A400M sekarang lebih amanAirbus mendesain pesawat A400M untuk Indonesia [Airbus] ✈️
Ketika Indonesia masih berencana untuk membeli pesawat angkut berat Airbus A400M Atlas, Turkish Aerospace Industries (TAI) telah melangkah jauh dengan mengintegrasikan sistem penanggulangan inframerah terarah untuk pesawat angkut berat multinasional A400M. Seperti dilansir Defence News, TAI mengklaim bahwa, “A400M sekarang lebih aman,” dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (11/11).
“Sistem baru mampu mendeteksi dan menghancurkan rudal yang masuk melalui unit peringatan rudal, dan sistem pertahanan udara genggam yang diarahkan ke pesawat A400M,” kata TAI. “Dengan integrasi sistem DIRCM, pesawat memperoleh kemampuan untuk mendeteksi 360 derajat dan menghancurkan beberapa rudal sekaligus (kemampuan multi-target).”
Hal tersebut tidaklah mengherankan karena, TAI memegang 7% saham di konsorsium A400M, yang terdiri dari negara-negara anggota Belgia, Prancis, Jerman, Luksemburg, Spanyol, Turki, Inggris, dan Malaysia. Perusahaan lain dengan saham dalam usaha pesawat di BAE Systems Inggris, EADS Jerman dan Flabel Belgia. Upaya DIRCM adalah kontribusi desain-untuk-membangun pesawat pertama untuk program ini.
TAI saat ini memproduksi 405 detail dan subassembly parts untuk program DIRCM, selain fuselage depan-tengah, tail cone dan panel atas fuselage belakang, flaps/speed brakes, penerjun payung dan pintu darurat, sistem pencahayaan, desain utama dan pasokan sistem air limbah/bersih, manajemen/dukungan jalur perakitan akhir, serta desain dan pembuatan kabel badan pesawat, tidak termasuk sistem pencahayaan interior dan eksterior kokpit.
TAI membuat dan mengirimkan suku cadang untuk 135 pesawat ke Airbus Defence and Space. Total program termasuk 176 pesawat A400M.
Seperti halnya TAI, tentu menarik jika PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dapat memperoleh porsi otonomi yang lebih besar dari Airbus atas produksi CN-235 sebagai bagian dari offset Indonesia dengan pembelian A400M. Sebab sejauh ini, produksi CN-235 oleh PT DI tidak dapat dilepaskan dengan Airbus. “Semoga berhasil negosiasinya.” (Agus Setiawan)
Ketika Indonesia masih berencana untuk membeli pesawat angkut berat Airbus A400M Atlas, Turkish Aerospace Industries (TAI) telah melangkah jauh dengan mengintegrasikan sistem penanggulangan inframerah terarah untuk pesawat angkut berat multinasional A400M. Seperti dilansir Defence News, TAI mengklaim bahwa, “A400M sekarang lebih aman,” dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (11/11).
“Sistem baru mampu mendeteksi dan menghancurkan rudal yang masuk melalui unit peringatan rudal, dan sistem pertahanan udara genggam yang diarahkan ke pesawat A400M,” kata TAI. “Dengan integrasi sistem DIRCM, pesawat memperoleh kemampuan untuk mendeteksi 360 derajat dan menghancurkan beberapa rudal sekaligus (kemampuan multi-target).”
Hal tersebut tidaklah mengherankan karena, TAI memegang 7% saham di konsorsium A400M, yang terdiri dari negara-negara anggota Belgia, Prancis, Jerman, Luksemburg, Spanyol, Turki, Inggris, dan Malaysia. Perusahaan lain dengan saham dalam usaha pesawat di BAE Systems Inggris, EADS Jerman dan Flabel Belgia. Upaya DIRCM adalah kontribusi desain-untuk-membangun pesawat pertama untuk program ini.
TAI saat ini memproduksi 405 detail dan subassembly parts untuk program DIRCM, selain fuselage depan-tengah, tail cone dan panel atas fuselage belakang, flaps/speed brakes, penerjun payung dan pintu darurat, sistem pencahayaan, desain utama dan pasokan sistem air limbah/bersih, manajemen/dukungan jalur perakitan akhir, serta desain dan pembuatan kabel badan pesawat, tidak termasuk sistem pencahayaan interior dan eksterior kokpit.
TAI membuat dan mengirimkan suku cadang untuk 135 pesawat ke Airbus Defence and Space. Total program termasuk 176 pesawat A400M.
Seperti halnya TAI, tentu menarik jika PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dapat memperoleh porsi otonomi yang lebih besar dari Airbus atas produksi CN-235 sebagai bagian dari offset Indonesia dengan pembelian A400M. Sebab sejauh ini, produksi CN-235 oleh PT DI tidak dapat dilepaskan dengan Airbus. “Semoga berhasil negosiasinya.” (Agus Setiawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.