⚓ Selain kapal PPA dari ItaliaFregat F142 (Dearsan) ☆
Jajaran TNI AL akan memperkuat kekuatan militer dengan mendatangkan kapal perang untuk berpatroli atau yang biasa disebut Pattugliatore Polivalente d’Altura (PPA) dari Italia dan kapal perang jenis Fregat dari Turki.
"PPA nanti mungkin akhir tahun, mudah mudahan bisa hadir dari Italia, kemudian ada beberapa kapal Fregat juga dari Turki itu mungkin tahun depan atau dua tahun yang akan datang sudah bisa hadir," kata Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali saat ditemui di Kolinlamil Jakarta Utara, Selasa.
Muhammad Ali menjelaskan pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) itu dilakukan guna memperkuat kekuatan militer TNI AL.
Tidak hanya itu, TNI AL juga tengah menunggu kapal selam Scorpene buatan Prancis. Menurut Ali, pengadaan kapal selam sangat dibutuhkan lantaran saat ini TNI AL baru mempunyai empat unit.
Jumlah itu dinilai Ali terlalu sedikit untuk menjaga teritorial laut Indonesia yang terbilang cukup luas. Di satu sisi, pengadaan kapal selam Scorpene membutuhkan waktu lama lantaran proses perakitan di Prancis yang memakan waktu lima sampai tujuh tahun.
Karenanya, Ali dan jajarannya berencana akan membeli kapal selam sementara atau interim yang bertugas memperkuat kekuatan militer selama menunggu Scorpene selesai dirakit.
"Dari Italia sudah menawarkan (kapal selam interim) dari Jerman ada, kemudian dari Turki juga ada kemudian dari negara asia juga ada," kata Ali.
Dengan pengadaan alutsista ini, Ali berharap kekuatan militer TNI AL semakin kuat sehingga mampu menjaga batas wilayah laut NKRI.
Jerman, Turki, Italia dan China tawarkan kapal selamnya untuk RI
Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali mengungkap beberapa negara di Eropa dan Asia menawarkan teknologi kapal selam mereka untuk memenuhi kebutuhan sementara (ad interim) kapal selam Indonesia.
Dia menyatakan ada kebutuhan untuk pengadaan kapal selam ad interim alias untuk sementara waktu sambil menunggu dua unit kapal selam baru yang dipesan Indonesia, Scorpene Evolved, dari Naval Group Prancis rampung dibuat.
"Kemarin memang disampaikan, kita perlu kapal selam interim untuk mengisi kekosongan selama 5–7 tahun, atau menambah kekuatan armada kapal selam selama 5–7 tahun. Nah ini, memang belum diputuskan dari negara mana, tetapi dari Italia sudah menawarkan, Jerman ada, kemudian dari Turki, dan ada negara di Asia juga ada," kata Laksamana Ali menjawab pertanyaan wartawan selepas upacara HUT Ke-79 TNI AL di Dermaga Kolinlamil, Jakarta, Selasa.
Dia menjelaskan beberapa faktor yang perlu menjadi pertimbangan untuk pengadaan alutsista itu, di antaranya kapal selam yang dibeli kelak wajib punya kemampuan menyelam dalam waktu yang lama.
"Itu yang kami inginkan, yang lebih baik dari yang kita punya saat ini," kata KSAL.
Oleh karena itu, TNI AL juga masih mengkaji berbagai tawaran dan opsi yang tersedia, termasuk teknologi-teknologi kapal selam yang ditawarkan beberapa negara untuk Indonesia itu.
"Kita akan lihat mana kira-kira yang paling memungkinkan, yang paling efektif dan efisien," ujar Laksamana Ali.
TNI AL saat ini diperkuat empat kapal selam, tetapi jumlah itu, menurut Ali, masih kurang memadai untuk menjaga perairan Indonesia yang luasnya 6,4 juta kilometer persegi. Ali, dalam berbagai kesempatan, menyebut idealnya armada TNI AL diperkuat 12 kapal selam.
Empat kapal selam yang saat ini beroperasi, yaitu KRI Cakra-401, KRI Nagapasa-403, KRI Ardadedali-404, dan KRI Alugoro-405.
Ke depannya, Komando Operasi Kapal Selam (Koopskasel) TNI AL bakal diperkuat dua kapal selam Scorpene Evolved dari Naval Group Prancis.
Dua unit kapal pesanan Indonesia itu rencananya bakal dibangun dari awal di galangan kapal PT PAL Indonesia di Surabaya, Jawa Timur. Sejauh ini, dua kapal pesanan Indonesia itu belum dibangun di galangan PT PAL karena masih menunggu kontrak pembelian efektif.
Umumnya, satu unit kapal selam rampung dibangun dalam waktu 5–7 tahun.
