Pada masa-masa sulit terkait suku cadang beberapa tahun lalu, Skadron Udara 2 hanya mengoperasikan satu atau dua pesawat paling banyak.
Kini dengan tambahan tiga CN295 “Skadron Kuda Terbang” mulai menggeliat lagi.
Masuknya tiga pesawat CN295 ke Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta pada 9 Februari lalu menambah kekuatan skadron pengangkut ringan TNI AU ini sehingga kegiatan latihan maupun operasi lebih terdukung.
Dengan tambahan tiga pesawat tersebut, saat ini Skadron Udara 2 diperkuat lima CN295 dan dua CN235. Empat pesawat CN295 berikutnya rencananya akan kembali diterima tahun ini sehingga total Skadron Udara 2 memiliki sembilan CN295 dan dua CN235.
Komandan Skadron Udara 2 Letkol Pnb Destianto memaparkan, tiga pesawat baru pada tahap awal akan digunakan untuk mendukung kegiatan latihan penerbang. Seperti latihan profisiensi untuk meningkatkan skil penerbang, maupun konversi yaitu mencetak penerbang baru CN295 dari jenis pesawat lain.
Tiga batch penerbang masing-masing terdiri dari empat orang, telah dikirim ke Sevilla, Spanyol untuk melaksanakan ground school, latihan di simulator, serta penerbangan langsung di pesawatnya.
Dua batch melakukan praktik terbang di Spanyol, sementara satu batch lagi melakukan praktik terbang di Indonesia. Akhir Januari lalu, batch keempat kembali dikirim ke Spanyol. Pendidikan penerbang CN295 dilaksanakan selama dua setengah bulan di Negeri Matador.
Praktik terbang di Spanyol menggunakan pesawat yang dibeli Indonesia, dilaksanakan sekitar 6-8 jam di sekitar aerodome Sevilla. Selain penerbang, TNI AU juga telah mengirimkan tim teknisi ke Spanyol sebanyak dua batch masing-masing berjumlah 20-an orang.
Para teknisi diambil dari Skadron Udara 2, Skadron Teknik 021, dan Depohar 10. Semuanya melaksanakan pendidikan di Spanyol dan telah kembali ke Tanah Air.
Maret tahun ini, TNI AU juga akan mengirimkan penerbang Skadron Udara 2 untuk dididik menjadi instruktur. Batch pertama sebanyak empat orang akan menjalani pendidikan selama tiga minggu di Spanyol.
Penerbang yang dikirim minimal telah mengantongi 100 jam terbang di CN295. “Kisaran 100-300 jam. Pesawat CN295 sendiri saat ini sudah digunakan selama 600-an jam terbang di Skadron Udara 2,” papar Destianto, alumni AAU 1996 yang juga lulusan SMA Taruna Nusantara, Magelang ini.
Misi yang dilaksanakan
Bicara soal misi penerbangan selain latihan, Skadron Udara 2 mengemban tugas PAUM (Penerbangan Angkutan Udara Militer) sebanyak empat kali setiap sebulan. Yaitu ke wilayah Indonesia Barat, Tengah, dan Timur.
Misi dilaksanakan hampir seminggu sekali dengan pelaksanaan 2-3 hari. Selain itu ada operasi Eyes in the Sky (EIS), yakni pemantauan Selat Malaka bekerja sama dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand secara bergantian.
Oleh TNI AU EIS dilaksanakan secara bergantian antara Skadron Udara 2, Skadron Udara 5, dan Skadron Udara 4 dengan pangkalan aju dari Medan atau Batam. Misi lainnya adalah penerjunan dan dukungan bantuan bencana alam.
Sesuai kemampuan pesawat, Skadron Udara 2 melaksanakan pengangkutan ringan. “CN295 mampu membawa kargo sebanyak 7 ton, sementara CN235 sebanyak 3-4 ton. Kami mengangkut muatan yang tidak terlalu banyak namun bisa mendarat di landasan yang lebih pendek,” tambah Destianto.
