Selasa, 30 April 2013

PAL Targetkan Pendapatan Rp 600 Miliar Dari Pemeliharaan dan Perbaikan Kapal

PT PAL Indonesia (Persero) tahun ini menargetkan pendapatan dari divisi pemeliharaan dan perbaikan kapal senilai Rp 600 miliar, menyusul besarnya potensi jasa tersebut guna melayani perusahaan pelayaran di dalam negeri.

Direktur Utama PAL Indonesia M. Firmansyah Arifin mengatakan jasa pemeliharaan dan perbaikan (harkan) kapal tahun ini dijadikan salah satu andalan guna mendukung total pendapatan BUMN tersebut yang diproyeksikan mencapai Rp 1,7 triliun.

Menurut dia, potensi bisnis jasa tersebut cukup besar, karena di  jalur transportasi laut di dalam negeri terdapat kapal barang maupun penumpang sekitar 8.000 unit.

Kondisi tersebut terkait dikeluarkannya kebijakan asas cabotage oleh pemerintah, dimana seluruh komoditas domestik atau angkutan melalui laut Indonesia harus dimuat kapal nasional (bukan kapal asing) yang dilaksanakan mulai 2008.

“Jasa harkan kapal mengalami ‘booming’, dan kami memiliki fasilitas dok yang ideal guna menggenjot bisnis jasa tersebut. Ditargetkan divisi harkan ini bisa menyumbangkan pendapatan Rp 600 miliar,” ujarnya kepada Bisnis di sela-sela pelaksanaan Hari Ulang Tahun (HUT) PT PAL Indonesia ke-33, Minggu (28/4/2013).

Firmansyah menambahkan pihaknya telah menyusun jadual perbaikan kapal hingga setahun mendatang, seiring besarnya potensi jasa tersebut. Langkah tersebut diimplementasikan dengan kegiatan perbaikan menggunakan efisiensi waktu.

“Kami mengatur jangka perbaikan kapal di dok paling lama 12 hari, kemudian perbaikan dilanjutkan di air (kapal diturunkan dari dok). Pola begini dapat mengoptimalkan fasilitas dok guna meraup pendapatan lebih banyak,” tuturnya.

Fasilitas dok di divisi harkan PAL disebutkan mampu mengerjakan dua unit kapal sekaligus, sehingga fasilitas tersebut bisa dimanfaatkan untuk perbaikan empat unit kapal per bulan.

Menurut Firmansyah, kapal milik perusahaan pelayaran dalam negeri yang banyak dilakukan perbaikan umumnya berbobot 6.000 – 17.500 dead weight ton (DWT).(gia)

  BisnisJatim  

SBY-Boediono akan Naik Tank Amfibi Saat Saksikan Latgab TNI di Situbondo

Surabaya - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) didampingi Wakil Presiden Boediono akan menyaksikan latihan gabungan (latgab) TNI di Asembagus, Situbondo, Jawa Timur. Tank amfibi telah disiapkan untuk RI 1 dan RI 2 untuk pendaratan di pesisir Asembagus.

Dari Surabaya, SBY dijadwalkan menuju ke Situbondo dengan menumpang KRI Makassar. Sedangkan Boediono menumpang KRI Surabaya. Rombongan bertolak ke Situbondo pada tanggal 2 Mei setelah menghadiri rangkaian acara di Surabaya.

Di Makoarmatim TNI AL, Ujung, Surabaya, Selasa (30/4/2013), tank amfibi yang akan ditumpangi SBY dan Boediono sudah disterilkan. Bagian interior dibenahi.

Ada yang sedikit mencolok di dalam tank jenis LVT 7 A1 itu. Lantai kabin tank telah dilapisi karpet berwarna biru. Di bagian depan dua tank itu, telah dipasang pelat merah bertuliskan Indonesia 1 dan Indonesia 2.

Kendaraan tempur yang nantinya akan ditumpangi SBY maupun Boediono merupakan tank amfibi buatan Amerika Serikat tahun 1984 yang mampu berjalan 72 Km/jam di jalan biasa (jalan darat beraspal) di air 13 Km/jam. Dengan mesin Cummins VT 400 yang mempunyai 4 percepatan semi otomatis.

Data dari Dinas Penerangan Koarmatim TNI AL, latihan gabungan yang akan disaksikan SBY-Boediono tersebut diikuti 16.745 prajurit TNI AD, TNI AU dan TNI AL.

Dalam latgab kali ini, TNI AD mengerahkan 14 tank scorpion, 5 tank stormer APC, 13 tank AMX, 21 Meriam, 12 Helikopter Mi-17. TNI AL mengerahkan 36 kapal perang (KRI) berbagai jenis, 2 unit roket Multilaras RM 70 Grad, 2 ribu prajurit Marinir.

TNI AU akan melibatkan 5 pesawat Sukhoi SU 27/30, 5 pesawat Hawk SPO, 5 pesawat F16 serta 4 heli EC-120 Colibri. Latgab akan dilaksanakan di Laut Jawa dan Bima NTB serta Sangata Kalimantan Timur pada 4-29 Mei 2013.(gik/try)

  ● detik  

Latgab 2013 : Koarmatim Gelar Latihan Pertahanan

MARKAS Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) melaksanakan latihan pertahanan pangkalan dari bahaya serangan udara pesawat musuh pada Selasa (30/04).

Gelar pertahanan pangkalan tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan Latihan Gabungan (Latgab) TNI Tahun 2013 dan uji kekuatan pertahanan pangkalan (Hanlan) di Koarmatim.

