Banyak Cara yang
dilakukan gerombolan pemberontak bersenjata Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
untuk mengecoh dan memenangkan pertempuran melawan Tentara Nasional
Indonesia (TNI). Mulai dari penghadangan, penyergapan secara mendadak
hingga pengelabuhan atau penipuan mereka lakukan, yang penting menang.
Ⓢalah
satu trik yang di lakukan GAM dialami oleh pasukan zeni tempur (Zipur)
yang tergabung dengan pasukan infanteri dalam suatu tugas operasi di
propinsi ujung barat itu, yang sekarang sudah tidak lagi mengalami
konflik bersenjata. Kisah ini terjadi ketika GAM masih mengangkat
senjata memberontak melawan NKRI.
Sertu Bismanta Sembiring, salah satu dari delapan orang prajurit
Denzipur 7/Yudha Dharma di BP (Bantuan P) kan ke Yonif 621/ Manuntung
untuk bergabung pada tugas operasi di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)
ketika situasi darurat militer, yakni dalam Satgas Mobil Rajawali
Detasemen Pemukul 3 pada waktu 2003 sampai 2004. Kedelapan prajurit zeni
berpangkat sersan itu diberikan tugas sebagai Bintara Zeni Demolisi
(Bazidem). Mereka dimasukan ke tim-tim yang dibentuk di satgas sehingga
di setiap tim terdapat seorang Bazidem.
Suatu hari, ketika sedang istirahat di Lhoksukon, Aceh Utara, setelah
abis bergerak dari Aceh Timur, tengah malam pukul 00.00 WIB turun
perintah operasi. Seluruh personil kompi dibangunkan untuk mengemban
tugas. Dengan membawa semua perlengkapan, mereka naik keatas truk.
Sesampainya di suatu kampung, perjalan dilanjutkan dengan berjalan kaki
karena jalan lintasan kendaraan sudah di putus oleh anggota GAM dengan
digali seperti kolam, untuk menghambat gerakan kendaraan pasukan TNI.
Bismanta Sembiring, putra kelahiran Brastagi 17 Juli 1977 yang
tergabung Tim 2 (Tim Singa) mengendap di daerah Matang Beringin, karena
menurut informasi yang di peroleh geuchik (kepala desa) setempat, di
daerah itu ada sekitar 200 orang personil GAM bersenjata lengkap. Karena
sudah tiga hari menunggu tidak terlihat personil GAM melewati tempat
itu, akhirnya pasukan bergerak maju melakukan penyisiran, termasuk
melalui rawa-rawa.
Setelah berlangsung sekitar 45 menit, personil tim yang berada di depan
memberitahukan agar pasukan berhenti karena ada ranjau. Anggota tim
agak panik, karena samar-samar terdengar suara orang sedang ngobrol.
Artinya tidak jauh dari situ terdapat anggota GAM. semua personil Tim
Singa langsung tiarap, sambil menunggu Sertu Bismanta melihat sekaligus
menjinakannya.
Setiba di lokasi, ia melihat seutas tali yang terikat ke sebuah kaleng
dan sengaja di gelar di jalanan untuk menjebak siapapun yang melewati
jalan itu, agar tersandung tali dan berakibat meledaknya kaleng yang
terikat tadi. "Di tempat itu saya lihat tali hitam untuk sandungan dan
sebuah kaleng susu diujung tali sandungan tersebut," kenang Bismanta.
Jarak lokasi penempatan tali sandung dan kaleng tersebut dengan pos
tinjau GAM berjarak kurang lebih 15 meter.
Mengingat dari lokasi itu Bismanta dapat melihat beberapa anggota GAM
sedang memancing, maka ia tak berani mengatasi benda yang di duga bom
tersebut di tempat, sebab khawatir GAM melihatnya. "Saya tidak berani
mendekati apalagi memeriksa tali berikut kaleng susu itu, karena takut
GAM melihat saya duluan." katanya. Ia kemudian kembali dan melaporkan
kepada komandannya. Atas perintah, Bismanta kemudian memberi tanda di
posisi bom supaya tidak ada personil pasukan yang yang tersandung dan
terkena ledakan bom tersebut. Dengan ranting dan daun-daun yang ada di
sekitarnya, ia mengarahkan pasukan ke arah lain sehingga tidak
melintasinya.
Setelah melewatinya, pasukan kemudian melakukan penyerangan yang
dilanjutkan pembersihan dan pengunduran. Di saat situasi sudah dirasa
aman, Bismanta lalu mulai menelusuri rangkaian yang di duga bom
tersebut, yaitu kaleng susu yang di ikat dan di gantungkan melintang di
jalan setapak yang menyerupai ranjau/bom sandungan. "Setelah saya lihat
dan pelajari dengan teliti, ternyata didalam kaleng itu tidak ada bahan
peledaknya. Benda itu ternyata hanya kaleng kosong tanpa kabel, baterai
ataupun bahan peledak." kenang Sertu Bismanta Sembiring, prajurit
tamatan pendidikan Bintara PK 1998, yang sekarang sudah berpangkat Serka
dan bertugas Di Zidam I/Bukit Barisan.
Rupanya benda itu hanya jebakan atau tipuan yang dibuat anggota GAM
untuk mengelabuhi pasukan TNI. Barangkali GAM berharap, bila pasukan TNI
ada yang menemukan benda itu, maka mereka akan panik dan membuat
keributan, sehingga kehadiran mereka tercium oleh GAM. Bisa juga
rangkaian tersebut sengaja dibuat untuk mengacaukan konsentrasi atau
mengalihkan jalan yang akan di lewati pasukan TNI.
Hal ini masuk akal, karena saat dilakukan pembersihan setelah GAM
mundur akibat diserang secara gencar oleh pasukan TNI, ternyata posisi
GAM tersebut berada di sebuah dataran seluas satu hektar dan di
kelilingi oleh rawa. Jelas-jelas merupakan tempat yang sudah lama di
duduki dan di jadikan tempat persembunyian GAM.
Dari hasil pembersihan diantaranya ditemukan satu unit HT, seragam PDL
plus sepatunya sebanyak dua karung, magazen plus ratusan amunisi AK-47,
sketsa rencana pembangunan barak, berbagai perlengkapan memasak lainnya
dan dua mayat tanpa indentitas.
(dikutip dari Majalah Defender, edisi Agustus 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.