Kini dengan tambahan tiga CN295 “Skadron Kuda Terbang” mulai menggeliat lagi.
Masuknya tiga pesawat CN295 ke Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta pada 9 Februari lalu menambah kekuatan skadron pengangkut ringan TNI AU ini sehingga kegiatan latihan maupun operasi lebih terdukung.
Dengan tambahan tiga pesawat tersebut, saat ini Skadron Udara 2 diperkuat lima CN295 dan dua CN235. Empat pesawat CN295 berikutnya rencananya akan kembali diterima tahun ini sehingga total Skadron Udara 2 memiliki sembilan CN295 dan dua CN235.
Komandan Skadron Udara 2 Letkol Pnb Destianto memaparkan, tiga pesawat baru pada tahap awal akan digunakan untuk mendukung kegiatan latihan penerbang. Seperti latihan profisiensi untuk meningkatkan skil penerbang, maupun konversi yaitu mencetak penerbang baru CN295 dari jenis pesawat lain.
Tiga batch penerbang masing-masing terdiri dari empat orang, telah dikirim ke Sevilla, Spanyol untuk melaksanakan ground school, latihan di simulator, serta penerbangan langsung di pesawatnya.
Dua batch melakukan praktik terbang di Spanyol, sementara satu batch lagi melakukan praktik terbang di Indonesia. Akhir Januari lalu, batch keempat kembali dikirim ke Spanyol. Pendidikan penerbang CN295 dilaksanakan selama dua setengah bulan di Negeri Matador.
Praktik terbang di Spanyol menggunakan pesawat yang dibeli Indonesia, dilaksanakan sekitar 6-8 jam di sekitar aerodome Sevilla. Selain penerbang, TNI AU juga telah mengirimkan tim teknisi ke Spanyol sebanyak dua batch masing-masing berjumlah 20-an orang.
Para teknisi diambil dari Skadron Udara 2, Skadron Teknik 021, dan Depohar 10. Semuanya melaksanakan pendidikan di Spanyol dan telah kembali ke Tanah Air.
Maret tahun ini, TNI AU juga akan mengirimkan penerbang Skadron Udara 2 untuk dididik menjadi instruktur. Batch pertama sebanyak empat orang akan menjalani pendidikan selama tiga minggu di Spanyol.
Penerbang yang dikirim minimal telah mengantongi 100 jam terbang di CN295. “Kisaran 100-300 jam. Pesawat CN295 sendiri saat ini sudah digunakan selama 600-an jam terbang di Skadron Udara 2,” papar Destianto, alumni AAU 1996 yang juga lulusan SMA Taruna Nusantara, Magelang ini.
Misi yang dilaksanakan
Bicara soal misi penerbangan selain latihan, Skadron Udara 2 mengemban tugas PAUM (Penerbangan Angkutan Udara Militer) sebanyak empat kali setiap sebulan. Yaitu ke wilayah Indonesia Barat, Tengah, dan Timur.
Misi dilaksanakan hampir seminggu sekali dengan pelaksanaan 2-3 hari. Selain itu ada operasi Eyes in the Sky (EIS), yakni pemantauan Selat Malaka bekerja sama dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand secara bergantian.
Oleh TNI AU EIS dilaksanakan secara bergantian antara Skadron Udara 2, Skadron Udara 5, dan Skadron Udara 4 dengan pangkalan aju dari Medan atau Batam. Misi lainnya adalah penerjunan dan dukungan bantuan bencana alam.
Sesuai kemampuan pesawat, Skadron Udara 2 melaksanakan pengangkutan ringan. “CN295 mampu membawa kargo sebanyak 7 ton, sementara CN235 sebanyak 3-4 ton. Kami mengangkut muatan yang tidak terlalu banyak namun bisa mendarat di landasan yang lebih pendek,” tambah Destianto.
♞ Angkasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.