Melalaui siaran pers disebutkan, latihan diawali pada siang dengan terdengar suara sirine bersautan dari sebuah mobil Polisi Militer Angkatan Laut (Pomal) yang berputar mengelilingi pangkalan. Dengan suara keras melalui pengeras suara, petugasnya berteriak kepada setiap prajurit yang dilewatinya.

“Peran tempur bahaya udara, agar seluruh personel mencari tempat perlindungan!”, teriak petugas Pomal tersebut berulang-ulang.

Skenario dalam latihan disimulasikan pada pukul 11.00 Wib, radar KRI Sultan Iskandar Muda - 367 menangkap pergerakan dari udara yang mencurigakan mengarah ke Koarmatim. Tidak lama kemudian, tampak dua buah pesawat terbang rendah mengelilingi pangkalan sambil melakukan penyerangan lewat udara.

 

Menindaklanjuti ancaman bahaya tersebut, jajaran Koarmatim langsung merespon dengan menyiagakan persenjataan anti serangan udara. Pertempuran pun tak dapat dihindarkan. Namun dengan kesigapan prajurit KRI Sultan Hasanudin – 366, akhirnya pesawat musuh tersebut dapat dilumpuhkan dengan sebuah meriam kaliber 57mm.

Dalam Latihan tersebut Satuan Tugas Pertahanan Pangkalan Latihan Gabungan TNI tahun 2013, melibatkan tiga Unsur Tugas (UT) yaitu unsur tugas Pertahanan Laut (Hanla), Pertahanan darat (Hanrat), dan Pertahanan Udara (Hanud). Persenjataan yang dipakai dalam latihan ini antara lain empat meriam 57 mm, satu meriam 20 mm dan satu rudal mistral anti udara guna mengatasi bahaya terhadap serangan udara musuh yang datangnya tak terduga.

   Jurnas  

[Foto] Gelar Alutsista Pasrat Marinir Sebelum Latgab 2013

Surabaya • Berikut Foto Gelar Alutsista Pasrat Marinir :



All Pictures posted by embassyofaudrey

   Garuda Militer  

TNI Rilis Layanan SMS Keluhan Masyarakat di Nomor "1978"

Panglima TNI Laksamana TNI Agus SuhartonoTNI bekerjasama dengan empat pengusaha penyedia jasa telekomunikasi (provider) luncurkan sms gateaway pengaduan dan laporan masyarakat.

TNI bersama dengan provider akan melayani laporan atau pengaduan dari seluruh masyarakat melalui layanan pesan pendek dengan kode akses '1978' secara mudah dan cepat.

Dengan adanya sistem baru tersebut, diharapkan masyarakat dapat melaporkan setiap tindakan prajurit TNI yang melanggar ketentuan berlaku.

"Sistem ini akan memantau setiap tindakan prajurit TNI yang melanggar ketentuan yang berlaku," kata Inspektur jenderal (Irjen) TNI Letnan Jenderal TNI Geerhan Lantara, mewakili Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, sesaat setelah penandatanganan perjanjian kerjasama di Mabes TNI Cilangkap, Selasa (30/4).

Dijelaskan, keempat provider akan dapat mentransfer informasi dari masyarakat ke server milik TNI. Keempat provider tersebut, masing-masing PT Telekomunikasi Seluler Tbk, PT Indosat Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, dan PT XL Axiata Tbk.

"Kami bertujuan untuk membuka akses kontrol sosial. Setiap permasalahan yang muncul di luar dan dilaporkan masyarakat, akan kami bahas dan dipastikan akan diselesaikan berdasarkan kebenaran," kata Geerhan.

Menurutnya, Panglima TNI sangat konsern menuntaskan suatu permasalahan yang terjadi yang melibatkan anggotanya. Penyampaian informasi yang benar juga sangat dibutuhkan untuk menuntaskan suatu permasalahan.

Lebih jauh, Geerhan mengharapkan, layanan Single number kode akses '1978' kedepannya dapat menampung banyak partisipasi masyarakat dalam rangka pengawasan terhadap kinerja TNI secara khusus.

MoU itu sendiri akan berlaku selama tiga tahun untuk kemudian diperbaharui sesuai dengan perkembangan teknologi.

  ● Berita Satu  

KRI Karimata-960 Angkut Material Kopassus

Jakarta • KRI Karimata (KMT)-960 salah satu unsur Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) mengangkut material Komando Pasukan Khusus (Kopassus) guna menunjang kegiatan ekspedisi NKRI tahun 2013 Koridor Sulawesi.

Kapal perang yang dikomandani oleh Mayor Laut (P) Agung Nugroho ini, Senin (29/4) bertolak dari Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, usai melaksanakan embarkasi material dari kesatuan TNI AD itu guna mendukung kegiatan ekspedisi yang bertujuan mendata dan meneliti segala potensi kekayaan alam dan membangkitkan kesadaran teritorial tersebut.

KRI Karimata (KMT)-960, adalah kapal perang jenis kapal Bantu Umum (BU), yang bertugas sebagai armada angkut logistik dan materiil ke pulau-pulau di wilayah Indonesia dan saat ini merupakan salah satu unsur Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) yang berada di jajaran Satuan Lintas Laut Militer (Satlinlamil) Jakarta.

