Diminati pemerintah AcehN219 PTDI ☆
Gubernur Aceh Nova Iriansyah, menjadi salah satu pembicara utama dalam webinar tentang pemanfaatan Pesawat N219, bagi Pemerintah Daerah melalui peningkatan konektivitas udara untuk penumpang dan logistik di bandara perintis. Webinar yang digelar oleh PT. Dirgantara Indonesia (PTDI) itu diikuti beberapa dirjen kementerian/lembaga, beberapa gubernur dan bupati se Indonesia.
Nova Iriansyah mengatakan, Pemerintah Aceh menjadi salah satu daerah yang meminati pesawat produksi dalam negeri ini. “Dengan kesadaran banyaknya pulau kecil, Pemerintah Aceh telah membuat kerja sama dengan PTDI,” kata Nova, Selasa 7/9/2021.
Ada beberapa alasan lain di samping sebatas moda angkutan, kenapa Pesawat N-219 cocok Aceh. Pertama adalah untuk memenuhi sikap kesiagaan bencana. Di mana, Aceh sangat rawan bencana. Setengah wilayah Aceh berada di Sesar Sumatera dan berakhir tepat di bawah Kota Banda Aceh. Keberadaan Sesar Sumatera sangat berbahaya karena potensi gempabumi sangatlah besar. Karenanya, keberadaan pesawat perintis dianggap penting untuk menghubungkan kota dengan daerah terluar demi memudahkan penyaluran bantuan, evakuasi Darurat medis dan pengiriman obat-obatan ke berbagai daerah di Aceh.
“Posisi angkutan udara melalui kehadiran N-219 tentu penting dalam memenuhi sikap siaga bencana bagi kita di Aceh,” kata Nova.
Selain itu, lanjut Nova, ada wilayah-wilayah di Aceh yang merupakan dataran tinggi termasuk dataran tinggi Gayo. Banyak komoditas ekonomi di sana. Nova memandang tipe pesawat N-219 akan mempermudah untuk mengangkut komunitas pertanian dari wilayah itu. “Dengan dukungan (N-219) masyarakat dunia bisa mendapatkan komunitas terbaik.”
Selain itu adalah potensi peningkatan pariwisata dan budaya, baik yang berada di dataran tinggi maupun pesisir seperti Simeulue dan Pulau Banyak Aceh Singkil. Panorama maritim di sana, ujar Nova sangatlah luar biasa. Transportasi ke wilayah itu selama ini dilayani kapal ferry.
“Harapan kami dengan hadirnya pesawat PTDI ini akan membuat jalur ke Simeulue dan Singkil lebih lancar sehingga denyut wisata lebih bergairah,” ujar Nova. Bukan hanya mengangkut wisatawan, kehadiran N-219 tentu juga untuk membawa produk unggulan seperti lobster dari Simeulue.
Nova memuji pesawat N-219 sebagai pesawat bermesin tangguh dan punya bobot ringan. “Apalagi ini adalah hasil karya anak bangsa yang harus kita dukung agar bermanfaat bagi kesejahteraan warga terutama yang bermukim di kepulauan,” kata dia. Karena itu, kehadiran N-219 sangat patut diberikan apresiasi. Apalagi pesawat telah mendapatkan sertifikat kelayakan terbang dari DKPPU Kementerian Perhubungan.
“Pesawat ini tidak perlu landasan panjang dan sangat sesuai dengan bandara perintis di Aceh,” ujar Nova.
Sementara itu, Direktur Utama PT. Dirgantara Indonesia, Elfien Goentoro, mengatakan konektivitas udara menjadi tantangan besar Indonesia untuk menghubungkan daerah yang belum terhubung, baik dengan transportasi udara dan transportasi lainnya. Karena itu, kehadiran N-219 yang berkapasitas 19 penumpang sangat penting khususnya untuk penerbangan jarak pendek dan perintis.
“Pesawat N-219 adalah hasil karya anak bangsa yang 44,66 persen komponen dalam negeri,” kata Elfien.
Elfien mengatakan, pemerintah daerah menjadi salah satu target pasar pesawat dari pesawat ini. Dengan adanya peningkatan pembangunan daerah terutama di daerah perintis, demi terwujudnya Indonesia tangguh dan Indonesia tumbuh.
“Pesawat ini menjadi solusi dan gambaran bagi pemerintah daerah dan menjadi awal kebangkitan industri kedirgantaraan Indonesia,” kata Elfien.
