⚓️ Tragedi Pahit Invasi Hari ke-50 Moskva, kapal perang terkenal Rusia dari Armada Laut Hitam. Kapal ini diguncang ledakan dahsyat pada Rabu malam, di mana Ukraina mengeklaim telah menyerangnya dengan rudal. [Foto/Sydney Morning Herald]
Kapal perang Rusia, Moskva, dengan berat sekitar 12.000 terbakar dan meledak hebat di Laut Hitam, Rabu malam.
Ini tragedi pahit bagi Moskow di hari invasinya yang ke-50 setelah Ukraina mengeklaim rudal Neptune miliknya yang menghantam kapal tersebut.
Kapal penjelajah rudal Moskva masih berada di Laut Hitam, entah mengambang atau justru tenggelam.
Media pemerintah Rusia, TASS dan RIA, melaporkan semua awak kapal telah dievakuasi.
Moskow tidak merinci jumlah awak kapal tersebut saat terbakar dan meledak, namun pejabat Ukraina mengeklaim kapal Moskva berisi 510 awak saat dihantam rudal.
Kementerian Pertahanan Rusia mengakui Moskva telah rusak parah, namun masih enggan mengakui bahwa kapal itu dihantam rudal Neptune Ukraina.
Menurut kementerian tersebut, ledakan pada kapal berasal dari amunisi yang dibawanya akibat kebakaran. Penyebab pasti tragedi ini masih diselidiki.
Karena badai besar di atas Laut Hitam yang mengaburkan citra satelit dan data sensorik satelit, media belum dapat memastikan secara visual bahwa kapal tersebut telah dihantam rudal.
Namun, para analis mencatat bahwa kebakaran di atas kapal semacam itu dapat menyebabkan bencana besar dan ledakan bisa menenggelamkannya.
Apa pun alasan penyebab kebakaran itu, para analis mengatakan tragedi tersebut menyerang jantung Angkatan Laut Rusia serta kebanggaan nasional, sebanding dengan Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) yang kehilangan kapal perang selama Perang Dunia II.
“Hanya hilangnya kapal selam rudal balistik atau Kutznetsov (kapal induk tunggal Rusia) yang akan menimbulkan pukulan yang lebih serius terhadap moral Rusia dan reputasi Angkatan Laut di mata publik Rusia,” kata Carl Schuster, pensiunan kapten Angkatan Laut AS dan mantan direktur operasi di Pusat Intelijen Gabungan Komando Pasifik AS, seperti dikutip CNN, Kamis (14/4/2022).
Alessio Patalano, profesor ilmu perang dan strategi di King's College, London, mengatakan kehilangan kapal perang akan menjadi "pukulan besar" bagi Rusia.
"Kapal beroperasi jauh dari perhatian publik dan aktivitasnya jarang menjadi bahan berita. Tapi mereka adalah bagian besar dari wilayah nasional, dan ketika Anda kehilangan satu, kerugian tidak kurang dari itu, pesan politik dan simbolis--selain kerugian militer--justru menonjol karenanya," katanya.
Moskva sepanjang 611 kaki (186 meter), berat sekitar 12.000 ton, dengan awak sekitar 500-an orang, adalah kebanggaan armada Angkatan Laut Rusia di Laut Hitam.
Awalnya ditugaskan ke Angkatan Laut Soviet sebagai Slava pada 1980-an, berganti nama menjadi Moskva pada 1995 dan setelah masuk kembali ke layanan pada 1998.
Moskva dipersenjatai dengan berbagai rudal anti-kapal dan anti-pesawat serta torpedo, senjata Angkatan Laut dan sistem pertahanan rudal jarak dekat.
Semua itu mewakili sejumlah besar persenjataan peledak di magazine amunisinya. Schuster mengatakan setiap kebakaran yang mendekati, kapal akan memberi kru pilihan terbatas untuk menghadapi ancaman itu.
"Ketika api mencapai magazine amunisi Anda, Anda memiliki dua pilihan; 1) membanjiri mereka atau 2) meninggalkan kapal," kata Schuster.
"Jika tidak, kru Anda berada di atas kapal untuk dihancurkan oleh ledakan dahsyat yang terjadi setelah kebakaran yang mencapai beberapa ratus ton persenjataan."
Administrator regional negara bagian Odesa, Maxim Marchenko, mengeklaim dalam sebuah posting di Telegram bahwa pasukan Ukraina telah menggunakan rudal jelajah Neptune untuk menyerang kapal Moskva.
Jika klaim itu benar, kata Schuster, Moskva berpotensi menjadi kapal perang terbesar yang pernah dilumpuhkan oleh rudal.
Pencapaian seperti itu akan mewakili kemajuan besar bagi pasukan Kiev.
Neptune adalah senjata Ukraina, yang dikembangkan di dalam negeri berdasarkan rudal jelajah KH-35 Soviet. Itu mulai beroperasi di pasukan Ukraina tahun lalu.
Jason Lancaster, seorang perwira perang permukaan Angkatan Laut AS, yang dikutip situs web Center for International Maritime Security (CIMSEC), mengatakan jika rudal Neptune digunakan untuk menyerang Moskva, itu akan menjadi penggunaan pertama yang diketahui selama perang.
"Kapal Rusia akan beroperasi dengan cara meminimalkan risiko deteksi dan memaksimalkan peluang mereka untuk mempertahankan diri," tulis Lancaster beberapa hari sebelum insiden ini terjadi.
“Perubahan perilaku ini membatasi kemampuan Rusia untuk memanfaatkan armada mereka untuk keuntungan mereka. Tekanan tambahan dari pertempuran mendadak meningkatkan kelelahan dan dapat menyebabkan kesalahan.”