Pergeseran kekuatan militer baik pasukan maupun logistik melalui laut di seluruh perairan Indonesia, baik pada saat damai maupun masa perang merupakan salah satu tugas pokok Kolinlamil, yaitu membina kemampuan sistem angkutan laut militer, membina potensi angkutan laut nasional untuk kepentingan pertahanan negara, melaksanakan angkutan laut TNI dan Polri yang meliputi personel, peralatan, dan perbekalan, baik yang bersifat administratif maupun taktis strategis serta melaksanakan bantuan angkutan laut dalam rangka menunjang pembangunan nasional.

Sambil melaksanakan lintas laut menuju daerah sasaran, KRI Karimata-960 sekaligus melaksanakan operasi penegakan hukum di laut terhadap segala kemungkinan tindak pelanggaran di laut, dengan melaksanakan pendeteksian terhadap berbagai kegiatan pelayaran kapal-kapal niaga maupun kapal ikan sepanjang rute pelayaran menuju daerah operasi dengan tetap mengutamakan keamanan.

Demikian berita Dinas Penerangan Kolinlamil.

   TNI AL  

Kasum TNI Tinjau Kesiapan Latgab TNI di Puslatpur Marinir

KEPALA Staf Umum (Kasum) TNI selaku Direktur Latihan Gabungan (Dirlatgab) TNI 2013 Marsekal Madya TNI Boy Syahril Qamar melakukan peninjauan dan pengecekan secara langsung kesiapan lokasi yang akan digunakan sebagai ajang latihan pertempuran serta kesiapan daerah latihan dan fasilitas yang ada sebelum digunakan sebagai tempat Latihan Gabungan (Latgab) TNI tahun 2013, di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Korps Marinir, Baluran, Karang Tekok, Asem Bagus, Situbondo, Jawa Timur, Senin (29/4/2013).

Dalam kunjungannya, Jenderal berbintang tiga itu didampingi Pangkostrad selaku Panglima Komando Gabungan (Pangkogab) Letjen TNI M. Munir, Dankodiklat TNI selaku Wakil Direktur Latihan Gabungan (Wadirlatgab) Mayjen TNI Chaidir Serunting Sakti M.Sc, dan Komandan Pasmar 1 selaku Komandan Pasukan Pendarat (Danpasrat) Brigjen TNI Siswoyo Hari Santoso.

Kedatangan orang  nomor dua di jajaran TNI beserta rombongan dengan menggunakan Helly Super Puma TNI AU bernomor 3215 tersebut disambut oleh Komandan Puslatpur Baluran Letkol Marinir Agus Gunawan, di pos Marinir pantai Banongan, Asembagus, Situbondo Jawa Timur.

Pada kesempatan tersebut, Kasum TNI beserta rombongan mengecek langsung situasi dan kondisi pantai Banongan dan sekitarnya yang akan digunakan sebagai tempat pendaratan Amfibi, pengecekan pembangunan pos tinjau dan renovasi menara tinjau serta peninjauan  ke Mess Keris Samudra yang rencananya juga akan digunakan sebagai sarana pendukung dalam Latgab TNI tahun 2013.

Rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan  mengunjungi  Mako Puslatpurmar Baluran, setelah sebelumnya melakukan peninjauan di ketinggian tersier 12 (T12), yang rencana akan digunakan sebagai tempat untuk manuver pasukan beserta alutsistanya.

Sebelumnya di hari yang sama, Kasum TNI juga melaksanakan peninjauan kesiapan unsur laut dalam rangka pelaksanaan Latgab TNI Tahun 2013 di Dermaga Ujung Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim). Dalam kesempatan tersebut, Kasum TNI melakukan pengecekan ke KRI Makassar-590.

KRI jenis Landing Platform Dock ini rencananya akan membawa Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono dan para pejabat RI bergeser dari Surabaya menuju ke Asembagus, Situbondo untuk menyaksikan secara langsung Latihan Pendahuluan Latihan Gabungan Operasi Pendaratan Amfibi.

Personil yang terlibat dalam Latgab TNI kali ini berjumlah 16.745 prajurit, dengan didukung berbagai material tempur yang dimiliki TNI, antara lain :
  • TNI AD mengerahkan 14 Tank Scorpion, 5 Stormer APC, 2 Stormer Co, 13 unit Tank AMX, 21 Pucuk Meriam (Mer), 12 Hely Mi 17, 12 Heli Bell dan 3 Bolcow.
  • TNI AL mengerahkan 36 KRI, 17 Unit BMP-3F, 33 BTR-50, 6 Kapa K-61, 2 Unit RM-70 Grad, 7 Unit LVT-7A1, 2 Unit BVP-2, 3 Cassa dan 5 Heli Bell.
  • Sementara TNI AU mengerahkan 5 Pesawat Tempur SU-27/30, 5 Hawk SPO, 5 Unit F-16, 5 Unit Hawk PBR, 11 Pesawat C-130 HS/H/B, 1 Pesawat C-130 BT, 2 Pesawat Intai B-737, 2 Pesawat C-212 Cassa, 2 Unit CN-235, 1 Unit CN-235 MPA, 2 Heli-332/Sa-330, dan 4 Helly Colibri EC-120.

Dansatgaspen Latgab TNI Tahun 2013
Kolonel Adm Bejo Suprapto, S.T.


Gladi Pengamanan VVIP Latgab TNI 2013

Surabaya • Setiap prajurit memiliki peran yang sangat penting, oleh karena itu dibutuhkan tingkat kepekaan yang tinggi dalam melaksanakan tugas pengamanan VVIP. Hal itu disampaikan oleh Asisten Intelijen (Asintel) Pangarmatim Kolonel Laut (T) Bambang Wahyudi selaku Asintel Komando Gabungan (Kogab) dalam Latihan Gabungan (Latgab) TNI 2013, pada saat apel gladi pengamanan VVIP Latgab TNI 2013 di Koarmatim, Ujung, Surabaya, Senin (29/04).

