Konflik di Yaman telah menewaskan lebih dari 1.400 orang dan melukai hampir 6.000 orang sejak pertengahan Maret lalu. (Reuters/Stringer)☠
Koordinator kemanusiaan PBB untuk Yaman, Johannes Van Der Klaauw, mengecam serangan udara koalisi internasional pimpinan Arab Saudi yang menghujani Yaman dengan rudal secara intens pada Jumat (8/5) dan Sabtu (9/5). Klaauw menyebut serangan tersebut melanggar hukum kemanusiaan internasional.
Dilaporkan CNN, Saudi mengakui bahwa dalam serangan terbaru, koalisi meluncurkan sekitar 130 serangan udara dalam kurun waktu 24 jam untuk memberangus pemberontak Houthi di Yaman. Sekolah dan rumah sakit termasuk dalam sasaran serangan itu.
"Pengeboman sembarangan di daerah penduduk, dengan atau tanpa peringatan sebelumnya, bertentangan dengan hukum kemanusiaan internasional," kata Klaauw, dikutip dari CNN.
Klaauw mengungkapkan dia sangat prihatin dengan serangan udara di Kota Saada, "di mana sejumlah warga sipil dilaporkan tewas dan ribuan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka setelah koalisi menyatakan seluruh wilayah itu adalah sasaran militer."
Klaauw juga menegaskan bahwa seharusnya "semua pihak harus menghindari daerah penduduk sebagai target serangan".
Klaauw mengungkapkan bahwa konflik di Yaman telah menewaskan lebih dari 1.400 orang dan melukai hampir 6.000 orang sejak pertengahan Maret lalu.
Sementara, juru bicara koalisi Brigadir. Jenderal Ahmed Asiri menyatakan bahwa rumah sakit dan sejumlah sekolah yang disasar diperkirakan telah beralih fungsi menjadi gudang senjata.
"Operasi itu menargetkan markas besar pemimpin Houthi," kata Asiri, dikutip dari CNN.
"Warga sipil telah diperingatkan sebelumnya untuk meninggalkan kota Sadaa, Maran, Albiqaa dan daerah perbatasan antara Arab Saudi dan Yaman," kata Asiri melanjutkan.
Selain itu, juru bicara koalisi menuduh pemberontak Houthi mengetatkan pos pemeriksaan untuk mencegah warga sipil meninggalkan sejumlah kota tersebut. Houthi dinilai menggunakan warga sebagai tameng mereka.
Dua pejabat Syiah Houthi yang tak dipublikasikan namanya juga menyatakan bahwa sebelum dua serangan terakhir, koalisi serangan udara Saudi menjatuhkan selebaran peringatan bahwa seluruh daerah tersebut merupakan zona militer musuh, mulai Jumat (8/5) malam.
Ribuan keluarga juga telah dievakuasi provinsi Saada yang terletak di Yaman utara, dekat perbatasan Saudi.
"Pengeboman dengan sasaran warga sipil, dengan atau tanpa peringatan, merupakan pelanggaran serius terhadap hukum kemanusiaan internasional. Apalagi menargetkan seluruh provinsi," kata Koordinator medis Dokter Tanpa Batas, Llanos Ortiz.
Saudi mengklaim bahwa serangan udara diperlukan untuk memukul mundur pemberontah Houthi yang telah berhasil merebut ibu kota Sanaa dan mengakibatkan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi melarikan diri ke Aden, sebelum akhirnya ke Riyadh, Arab Saudi. (ama/ama)
Koordinator kemanusiaan PBB untuk Yaman, Johannes Van Der Klaauw, mengecam serangan udara koalisi internasional pimpinan Arab Saudi yang menghujani Yaman dengan rudal secara intens pada Jumat (8/5) dan Sabtu (9/5). Klaauw menyebut serangan tersebut melanggar hukum kemanusiaan internasional.
Dilaporkan CNN, Saudi mengakui bahwa dalam serangan terbaru, koalisi meluncurkan sekitar 130 serangan udara dalam kurun waktu 24 jam untuk memberangus pemberontak Houthi di Yaman. Sekolah dan rumah sakit termasuk dalam sasaran serangan itu.
"Pengeboman sembarangan di daerah penduduk, dengan atau tanpa peringatan sebelumnya, bertentangan dengan hukum kemanusiaan internasional," kata Klaauw, dikutip dari CNN.
Klaauw mengungkapkan dia sangat prihatin dengan serangan udara di Kota Saada, "di mana sejumlah warga sipil dilaporkan tewas dan ribuan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka setelah koalisi menyatakan seluruh wilayah itu adalah sasaran militer."
Klaauw juga menegaskan bahwa seharusnya "semua pihak harus menghindari daerah penduduk sebagai target serangan".
Klaauw mengungkapkan bahwa konflik di Yaman telah menewaskan lebih dari 1.400 orang dan melukai hampir 6.000 orang sejak pertengahan Maret lalu.
Sementara, juru bicara koalisi Brigadir. Jenderal Ahmed Asiri menyatakan bahwa rumah sakit dan sejumlah sekolah yang disasar diperkirakan telah beralih fungsi menjadi gudang senjata.
"Operasi itu menargetkan markas besar pemimpin Houthi," kata Asiri, dikutip dari CNN.
"Warga sipil telah diperingatkan sebelumnya untuk meninggalkan kota Sadaa, Maran, Albiqaa dan daerah perbatasan antara Arab Saudi dan Yaman," kata Asiri melanjutkan.
Selain itu, juru bicara koalisi menuduh pemberontak Houthi mengetatkan pos pemeriksaan untuk mencegah warga sipil meninggalkan sejumlah kota tersebut. Houthi dinilai menggunakan warga sebagai tameng mereka.
Dua pejabat Syiah Houthi yang tak dipublikasikan namanya juga menyatakan bahwa sebelum dua serangan terakhir, koalisi serangan udara Saudi menjatuhkan selebaran peringatan bahwa seluruh daerah tersebut merupakan zona militer musuh, mulai Jumat (8/5) malam.
Ribuan keluarga juga telah dievakuasi provinsi Saada yang terletak di Yaman utara, dekat perbatasan Saudi.
"Pengeboman dengan sasaran warga sipil, dengan atau tanpa peringatan, merupakan pelanggaran serius terhadap hukum kemanusiaan internasional. Apalagi menargetkan seluruh provinsi," kata Koordinator medis Dokter Tanpa Batas, Llanos Ortiz.
Saudi mengklaim bahwa serangan udara diperlukan untuk memukul mundur pemberontah Houthi yang telah berhasil merebut ibu kota Sanaa dan mengakibatkan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi melarikan diri ke Aden, sebelum akhirnya ke Riyadh, Arab Saudi. (ama/ama)
☠ detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.