan pesawat pesanan TNI AL, CN235 220 MPA uji terbang pertama kali setelah selesai di bangun di Bandung.
Pesawat CN 235 yang di produksi PT DI ada 2 tipe, yakni CN235 220 dan CN 235 220 MPA.
Hingga kini, pesawat tersebut sudah diekspor ke berbagai negara, diantaranya adalah Thailand untuk Royal Thai Police, Senegal dengan Senegal Air Force, Nepal dengan Nepal Army. Khusus untuk tipe CN 235-220, PTDI sudah membuat 68 unit dari total 285 unit yang ada di dunia.
Negara asing dengan pesanan paling banyak adalah Korea Selatan dengan 12 unit, disusul Turki dengan 9 unit, kemudian negara tetangga Malaysia juga tidak ketinggalan dengan membeli 8 unit. Uni Emirat Arab membeli 7 unit. Thailand sebanyak 3 unit, lalu ada Senegal dan Nepal masing-masing sebanyak 1 unit.
Indonesia sejauh ini sudah menggunakan 31 unit pesawat ini.
Direktur Utama Dirgantara Indonesia, Elfien Goentoro mengungkapkan harga CN235 yang dikirim ke Senegal dijual dengan harga US$ 25 juta atau Rp 380,5 miliar, dan yang dijual ke Nepal lebih mahal yakni sekitar US$ 30 juta sekitar Rp 400 miliar karena konfigurasi berbeda.
Berdasarkan data perakitan pesawat PT DI menunjukkan hal positif, untuk CN235 pada 2012 hanya 3 unit, lalu 2019 sebanyak 4 unit, dan 2021 ada 6 unit.
Badan usaha milik negara industri strategis (BUMNIS) PT DI menampilkan pesawat pesanan TNI AL, CN235 220 MPA uji terbang pertama kali setelah selesai di bangun di Bandung.
Pesawat CN 235 yang di produksi PT DI ada 2 tipe, yakni CN235 220 dan CN 235 220 MPA.
Hingga kini, pesawat tersebut sudah diekspor ke berbagai negara, diantaranya adalah Thailand untuk Royal Thai Police, Senegal dengan Senegal Air Force, Nepal dengan Nepal Army. Khusus untuk tipe CN 235-220, PTDI sudah membuat 68 unit dari total 285 unit yang ada di dunia.
Negara asing dengan pesanan paling banyak adalah Korea Selatan dengan 12 unit, disusul Turki dengan 9 unit, kemudian negara tetangga Malaysia juga tidak ketinggalan dengan membeli 8 unit. Uni Emirat Arab membeli 7 unit. Thailand sebanyak 3 unit, lalu ada Senegal dan Nepal masing-masing sebanyak 1 unit.
Indonesia sejauh ini sudah menggunakan 31 unit pesawat ini.
Direktur Utama Dirgantara Indonesia, Elfien Goentoro mengungkapkan harga CN235 yang dikirim ke Senegal dijual dengan harga US$ 25 juta atau Rp 380,5 miliar, dan yang dijual ke Nepal lebih mahal yakni sekitar US$ 30 juta sekitar Rp 400 miliar karena konfigurasi berbeda.
Berdasarkan data perakitan pesawat PT DI menunjukkan hal positif, untuk CN235 pada 2012 hanya 3 unit, lalu 2019 sebanyak 4 unit, dan 2021 ada 6 unit.
🛩 Indonesia Teknologi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.