Menurut Asintel Pangarmatim, kejadian sekecil apapun di pangkalan dapat mempertaruhkan kredibilitas Koarmatim dan bisa menggagalkan tugas pengamanan VVIP tersebut. Oleh karena itu merupakan kewajiban bagi tim pengamanan untuk mewaspadai segala bentuk ancaman, dengan lebih meningkatkan tindakan deteksi dini terhadap perkembangan lingkungan serta potensi gejolak masyarakat.

Skenario ancaman bisa saja terjadi akibat ulah sekelompok orang tidak puas dengan kebijakan pemerintah dengan dilatar belakangi isu politik, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan serikat pekerja atau buruh. Hal tersebut menjadi wilayah tanggung jawab tim pengamanan terbuka dan tertutup dibawah kendali Komandan Satuan Tugas Pengamanan VVIP Pangkalan dalam hal ini Komandan Lantamal V Surabaya.


Aksi pengerahan massa dan tindakan sabotase serta infiltrasi oleh sekelompok orang akan berpengaruh besar terhadap tugas pengamanan tersebut. Aksi semacam itu biasanya memanfaatkan celah kelengahan petugas untuk memasukkan material berbahaya seperti Bahan Peledak (Handak), senjata dan alat peraga spanduk yang berisi penentangan.

Secara organisasi tugas pengamanan di air dan pangkalan adalah tanggung jawab Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim). Seluruh tim pengamanan harus bisa membaca dan mengkondisikan situasi sejak dini demi lancarnya pelaksanaan pengamanan tersebut. Sebagai tumpuan informasi, pengamanan tertutup harus lebih peka dari segala dimensi dan melaporkan setiap perkembangan situasi ke tingkat komando atas, agar setiap ancaman dapat ditindak lanjuti lebih cepat oleh satuan penindakan dan pengamanan terbuka.


Pengamanan terbuka disebar di seluruh titik strategis. Satuan ini terdiri dari gabungan Polisi Militer Angkatan Laut (POMAL), Komando Pasukan Katak dan Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan (Yonmarhanlan) Lantamal V. Tugas yang diemban adalah memeriksa keluar masuknya material dan personel menuju daerah basis yang nantinya akan dilewati VVIP.

Kegiatan tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan pengamanan dan pertahanan pangkalan dalam rangka Latgab TNI tahun 2013 yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Pasukan yang terlibat antara lain satu Kompi Pasukan Penanggulangan Anti Huru Hara (PHH) dan satu Kompi pengamanan terbuka dari Yonmarhanlan Lantamal V, satu kompi gabungan Pomal, satu kompi Satkopaska serta Satuan Intelijen Gabungan dari Koarmatim dan Lantamal V.

   Koarmatim  

Danpussenarhanud Membuka Pembukaan Pelatihan Radar

Sista Hanud 23 mm/Giant Bow (Pussernarhanud)
Jakarta • Komandan Pusat Senjata Artileri Pertahanan Udara (Danpussenarhanud) Hadi Prasojo secara resmi membuka Pembukaan Pelatihan Radar AS 901A 3D dan BCV Sista Hanud Meriam 23 mm/ Giant Bow tahun 2013. Pembukaan tersebut dihadiri oleh Kasdiv 1 Kostrad Brigjen TNI Asro Budi, Dirpalad, Danpusdikpal, Dirbinlitbang dan tim pelatih dari Norincho (Cina) pada hari Senin tanggal 22 April 2013 lalu bertempat di Aula Yonarhanudri 1/1 Kostrad.

Pelatihan Radar ini dilaksanakan selama 1(satu) bulan sejak tanggal 22 April-28 Mei 2013 diikuti Perwira, Bintara, dan tamtama mengambil tema “ Dengan pelatihan Radar dan BCV kita tingkatkan profesionlisme operator dan teknisi dalam mengoperasikan Sista Hanud Meriam 23 mm/Giant Bow “.

Sementara kegiatan ini dimaksudkan untuk melatih operator dan teknisi agar memiliki kemampuan mengoperasionalkan dan memelihara Radar maupun BCV Meriam 23 mm/Giant Bow. Diharapkan dengan pelatihan ini nantinya dapat memunculkan tenaga-tenaga teknisi yang handal dan mampu memelihara, memperbaiki serta memberikan solusi yang tepat apabila alut sista tersebut mengalami kerusakan.

Dalam sambutannya Danpussenarhanud Brigjen TNI Hadi Prasojo menyampaikan tiga hal pokok, antara lain "Pelatihan Radar AS 901A 3D dan BCV Sista Hanud Meriam 23 mm/ Giant Bow ini sebagai sarana Transfer of knowledge alutsista baru yang diterima oleh satuan Arhanud. Dalam pelatihan ini akan diajarkan teori dan praktek mendasar yang berkaitan dengan pengoperasian baik sebagai operator maupun teknisi Radar dan BCV.

Dengan demikian pelatihan ini mempunyai peranan penting dalam meningkatkan profesionalme prajurit Arhanud dalam mengawaki alut sista ini serta penguasaan teknnis bagi para teknisi baik dari kecabangan maupun dari pembinaan material."

Berikutnya bahwa tujuan dari pelatihan ini adalah melatih personel yang bertugas sebagai operator yang nantinya dapat mengoperasionalkan Radar dan BCV dengan benar sehingga disamping lebih mengoptimalkan kemamapuan senjata, juga dapat memperkecil atau mengurangi resiko kerusakan alut sista tersebut.

