Jumat, 21 September 2012

Memandang Diri Sendiri

REFORMASI persenjataan dan perkuatan milter Indonesia merupakan salah satu yang tercepat di dunia selama tiga tahun terakhir ini. Itulah sebabnya tiba-tiba saja negeri ini berubah wajah menjadi sosok gadis manis berambut sebahu yang banyak ditaksir negara produsen alutsista, menawarkan madu, ginseng, membawa seikat kembang merah, menyematkan seuntai kalung berlian, agar si gadis manis yang anggun itu bersedia menerima lamarannya berupa order alutsista atau bahkan bersekutu dengannya lewat aliansi pertahanan.

Namun kecerdasan gadis manis itu memberikan nilai tambah dalam tatacara bergaul yang mencerminkan kedewasaan bersikap untuk tidak gampang terbuai dalam rayuan manis. Lebih memilih bersahabat dengan semua yang menjual senyum rayuan, lebih memilih semua adalah teman, tidak ada yang khusus di hati. Yang lebih penting adalah si gadis ingin lebih mandiri dalam membangun eksistensi dirinya terutama dari sisi pengadaan alutsista dengan mengedepankan pola transfer teknologi atau buat sendiri jika sudah mampu. Kalau belum bisa keduanya ya beli murni saja tanpa ada ikatan bathin berupa persekutuan militer atau yang sejenis dengannya.

http://3.bp.blogspot.com/-Hc2Tn3Funms/UFQhq5OAvvI/AAAAAAAAAHk/kJijo0Q06z4/s1600/rheinmetalllandsystemeg.jpg
MBT Leopard 2 Revolution

Perkuatan militer Indonesia tidak lepas dari pantauan intelijen asing utamanya dari kiri kanan rumah tetangga. Uji coba peluncuran roket saja menimbulkan kehebohan di ruang intelijen mereka apalagi ketika mengetahui ada pendirian “sekolah rudal” antara Indonesia dan Cina. Bisa dipastikan hal itu menjadi bahan diskusi yang hangat di kalangan mereka bahkan mungkin saja ada disposisi agar sekolah rudal itu dihambat atau bahkan digagalkan dengan berbagai cara yang softly tentunya. Itulah yang mesti kita waspadai karena salah satu upaya intelijen adalah memecah kekompakan barisan kita, menghasut dan mengadu domba di kalangan internal. Kalau cara ini tak berhasil biasanya lalu memakai tangan adidaya lewat tekanan diplomasi. Ah kayak gak tau aja.

Soalnya walaupun sekolah rudal itu baru setingkat “madrasah ibtidaiyah” setidaknya dari kacamata negeri-negeri penghasil rudal di dunia, namun uji kreativitas dan diversifikasi produk yang dilakukan ilmuwan RI pada tingkat “tsanawiyah” dan “aliyah” sudah mampu menggetarkan lingkungan dengan kemampuan jarak tembak diatas 150 km dan daya ledak satu kampung. Apalagi jika ilmuwan tingkat “kuliyah” mampu mengedepankan dan mengembangkan jarak tembak menjadi 300 km dengan katagori anti kapal permukaan, darat ke darat, darat ke udara dan udara ke darat, sungguh memberikan nilai getar dan gentar bagi siapapun yang hendak mengganggu kewibawaan teritori NKRI.

Berbagai dinamika dalam pengadaan alutsista selama tiga tahun ini semakin memberikan kedewasaan peran bagi kita sekaligus hikmah. Salah satu contohnya adalah pembelian MBT Leoprad yang menghebohkan ranah publik beberapa waktu yang lalu. Namun dibalik keriuhan pengadaan MBT itu hikmah yang didapat sungguh diluar prediksi kita semua yang selama ini “berkonsentrasi penuh” dengan 100 MBT Leopard. Setelah berbulan-bulan hujan argumen akhirnya tibalah saat yang dinantikan, menunggu kedatangan 163 Tank dari Jerman dengan rincian 61 MBT Leopard Revolution, 42 MBT Leopard 2A4, 50 Medium Tank Marder 1A3 dan 10 MBT support berupa tank jembatan dan tank penarik. Nilai kontraknya mencapai US$ 280 juta.

Meriam 155mm Caesar

Oleh sebab itu sudah saatnya kita memandang diri sendiri dengan percaya diri, tidak merasa tidak setara dengan rumah jiran. Toh ekonomi kita menunjukkan kinerja terbaik kedua di dunia dengan pertumbuhan ekonomi 6,4 persen, sementara terbaik pertama diraih Cina dengan pertumbuhan 7,2%. Kekuatan beli yang terkandung dalam APBN kita tahun 2013 mencapai 1.658 trilyun, sementara APBN berjalan tahun ini mencapai 1.548 trilyun rupiah. Rasio utang dengan PDB hanya 24 %, cadangan devisa mencapai diatas 100 milyar dollar AS, pendapatan perkapita saat ini mencapai US$ 4.000, merupakan kekuatan ekonomi terbesar di ASEAN dan nomor 16 di dunia. Yang membanggakan negeri ini masuk dalam kategori negara idola baru dari sisi kemajuan pertumbuhan ekonomi, namanya kelompok negara MIST (Meksiko, Indonesia, South Korea dan Turki).