Patalano menambahkan, "Tampaknya Rusia telah belajar dengan cara yang sulit hari ini." (min)
Kapal perang Rusia, Moskva, dengan berat sekitar 12.000 terbakar dan meledak hebat di Laut Hitam, Rabu malam.
Ini tragedi pahit bagi Moskow di hari invasinya yang ke-50 setelah Ukraina mengeklaim rudal Neptune miliknya yang menghantam kapal tersebut.
Kapal penjelajah rudal Moskva masih berada di Laut Hitam, entah mengambang atau justru tenggelam.
Media pemerintah Rusia, TASS dan RIA, melaporkan semua awak kapal telah dievakuasi.
Moskow tidak merinci jumlah awak kapal tersebut saat terbakar dan meledak, namun pejabat Ukraina mengeklaim kapal Moskva berisi 510 awak saat dihantam rudal.
Kementerian Pertahanan Rusia mengakui Moskva telah rusak parah, namun masih enggan mengakui bahwa kapal itu dihantam rudal Neptune Ukraina.
Menurut kementerian tersebut, ledakan pada kapal berasal dari amunisi yang dibawanya akibat kebakaran. Penyebab pasti tragedi ini masih diselidiki.
Karena badai besar di atas Laut Hitam yang mengaburkan citra satelit dan data sensorik satelit, media belum dapat memastikan secara visual bahwa kapal tersebut telah dihantam rudal.
Namun, para analis mencatat bahwa kebakaran di atas kapal semacam itu dapat menyebabkan bencana besar dan ledakan bisa menenggelamkannya.
Apa pun alasan penyebab kebakaran itu, para analis mengatakan tragedi tersebut menyerang jantung Angkatan Laut Rusia serta kebanggaan nasional, sebanding dengan Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) yang kehilangan kapal perang selama Perang Dunia II.
“Hanya hilangnya kapal selam rudal balistik atau Kutznetsov (kapal induk tunggal Rusia) yang akan menimbulkan pukulan yang lebih serius terhadap moral Rusia dan reputasi Angkatan Laut di mata publik Rusia,” kata Carl Schuster, pensiunan kapten Angkatan Laut AS dan mantan direktur operasi di Pusat Intelijen Gabungan Komando Pasifik AS, seperti dikutip CNN, Kamis (14/4/2022).
Alessio Patalano, profesor ilmu perang dan strategi di King's College, London, mengatakan kehilangan kapal perang akan menjadi "pukulan besar" bagi Rusia.
"Kapal beroperasi jauh dari perhatian publik dan aktivitasnya jarang menjadi bahan berita. Tapi mereka adalah bagian besar dari wilayah nasional, dan ketika Anda kehilangan satu, kerugian tidak kurang dari itu, pesan politik dan simbolis--selain kerugian militer--justru menonjol karenanya," katanya.
Moskva sepanjang 611 kaki (186 meter), berat sekitar 12.000 ton, dengan awak sekitar 500-an orang, adalah kebanggaan armada Angkatan Laut Rusia di Laut Hitam.
Awalnya ditugaskan ke Angkatan Laut Soviet sebagai Slava pada 1980-an, berganti nama menjadi Moskva pada 1995 dan setelah masuk kembali ke layanan pada 1998.
Moskva dipersenjatai dengan berbagai rudal anti-kapal dan anti-pesawat serta torpedo, senjata Angkatan Laut dan sistem pertahanan rudal jarak dekat.
Semua itu mewakili sejumlah besar persenjataan peledak di magazine amunisinya. Schuster mengatakan setiap kebakaran yang mendekati, kapal akan memberi kru pilihan terbatas untuk menghadapi ancaman itu.
"Ketika api mencapai magazine amunisi Anda, Anda memiliki dua pilihan; 1) membanjiri mereka atau 2) meninggalkan kapal," kata Schuster.
"Jika tidak, kru Anda berada di atas kapal untuk dihancurkan oleh ledakan dahsyat yang terjadi setelah kebakaran yang mencapai beberapa ratus ton persenjataan."
Administrator regional negara bagian Odesa, Maxim Marchenko, mengeklaim dalam sebuah posting di Telegram bahwa pasukan Ukraina telah menggunakan rudal jelajah Neptune untuk menyerang kapal Moskva.
Jika klaim itu benar, kata Schuster, Moskva berpotensi menjadi kapal perang terbesar yang pernah dilumpuhkan oleh rudal.
Pencapaian seperti itu akan mewakili kemajuan besar bagi pasukan Kiev.
Neptune adalah senjata Ukraina, yang dikembangkan di dalam negeri berdasarkan rudal jelajah KH-35 Soviet. Itu mulai beroperasi di pasukan Ukraina tahun lalu.
Jason Lancaster, seorang perwira perang permukaan Angkatan Laut AS, yang dikutip situs web Center for International Maritime Security (CIMSEC), mengatakan jika rudal Neptune digunakan untuk menyerang Moskva, itu akan menjadi penggunaan pertama yang diketahui selama perang.
"Kapal Rusia akan beroperasi dengan cara meminimalkan risiko deteksi dan memaksimalkan peluang mereka untuk mempertahankan diri," tulis Lancaster beberapa hari sebelum insiden ini terjadi.
“Perubahan perilaku ini membatasi kemampuan Rusia untuk memanfaatkan armada mereka untuk keuntungan mereka. Tekanan tambahan dari pertempuran mendadak meningkatkan kelelahan dan dapat menyebabkan kesalahan.”
Patalano menambahkan, "Tampaknya Rusia telah belajar dengan cara yang sulit hari ini." (min)
⚓️ sindonews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.