Terakhir bahwa pelatihan Radar dan BCV ini mengadung tanggung jawab yang besar oleh karenanya maka para peserta penataran harus benar-benar bisa menyerap apa yang disampaikan oleh para instruktur agar selesai mengikuti pelatihan AS 901A 3D dan BCV Sista Hanud Meriam 23 mm/ Giant Bow nanti menjadi kader-kader yang siap melatih satuannya masing-masing.

  TNI AD  

8 Mesin Sukhoi Tiba di Makassar

Makassar • Setelah beberapa waktu yang lalu dua Pesawat Tempur SU-30 MK 2 dari 6 Pesawat pesanan pemerintah Indonesia buatan Rusia memperkuat Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin, Tim penerimaan kedatangan Pesawat tempur Sukhoi Lanud Sultan Hasanuddin baru-baru ini kembali disibukan untuk menerima kedatangan 8 engine Pesawat Tempur Sukhoi 27/30 yang diangkut dengan menggunakan Pesawat Antonov AH-124-100 VDA-6192 dengan Pilot Chevron, Co Pilot Morenko.

Kedatangan Pesawat AH-124-100 yang parkir di Base Ops Lanud Sultan Hasanuddin tersebut disaksikan oleh Komandan Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin Kolonel Pnb Danet Hendriyanrto, Para Kepala Dinas, Komandan Satuan, Tim dari Kemhan, Mabes TNI dan Mabesau serta Pejabat dari PT Trimarga Rekatama.

Pesawat AH-124-100 mempunyai panjang badan 68.96 m dan lebar sayap 73.3 m serta tinggi 20.78 m, yang membawa empat engine pesawat tempur SU-27/30 buatan KNAPO (Komsomolsk-na Amur Aircraft Production Association) Rusia, Take off dari Bandara Dzemgi Rusia dengan rute penerbangan Bandara Dzemgi Rusia- Manila - Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, yang merupakan satu rangkaian tahapan dari kedatangan enam unit pesawat Temnpur SU-30 MK2 pesanan pemerintah Indonesia buatan Rusia.

   TNI AU  

Ahli Terorisme Harus Diperbanyak

ASISTEN Personil (Aspers) Panglima TNI dalam sambutan tertulis dibacakan oleh Paban II/Dik Spers TNI, Kolonel Lek. Hari Andy Atmoko mengatakan TNI berpandangan bahwa ke depan semakin dibutuhkan lebih banyak ahli-ahli Terorisme untuk meningkatkan peran TNI dalam penanggulangan Terorisme di dalam negeri.

Hal tersebut disampaikan pada pembukaan Seminar Operasi Khusus Melawan Terorisme (Special Operations Combating Terrorism Workshop), di Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI Sentul, Bogor, Jawa Barat, Senin (29/4).

Seminar ini yang berlangsung dari tanggal 29 April sampai 8 Mei 2013 tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pandangan personil TNI terhadap trends dan isu-isu baru dalam penanggulangan Terorisme. Seminar tersebut juga dimaksudkan untuk meningkatkan hubungan bilateral antara Indonesia dan Amerika.

Instruktur seminar ini dari Joint Special Operation University (JSOU) USA dan George C. Marshall Center Institute, Jerman. Program tersebut merupakan bantuan US Pacom dibawah lembaga Combating Terrorism Fellowship Programm (CTFP) yang telah disepakati pada September tahun lalu.

Sebanyak 38 personil TNI terdiri dari 10 personil Angkatan Darat, 11 personil Angkatan Laut, 12 personil Angkatan Udara, 4 personil Mabes TNI dan 1 personil Kemhan mengikuti seminar ini.

Aspers Panglima TNI berpesan agar peserta dapat mengikuti seminar serius dan bersungguh-sungguh sehingga seluruh informasi yang diberikan oleh para instruktur bisa terserap dengan baik.

“Beranilah bertanya secara kritis, agar transfer pengetahuan dapat berjalan dengan baik,” ujarnya seperti dilansir dalam siaran pers Puspen TNI.

  ● Jurnas  

"Mereka tentara yang gagah berani"

Mayjen (Purn) TNI, Sukotjo Tjokroatmodjo, dari Legiun Vetaran RI (LVRI) mengatakan tentara Australia yang berperang melawan Jepang di Indonesia dikenal dengan citra mereka sebagai tentara yang sangat berani dalam pertempuran.

Mayjen (Purn) TNI, Sukotjo Tjokroatmodjo (membelakangi kamera) duduk di samping seorang veteran perang Australia dalam hari peringatan Anzac Day, 25 April 2013. (Credit: ABC)

Sukotjo mengenang aksi kepahlawanan tentara Australia dalam pertempuran di Jembatan Porong, sebelah Selatan Surabaya pada tahun 1942.

“Ada tentara Australia itu mengikat dirinya diatas kereta api, badannya dililitkan dengan senapan mesin dan ia memuntahkan peluru ke arah tentara Jepang sampai pelurunya habis sampai dia gugur di tempat. Aksi itu sangat terkenal dan menjadi buah bibir. Orang-orang seusia saya pasti tahu cerita itu."

Reputasi baik ini menurutnya bukan hanya di medan perang -tentara Australia dikenal sangat dekat dengan warga Indonesia.

“Waktu itu kan Indonesia masih jajahan Belanda, dan mereka menganggap kedatangan tentara Australia ya memang untuk membantu kita agar tidak dijajah Jepang."

