✈️ Disebut sebagai unique requirement.Peluncuran protipe jet tempur Korea Indonesia KF-21 Boramae (KAI) ☆
Prototipe
jet tempur multiperan kerja sama Korea Selatan dengan Indonesia baru
saja diluncurkan pada 9 April 2021 lalu dari fasilitas pabrik Korea
Aerospace Industries (KAI) di Sacheon, Provinsi Gyeongsang Selatan.
Setelah melalui proses ‘maju mundur’, akhirnya Indonesia siap
melanjutkan proyek strategis yang kesepakatannya telah diumukan pada 15
Juli 2010 di Seoul dengan nama proyek KF-X/IF-X tersebut.
Lalu adakah perbedaan mendasar antara KF-X dengan IF-X ini?
Seperti diketahui, berdasarkan hasil PDR (Preliminary Design Review) yang telah dilakukan bulan Juni 2018 silam, konfigurasi desain final jet tempur KF-X/IF-X akhirnya telah diputuskan.
Hal ini terungkap dalam jumpa pers yang diadakan PT Dirgantara Indonesia
(PTDI) di Hotel Grand Mercure Kemayoran, Jakarta pada 6 Desember 2018
yang juga dihadiri langsung oleh redaksi Airspace Review.
Dalam jumpa pers tersebut Direktur Teknologi & Pengembangan PT
Dirgantara Indonesia (PTDI) Marsma TNI Gita Amperiawan mengungkapan,
dalam perancangan jet tempur generasi 4.5 ini Tim Engineer dari KAI dan
PTDI mengakomodasi kebutuhan dari kedua calon pengguna.
Dalam hal ini adalah AU Korea Selatan (ROKAF) dan TNI AU, masing-masing
mempunyai kriteria sesuai doktrin yang dibutuhkan negara masing-masing
yang disebut sebagai unique requirement.
Berkaitan dengan persyaratan unik atau kebutuhan yang berbeda antara
kedua angkatan udara tersebut, Angkasa Review (Airspace Review) sempat
menanyakan kepada Heri Yansyah yang menjabat sebagai Program Manajer
KF-X/IF-X PTDI.
Apakah hal ini termasuk sistem pengisian bahan bakar di udara (air refueling) di mana tersiar bahwa TNI AU ingin menerapkan sistem probe & drouge sedangkan ROKAF dengan metode boom system?
Heri
Yansyah membenarkan dan menyatakan kini telah diputuskan bahwa jet
tempur KF-X/IF-X akan mengunakan pengisian bahan bakar di udara
menggunakan metode boom system seperti yang diterapkan pada jet tempur F-16 dan F-22 buatan Lockheed Martin, Amerika Serikat.
Ditambahkan Heri Yansyah, unique requirement lainnya adalah penggunaan drag chute (rem parasut) seperti yang diinginkan TNI AU.
“Baik KF-X dan IF-X secara struktur akan diperkuat karana pesawat
akan mengakomodasi sistem drag chute seperti yang diminta oleh TNI AU
walau ROKAF tak menggunakannya,” tutur Heri Yansyah.
Saat itu redaksi AR kembali bertanya, selain kedua hal tersebut adakah unique requirement lainnya? “Ada, yakni kapasitas tangki bahan bakar eksternal,” ujar Heri Yansyah.
Disebutkan, TNI AU menginginkan kapasitas bahan bakar tangki eksternal
untuk 480 liter terkait wilayah udara Tanah Air yang luas sehingga
diperlukan bahan bakar ekstra untuk patroli. Sementara ROKAF cukup
mebutuhkan untuk 370 liter saja.
Namun demikian, secara keseluruhan tampilan fisik memang tak ada
perbedaan pada pesawat yang kini disebut sebagai KF-21 Boramae (Elang)
tersebut. Kecuali versi tempat duduk tandem yang juga diinginkan oleh
TNI AU.
Rencananya PTDI akan membangun satu prototipe yang akan dibantu oleh KAI.
Seperti diketahui PTDI telah memiliki/membangun hanggar IF-X untuk proses persiapan produksi di Tanah Air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.