Gubernur Aceh Nova Iriansyah, menjadi salah satu pembicara utama dalam webinar tentang pemanfaatan Pesawat N219, bagi Pemerintah Daerah melalui peningkatan konektivitas udara untuk penumpang dan logistik di bandara perintis. Webinar yang digelar oleh PT. Dirgantara Indonesia (PTDI) itu diikuti beberapa dirjen kementerian/lembaga, beberapa gubernur dan bupati se Indonesia.
Nova Iriansyah mengatakan, Pemerintah Aceh menjadi salah satu daerah yang meminati pesawat produksi dalam negeri ini. “Dengan kesadaran banyaknya pulau kecil, Pemerintah Aceh telah membuat kerja sama dengan PTDI,” kata Nova, Selasa 7/9/2021.
Ada beberapa alasan lain di samping sebatas moda angkutan, kenapa Pesawat N-219 cocok Aceh. Pertama adalah untuk memenuhi sikap kesiagaan bencana. Di mana, Aceh sangat rawan bencana. Setengah wilayah Aceh berada di Sesar Sumatera dan berakhir tepat di bawah Kota Banda Aceh. Keberadaan Sesar Sumatera sangat berbahaya karena potensi gempabumi sangatlah besar. Karenanya, keberadaan pesawat perintis dianggap penting untuk menghubungkan kota dengan daerah terluar demi memudahkan penyaluran bantuan, evakuasi Darurat medis dan pengiriman obat-obatan ke berbagai daerah di Aceh.
“Posisi angkutan udara melalui kehadiran N-219 tentu penting dalam memenuhi sikap siaga bencana bagi kita di Aceh,” kata Nova.
Selain itu, lanjut Nova, ada wilayah-wilayah di Aceh yang merupakan dataran tinggi termasuk dataran tinggi Gayo. Banyak komoditas ekonomi di sana. Nova memandang tipe pesawat N-219 akan mempermudah untuk mengangkut komunitas pertanian dari wilayah itu. “Dengan dukungan (N-219) masyarakat dunia bisa mendapatkan komunitas terbaik.”
Selain itu adalah potensi peningkatan pariwisata dan budaya, baik yang berada di dataran tinggi maupun pesisir seperti Simeulue dan Pulau Banyak Aceh Singkil. Panorama maritim di sana, ujar Nova sangatlah luar biasa. Transportasi ke wilayah itu selama ini dilayani kapal ferry.
“Harapan kami dengan hadirnya pesawat PTDI ini akan membuat jalur ke Simeulue dan Singkil lebih lancar sehingga denyut wisata lebih bergairah,” ujar Nova. Bukan hanya mengangkut wisatawan, kehadiran N-219 tentu juga untuk membawa produk unggulan seperti lobster dari Simeulue.
Nova memuji pesawat N-219 sebagai pesawat bermesin tangguh dan punya bobot ringan. “Apalagi ini adalah hasil karya anak bangsa yang harus kita dukung agar bermanfaat bagi kesejahteraan warga terutama yang bermukim di kepulauan,” kata dia. Karena itu, kehadiran N-219 sangat patut diberikan apresiasi. Apalagi pesawat telah mendapatkan sertifikat kelayakan terbang dari DKPPU Kementerian Perhubungan.
“Pesawat ini tidak perlu landasan panjang dan sangat sesuai dengan bandara perintis di Aceh,” ujar Nova.
Sementara itu, Direktur Utama PT. Dirgantara Indonesia, Elfien Goentoro, mengatakan konektivitas udara menjadi tantangan besar Indonesia untuk menghubungkan daerah yang belum terhubung, baik dengan transportasi udara dan transportasi lainnya. Karena itu, kehadiran N-219 yang berkapasitas 19 penumpang sangat penting khususnya untuk penerbangan jarak pendek dan perintis.
“Pesawat N-219 adalah hasil karya anak bangsa yang 44,66 persen komponen dalam negeri,” kata Elfien.
Elfien mengatakan, pemerintah daerah menjadi salah satu target pasar pesawat dari pesawat ini. Dengan adanya peningkatan pembangunan daerah terutama di daerah perintis, demi terwujudnya Indonesia tangguh dan Indonesia tumbuh.
“Pesawat ini menjadi solusi dan gambaran bagi pemerintah daerah dan menjadi awal kebangkitan industri kedirgantaraan Indonesia,” kata Elfien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.