Dukungan Australia, menurut mantan ajudan Bung Karno ini, terus berlanjut hingga sesudah masa kemerdekaan, di mana Indonesia kembali menunjuk Australia sebagai perwakilan Indonesia dalam komisi Tiga Negara untuk memfasilitasi perundingan di PBB.

“Saya kenal baik orang Australia yang memimpin delegasi Australia dalam Komisi Tiga Negara itu namanya Thomas Critchley. Ia membela Rakyat Indonesia mati-matian dalam perundingan itu. Ia membantah klaim negatif Belanda mengenai Indonesia di meja perundingan. Sampai akhirnya Indonesia memenangkan perundingan tersebut dan pendudukan Belanda di Indonesia berakhir."

Dukungan atas kemerdekaan Indonesia tersebut juga ditunjukkan oleh masyarakat Australia. Di saat Indonesia berjuang memperoleh pengakuan Internasional sebagai negara merdeka pasca proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, buruh pelabuhan di Australia melancarkan aksi mogok massal dan menyandera kapal-kapal Belanda yang berisi amunisi, senjata, dan sebagian tentara yang hendak diberangkatkan ke Indonesia untuk melakukan agresi militer merebut Indonesia kembali.

Aksi solidaritas buruh pelabuhan ini kemudian semakin meluas. Para buruh transportasi ikutan menggelar aksi serupa, disusul oleh buruh cat, buruh mesin, dan bahkan pegawai kantor dermaga yang sehari-hari mengurusi kapal-kapal Belanda pun akhirnya ikutan melakukan mogok kerja.

Aksi dukungan moral ini akhirnya mengalir dari negara lain dan perjuangan Indonesia untuk merdeka terus menuai dukungan internasional.

Dan pagi ini, di upacara peringatan Anzac Day, berbagai kenangan tersebut kembali hidup di benak para saksi sejarah.

  ● Radio Australia  

Perkembangan Senjata Kanon Tank

Di penghujung tahun 2012 lalu, kita disuguhi dua event besar berupa Pameran Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) yang digelar oleh TNI AD pada Oktober lalu dan Indo Defence oleh Kementrian Pertahanan pada tanggal 7 sampai 10 Nopember baru-baru ini. Pada pameran alutsista yang disambut antusias oleh masyarakat itu, TNI AD menampilkan berbagai peralatan tempur dari generasi ke generasi, di antaranya adalah kendaraan tempur Tank dan Panser milik Korps Kavaleri.

Di sela-sela pameran tersebut muncul pertanyaan dari masyarakat; mengapa Tank (MBT = Main Battle Tank) Leopard tidak ditampilkan? Dan pertanyaan ini terjawab pada saat pagelaran Indo Defence di JIExpo Kemayoran Jakarta. Tank yang sangat di tunggu-tunggu itu muncul dengan varian Leopard 2 Revolution didampingi Marder APC.

Tetapi sayang, rencana pembelian kendaraan tempur Tank Leopard menuai polemik, perundingan dalam negeri berjalan alot, salah satu pihak memvonis bahwa Tank Leopard tidak cocok dengan kondisi geografis Indonesia, Tank Leopard terlalu besar dan berat, Tank Leopard akan amblas, katanya lagi yang cocok di kita adalah tank kelas ringan dan maksimal medium, pendapat ini mungkin cukup menghibur bagi tetangga kita yang suka menggeser-geser patok perbatasan atau suka “selanang-selonong” melewati batas wilayah perairan negara kita, yang saat ini sudah memiliki Tank MBT buatan Polandia.

Sementara di lain pihak TNI sebagai user sangat membutuhkan Tank MBT Leopard yang secara fakta menduduki urutan pertama sebagai market leader sehingga Tank ini tampil sebagai Tank kelas dunia yang “populasi”nya mengalahkan Abrams M1A2, Tank kenamaan buatan Amerika dan Challenger Inggris, karena dari berbagai sisi Tank ini memiliki keunggulan.

Saat ini rasanya kita sudah tidak perlu lagi berdebat tentang kemungkinan Tank Leopard akan amblas atau tidak, sebab perdebatan itu nampak kekanak-kanakan, mau tidak kekanak-kanakan bagaimana? Teori Tank sebesar Leopard amblas dapat di patahkan dengan perhitungan fisika dasar tingkat SMP, tidak perlu kehadiran ahli geologi atau sarjana teknik, dan bila anda mau meluangkan waktu berjalan-jalan ke Lembaga Pendidikan Korps Kavaleri dan berdiskusi dengan seorang Bintara Instruktur kendaraan tempur di sana, diskusi tentang “amblas” akan rampung dalam 15 menit.

Main Battle Tank (MBT) selalu diupayakan dilengkapi dengan empat sistem utama kelas wahid, yaitu sistem otomotif, sistem senjata, sistem komunikasi dan sistem proteksi. Bila sekarang kita bayangkan tank MBT melakukan dog fight versus tank kelas ringan atau medium, hal ini bisa diibaratkan dengan pertarungan tinju antara Lennox Lewis dengan Manny Pacquiao. The Pac Man (Manny Pacquiao) memang pukulannya keras tapi tidak sampai karena jangkauan pukulannya hanya 170 cm sementara Lewis 213 cm. Pun seandainya pukulan The Pac Man kena, itu akan membuat badan Lennox Lewis goyang, akan tetapi bila upper cut atau hook Lewis yang mengantam The Pac Man, kita semua khawatir pahlawan tinju Asia itu akan terbang ke luar ring.