Jajaran TNI AL akan memperkuat kekuatan militer dengan mendatangkan kapal perang untuk berpatroli atau yang biasa disebut Pattugliatore Polivalente d’Altura (PPA) dari Italia dan kapal perang jenis Fregat dari Turki.
"PPA nanti mungkin akhir tahun, mudah mudahan bisa hadir dari Italia, kemudian ada beberapa kapal Fregat juga dari Turki itu mungkin tahun depan atau dua tahun yang akan datang sudah bisa hadir," kata Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali saat ditemui di Kolinlamil Jakarta Utara, Selasa.
Muhammad Ali menjelaskan pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) itu dilakukan guna memperkuat kekuatan militer TNI AL.
Tidak hanya itu, TNI AL juga tengah menunggu kapal selam Scorpene buatan Prancis. Menurut Ali, pengadaan kapal selam sangat dibutuhkan lantaran saat ini TNI AL baru mempunyai empat unit.
Jumlah itu dinilai Ali terlalu sedikit untuk menjaga teritorial laut Indonesia yang terbilang cukup luas. Di satu sisi, pengadaan kapal selam Scorpene membutuhkan waktu lama lantaran proses perakitan di Prancis yang memakan waktu lima sampai tujuh tahun.
Karenanya, Ali dan jajarannya berencana akan membeli kapal selam sementara atau interim yang bertugas memperkuat kekuatan militer selama menunggu Scorpene selesai dirakit.
"Dari Italia sudah menawarkan (kapal selam interim) dari Jerman ada, kemudian dari Turki juga ada kemudian dari negara asia juga ada," kata Ali.
Dengan pengadaan alutsista ini, Ali berharap kekuatan militer TNI AL semakin kuat sehingga mampu menjaga batas wilayah laut NKRI.
Jerman, Turki, Italia dan China tawarkan kapal selamnya untuk RI
Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali mengungkap beberapa negara di Eropa dan Asia menawarkan teknologi kapal selam mereka untuk memenuhi kebutuhan sementara (ad interim) kapal selam Indonesia.
Dia menyatakan ada kebutuhan untuk pengadaan kapal selam ad interim alias untuk sementara waktu sambil menunggu dua unit kapal selam baru yang dipesan Indonesia, Scorpene Evolved, dari Naval Group Prancis rampung dibuat.
"Kemarin memang disampaikan, kita perlu kapal selam interim untuk mengisi kekosongan selama 5–7 tahun, atau menambah kekuatan armada kapal selam selama 5–7 tahun. Nah ini, memang belum diputuskan dari negara mana, tetapi dari Italia sudah menawarkan, Jerman ada, kemudian dari Turki, dan ada negara di Asia juga ada," kata Laksamana Ali menjawab pertanyaan wartawan selepas upacara HUT Ke-79 TNI AL di Dermaga Kolinlamil, Jakarta, Selasa.
Dia menjelaskan beberapa faktor yang perlu menjadi pertimbangan untuk pengadaan alutsista itu, di antaranya kapal selam yang dibeli kelak wajib punya kemampuan menyelam dalam waktu yang lama.
"Itu yang kami inginkan, yang lebih baik dari yang kita punya saat ini," kata KSAL.
Oleh karena itu, TNI AL juga masih mengkaji berbagai tawaran dan opsi yang tersedia, termasuk teknologi-teknologi kapal selam yang ditawarkan beberapa negara untuk Indonesia itu.
"Kita akan lihat mana kira-kira yang paling memungkinkan, yang paling efektif dan efisien," ujar Laksamana Ali.
TNI AL saat ini diperkuat empat kapal selam, tetapi jumlah itu, menurut Ali, masih kurang memadai untuk menjaga perairan Indonesia yang luasnya 6,4 juta kilometer persegi. Ali, dalam berbagai kesempatan, menyebut idealnya armada TNI AL diperkuat 12 kapal selam.
Empat kapal selam yang saat ini beroperasi, yaitu KRI Cakra-401, KRI Nagapasa-403, KRI Ardadedali-404, dan KRI Alugoro-405.
Ke depannya, Komando Operasi Kapal Selam (Koopskasel) TNI AL bakal diperkuat dua kapal selam Scorpene Evolved dari Naval Group Prancis.
Dua unit kapal pesanan Indonesia itu rencananya bakal dibangun dari awal di galangan kapal PT PAL Indonesia di Surabaya, Jawa Timur. Sejauh ini, dua kapal pesanan Indonesia itu belum dibangun di galangan PT PAL karena masih menunggu kontrak pembelian efektif.
Umumnya, satu unit kapal selam rampung dibangun dalam waktu 5–7 tahun.
☆ antara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.