✈️ Sebesar Apa Anggaran Kemhan RI dibanding Negara Tetangga?✈️ Pesawat TNI AU [TNI AU]
Anggaran Kementerian Pertahanan (Kemhan) yang besar kembali disorot. Kali ini Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan anggaran kementerian yang dipimpin Prabowo Subianto ini wajar sangat besar.
Khususnya, anggaran untuk belanja militer dalam pengadaan alat utama sistem pertahanan alias alutsista. Lalu seberapa besar perbandingan belanja militer di Indonesia dengan negara lain?
Dari catatan detikcom yang dihimpun Minggu (19/7/2020), menurut Stockholm International Peace Research Institute (Sipri) belanja militer Indonesia dibanding produk domestik bruto (PDB/GDP) ternyata terus mengalami penurunan sejak 1988 hingga 2019.
Sipri sendiri merupakan lembaga independen yang fokus pada masalah konflik hingga persenjataan mengumpulkan data belanja militer dari sejumlah negara. Sipri mengelola data berdasarkan sumber terbuka.
Tahun 1988, belanja militer di Indonesia tercatat 1,5% dibanding PDB. Kemudian, mengalami penurunan hingga tahun 1996 yang tercatat 1,3%. Sempat naik lagi di tahun 1997 di posisi 1,5%, belanja militer turun lagi sampai di 2003 menjadi 0,9% dibanding PDB.
Pada tahun 2004 hingga 2019, porsi belanja militer masih juga cenderung turun. Terakhir, di tahun 2019, porsi belanja militer di Indonesia sebesar 0,7% dibanding dengan total PDB Indonesia.
Bila dibandingkan dengan negara tetangga, belanja militer Brunei Darussalam berdasarkan data tersebut yakni 3,3% dari PDB di tahun 2019, Kamboja 2,3%, Malaysia 1%, Filipina 1%, Singapura 3,2%, dan Thailand 1,3%.
Kini, di tahun 2020 Prabowo dititipkan anggaran sebesar Rp 127,35 triliun. Yang merupakan anggaran kementerian/lembaga (K/L) paling besar. Belanja alutsista menjadi fokus anggaran Prabowo dengan bagian paling besar mencapai Rp 14, 53 triliun.
Itu baru pengadaan, Prabowo juga menganggarkan dana untuk pemeliharaan dan perawatan alutsista untuk Alpung, KRI, Kal, Ranpur/Rantis darat sebanyak 143 unit sebesar Rp 3,19 triliun. Sementara itu, pemeliharaan/perawatan Pesawat Udara, Senjata & Almatsus lainnya sebanyak 228 unit sebesar Rp 5,10 triliun.
Anggaran Kementerian Pertahanan (Kemhan) yang besar kembali disorot. Kali ini Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan anggaran kementerian yang dipimpin Prabowo Subianto ini wajar sangat besar.
Khususnya, anggaran untuk belanja militer dalam pengadaan alat utama sistem pertahanan alias alutsista. Lalu seberapa besar perbandingan belanja militer di Indonesia dengan negara lain?
Dari catatan detikcom yang dihimpun Minggu (19/7/2020), menurut Stockholm International Peace Research Institute (Sipri) belanja militer Indonesia dibanding produk domestik bruto (PDB/GDP) ternyata terus mengalami penurunan sejak 1988 hingga 2019.
Sipri sendiri merupakan lembaga independen yang fokus pada masalah konflik hingga persenjataan mengumpulkan data belanja militer dari sejumlah negara. Sipri mengelola data berdasarkan sumber terbuka.
Tahun 1988, belanja militer di Indonesia tercatat 1,5% dibanding PDB. Kemudian, mengalami penurunan hingga tahun 1996 yang tercatat 1,3%. Sempat naik lagi di tahun 1997 di posisi 1,5%, belanja militer turun lagi sampai di 2003 menjadi 0,9% dibanding PDB.
Pada tahun 2004 hingga 2019, porsi belanja militer masih juga cenderung turun. Terakhir, di tahun 2019, porsi belanja militer di Indonesia sebesar 0,7% dibanding dengan total PDB Indonesia.
Bila dibandingkan dengan negara tetangga, belanja militer Brunei Darussalam berdasarkan data tersebut yakni 3,3% dari PDB di tahun 2019, Kamboja 2,3%, Malaysia 1%, Filipina 1%, Singapura 3,2%, dan Thailand 1,3%.
Kini, di tahun 2020 Prabowo dititipkan anggaran sebesar Rp 127,35 triliun. Yang merupakan anggaran kementerian/lembaga (K/L) paling besar. Belanja alutsista menjadi fokus anggaran Prabowo dengan bagian paling besar mencapai Rp 14, 53 triliun.
Itu baru pengadaan, Prabowo juga menganggarkan dana untuk pemeliharaan dan perawatan alutsista untuk Alpung, KRI, Kal, Ranpur/Rantis darat sebanyak 143 unit sebesar Rp 3,19 triliun. Sementara itu, pemeliharaan/perawatan Pesawat Udara, Senjata & Almatsus lainnya sebanyak 228 unit sebesar Rp 5,10 triliun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.