Daya gempur mengerikan yang dimiliki Tank adalah senjata kaliber besarnya (Kanon) yang bisa di tembakan ke segala arah dan dibawa ke mana-mana. Tetapi kanon yang saat ini digunakan pada semua tank termasuk tank MBT memiliki perjalan perkembangan yang menarik seiring perkembangan sistem kekebalan (armoured protection system) dari tank lawan yang akan dihadapi.

Perkembangan laras senjata api : Smoothbore-Rifling-Smoothbore.

Pada awalnya, laras senjata api dibuat licin (smoothbore) dan proyektil yang ditembakan melesat tanpa berputar (spin) yang signifikan, sehingga proyektinya harus memiliki bentuk yang stabil seperti panah besirip atau bola untuk meminimalkan kemungkinan terguling atau jatuh ke tanah selama terbang. Namun peluru berbentuk bola cenderung berotasi secara acak selama terlontar di udara, hal ini disebabkan terjadinya ”efek Magnus” yaitu; lintasan peluru berbentuk bola akan membentuk kurva parabola yang relatif mulus tetapi rotasinya terjadi beberapa poros sehingga menjadi tidak sejajar dengan arah lintasan.

Untuk menghidari hal tersebut, maka dibuatlah laras senjata yang memiliki alur yang berputar atau alur spiral (polygonal rifling) sehingga pada saat peluru ditembakan, alur rifling tersebut akan memaksa proyektil untuk melintir (spin), melesat dengan stabil dan mencegah jatuh ke tanah. Ada dua kelebihan dari laras yang alurnya berputar (rifling), pertama: meningkatkan akurasi tembakan dengan menghilangkan rotasi acak akibat efek magnus, dan kedua : memungkinkan peluru dibuat lebih panjang, lebih berat sehingga meningkatkan jarak capai dan tenaga, walaupun ditembakan pada senjata dengan kaliber yang sama. Pada abad 18, senjata dengan laras smoothbore menjadi standar pasukan infanteri, kemudian pada abad 19 smoothbore digudangkan dan digantikan dengan laras yang rifling. Karena laras yang rifling inilah maka orang umum di barat menyebut senjata api dengan kata rifle.

Perkembangan senjata kanon pada Kendaraan tempur Tank terjadi transisi yang aneh, awalnya laras senjata dibuat smoothbore, kemudian smoothbore digantikan dengan kanon yang alurnya rifling (berputar) dan akhir-akhir ini kembali lagi ke smoothbore. Data terakhir mencatat, dari sekian jenis tank tempur utama (MBT=Main Battle Tank) generasi terbaru, sebut saja Leopard (Jerman), Abrams (AS), Le Crec (Perancis), T-90 (Rusia), Ariete (Italy), Merkava (Israel), semuanya menggunakan Kanon smoothbore kecuali Chalenger (Inggris) dan Arjun (India) yang masih bertahan menggunakan kanon rifling.

PERKEMBANGAN MUNISI DAN ARMOR PROTECTION

Perkembangan laras kanon dari smoothbore ke rifling dan kembali lagi ke smoothbore, tidak lepas dari perkembangan penggunaan jenis munisi dan “sistem kekebalan tubuh“ yang diberikan oleh “lindung lapis baja“-nya badan kendaraan tempur tank.

Secara umum ada empat jenis munisi kanon standar, walaupun dari keempat jenis munisi ini dipecah lagi menjadi beberapa sub-varian. Keempat jenis munisi tersebut adalah HE, HESH, HEAT dan APFSDS.

HE

Munisi kanon yang paling umum adalah munisi yang mempunyai daya ledak tinggi, yang secara sederhana biasa disebut peluru HE (High Explosive). Proyektil munisi ini terbuat dari baja yang kuat, diisi bahan peledak berkekuatan tinggi, dan sebuah fuse. Ketika fuse memicu bahan peledak, maka bahan peledak bereaksi sehingga menghasilkan ledakan, memancarkan panas dan akibatnya menghancurkan casing proyektil menjadi berkeping-keping (fragments) yang berterbangan dengan kecepatan yang sangat tinggi. Efek perusakan yang diakibatkan peluru ini lebih banyak disebabkan oleh pecahan kepingan proyektil (fragments) dari pada gelombang kejut secara langsung.


Munisi HE terdiri dari beberapa fungsi tergantung jenis fuse yang digunakan. Ada peluru HE yang diset untuk meledak pada permukaan tanah / sasaran, ada yang di set untuk meledak diatas permukaan tanah / sasaran, dan ada pula yang diset untuk meledak setelah melakukan penetrasi pada tanah dengan kedalaman yang pendek (dengan maksud untuk menyalurkan dan menambah goncangan tanah atau mengurangi penyebaran fragmentasi dari proyektil).


Munisi ini tegolong pada munisi yang menghasilkan efek perusakan berdasarkan energi kimia (Chemical Energy) yang saat ini cocok digunakan untuk menghancurkan sasaran non armour seperti gedung, bunker, jembatan dan perkubuan. Untuk akurasi (ketepatan) peluru ini mengandalkan senjata dengan alur dan galangan yang berputar (rifling).

HESH

Munisi HESH (High Explosive Squash Head) atau di Amerika disebut HEP (High Explosive Plastic) adalah munisi yang cukup efektif terhadap bangunan beton dan juga digunakan untuk melawan kendaraan tempur. Munisi HESH pertama kali digelar oleh Angkatan Darat Inggris pada masa perang dingin, kemudian diikuti oleh Angkatan bersenjata negara lain pasca perang dingin.