Yang masih kurang greget dalam perjalanan bangsa ini adalah masalah penegakan hukum dan korupsi. Untuk masalah korupsi meski sudah banyak yang dijatuhi hukuman namun masih lebih banyak juga yang belum tersentuh penyelesaian hukum. Tetapi percayalah, nilai perjalanan bangsa ini akan semakin berkilau dengan kemajuan ekonomi dan tingkat kesejahteraan yang makin baik. Dan sejalan dengan itu kita meyakini bahwa KPK dan institusi penegak hukum lainnya mampu membawa dan menjalankan amanah yang diemban di bahu mereka untuk menegakkan hukum, memberantas korupsi yang menimbulkan efek jera.

Dari sisi militer perkuatan alutsista TNI merupakan kewajiban yang harus terus dikumandangkan dan dikembangkan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kita ingin menegakkan kewibawaan teritori negara kita sekaligus sebagai payung kekuatan diplomasi untuk memberikan rasa aman bagi kawasan regional. Dengan kekuatan militer yang setara dan disegani, upaya diplomasi untuk mendamaikan konflik di Laut Cina Selatan misalnya, akan memberikan nilai tambah kebagusan dalam etika pergaulan, sekaligus kewibawaan diplomasi RI karena dalam konflik ini RI tidak berpihak ke siapapun. Ini posisi yang sangat kuat.

MLRS Astros Mk2

Meskipun ada berbagai upaya diplomasi dari Cina dan AS serta Australia dengan membawa seikat kembang merah agar negeri ini masuk dalam pelukan aliansinya namun sejauh ini RI tetap berdiri di tengah dengan senyum dan sapa. Menerima tamu diplomasi yang datang berkunjung dengan ramah, kalau pun ada yang bawa kado ya diterima saja, namanya juga diberi. Kalau ada yang mau ngajak latihan militer bersama, ya dilakoni saja hitung-hitung menambah ketrampilan milter kita sekaligus memperbanyak sahabat. Inilah kecerdasan yang digenggam erat dalam setiap upaya diplomasi disamping terus memperkuat alutsista TNI untuk mengantisipasi kondisi terburuk.

Bagaimanapun kondisi terburuk mesti diskenariokan dalam menyambung perjalanan eksistensi bangsa. Ketika konflik Laut Cina Selatan berkembang menjadi gesekan militer antara Cina dan AS atau antara Cina dan negara anggota ASEAN, maka pilihan perkuatan militer itu yang sudah dimulai dari sekarang diniscayakan akan menjadi pagar pelindung bagi kedaulatan teritori NKRI. Pagar pelindung itu boleh jadi menjadi bumper jua untuk tidak masuk dalam konflik perang terbuka karena jika sampai militer Indonesia ngamuk, dipastikan peta kekuatan militer dua blok yang berseteru itu akan berubah drastis. Cina akan menahan diri jika RI masuk blok ASEAN dan AS demikian juga sebaliknya jika RI masuk persekutuan dengan Cina, ASEAN akan tahu diri dan AS berhitung ulang.
© Analisis Alutsista

1 komentar:

  1. Komentar atas Memandang Diri Sendiri
    Indonesia diparodikan sebagai gadis manis yang dikerubuti oleh pemuda-pemuda tetangga yang ingin mendapatkan cintanya. Berdasarkan kejadian 2 tahun terakhir, ternyata sifat gadis manis ini malu-malu kucing, sedikit bodoh, terlalu jujur atau gampang dipengaruhi, sehingga berpotensi menjadi perawan tua yang lemah! Seharusnya Indonesia berpotensi menjadi nyonya besar di RT/RW-nya, sehingga tidak ada warga yang berani meremehkannya.
    Sehubungan dengan itu dan terkait dengan pembangunan kekuatan militer (tidak ada negara yang disegani tanpa memiliki militer yang kuat), Indonesia harus membangun kekuatan militer dengan secara cerdik (atau licin?) sedemikian rupa sehingga tidak memberikan alasan/ kesempatan protes dari tetangganya.
    Bagaimana caranya? Kita kan sudah menyatakan bahwa Indonesia cinta damai, semua teman dan tidak punya musuh. Kata kuncinya adalah “defensif”. Vietnam dan Indonesia sama-sama beli rudal Yakhont, tetapi yang diributkan tetangga adalah Indonesia, karena kita pasang Yakhont di kapal perang sedangkan Vietnam di darat (yang didefinisikan sebagai defensif). Seharusnya sebelum beli alutsista lain, kita beli Yakhont versi darat (Land based) dan juga S 300/ 400 rudal pertahanan udara. Keduanya adalah sistem alutsista defensif yang sangat canggih di kawasan Asia Pasific. Australia saja kuatir. Kita bilang untuk mempertahankan kedaulatan wilayah kita sendiri terutama ALKI I s.d. III dan natinya ALKI IV di laut Jawa. Yang mau protes tidak punya alasan kuat karena sifatnya defensif. Meskipun begitu kalau diperlukan alutsista tersebut dapat relaif mudah dipindah ke daerah lain sesuai kebutuhan karena mempunyai mobilitas tinggi. Baru setelah itu kita beli alutsista pelengkap lainnya. Kenyataannya pembelian alutsista sekarang tidak memperhitungkan prioritas, dikuatirkan duitnya sudah habis tetapi yang sudah dibeli ketinggalan teknologi dan tidak mempunyai efek tangkal yang dahsyat. Kesimpulannya apakah kita bodoh atau takut? Macan tidur kekenyangan atau harimau meraung?
    Antonov

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...