Proyektil munisi HESH adalah logam tipis yang diisi bahan peledak plastis berdaya ledak tinggi yang dirangkaikan dengan fuse yang memberikan jeda waktu aksi (delayed-action base fuse). Pada saat proyektil HESH membentur sasaran, proyektil berubah bentuk menjadi pipih / squashed (seperti labu yang dibenturkan ke dinding, mungkin ini penyebabnya munisi ini menggunakan kata “squash” yang berarti labu) atau berubah bentuk menjadi cakram mirip adonan kue yang dibantingkan ke meja. Sepersekian detik kemudian fuse bereaksi memicu bahan peledak, maka terjadi ledakan yang menciptakan gelombang kejut, pada permukaan yang lebar dan kontak langsung dengan target. Pada kasus munisi HESH yang menghantam badan kendaraan tempur, terjadi tekanan gelombang kejut yang menghentak badan kendaraan tempur yang terbuat dari logam dan menjalar dengan cepat ke bagian dalam kendaraan tempur sampai mencapai titik antara permukaan logam interior dengan udara ruangan awak, sebagian energi direfleksikan sebagai gelombang tegangan.

Pada saat itu tekanan dan gelombang tegang berpotongan, maka terciptalah zona stress tinggi (high stress zone) pada logam badan kendaraan tempur yang menyebabkan terjadinya pecahan-pecahan baja yang memancar dari dinding interior. Fragmentasi akibat gelombang ledakan ini disebut spalling, sementara pecahan logam (fragmen) itu sendiri disebut spall. Pecahan logam tersebut berterbangan pada kecepatan yang sangat tinggi melalui bagian dalam kendaraan untuk melukai atau membunuh para awak, kerusakan peralatan, dan / atau menyulut munisi dan bahan bakar.


Peluru HESH memiliki kegunaan yang luas sebab dapat bekerja efektif pada hampir semua jenis target, tetapi umumnya munisi ini memiliki kecepatan (v) yang relatif rendah karena kecepatan tinggi akan mengakibatkan benturan proyetil yang berubah bentuk menjadi pipih pada sasaran akan terlalu menyebar sehingga mengurangi dampak gelombang kejut. HESH tidak dirancang untuk benar-benar melubangi badan kendaraan tempur terutama tank MBT, sebab hanya mengandalkan konduksi gelombang kejut yang terjadi pada plat baja kendaraan tempur padat (solid steel armour). Munisi HESH memerlukan akurasi tinggi, maka hanya efektif bila ditembakan dari kanon yang alurnya berputar (rifling).


Untuk menghadapi efek kerusakan akibat tembakan peluru HESH, maka desain badan kendaraan tempur dikembangkan menjadi berlapis-lapis mengarah kepada logam komposit yang keras dan bahan-bahan tahan panas. Struktur logam seperti ini adalah konduktor yang buruk bagi gelombang kejut, dan lebih jauh lagi "lapisan pencegah fragmentasi / spalling", terbuat dari bahan-bahan seperti Kevlar, biasanya dipasang di bagian permukaan baja, di mana ia bertindak untuk mempertahankan setiap pecahan yang mungkin terjadi.

HEAT

Dengan tampilnya logam komposit yang digunakan pada badan kendaraan tempur maka kedigdayaan peluru HESH menjadi berkurang. Kendaraan tempur modern saat ini terutama tank/panser kelas medium dan Tank MBT (Medium & Heavy Armor) menjadi lebih kebal, sehingga peluru HESH penggunaannya hanya efektif terhadap sasaran kendaraan tempur kelas ringan (Light Armored Vehicle) yang struktur logamnya non komposit generasi lama, juga sasaran gedung, jembatan atau bunker.

Untuk menghadapi kendaraan tempur yang badannya sudah kebal oleh peluru HESH maka perlu munisi yang yang lebih efektif yaitu munisi HEAT (High Explosive Anti Tank). Munisi HEAT dibuat berdasarkan teori efek Neumann (yang merupakan pengembangan efek Munroe) yaitu pancaran (jet) berkecepatan sangat tinggi (very-high velocity) dari logam dalam keadaan cair (superplasticity) dapat menembus logam padat (solid armor).

Peluru HEAT betul-betul dirancang untuk menembus baja kendaraan tempur, dimana bahan peledak bereaksi pada saat proyektil membentur sasaran, dan ledakan ini megubah logam padat (biasanya tembaga atau timah) menjadi cair (molten metal/superplasticity) yang dipancarkan melalui celah sempit ruang hampa yang berbentuk corong yang berada dibagian depan proyektil. Pancaran logam cair yang kemudian disebut Jet ini bergerak dengan kecepatan hipersonik (diatas 25 kali kecepatan suara) sehingga menghasilkan energi kinetik yang bisa mengikis baja kendaraan tempur secara ekslusif. Secara teori peluru HEAT pada awalnya mampu menembus baja dengan diameter lubang 1,5 sampai 2,5 kali diameter proyektil, kemudian peluru HEAT modern diklaim bisa menembus baja sampai 7 kali diameter proyektil dan ini terus meningkat seiring peningkatan kualitas material yang digunakan dan performa kinerja Jet.


Akan tetapi peluru HEAT akan kurang efektif bila berputar (ditembakan dari laras yang alurnya berputar/rifling; sebuah metode normal untuk menghasilkan akurasi), sebab perputaran tersebut akan menghasilkan gaya sentrifugal (gaya kearah luar pada benda yang berputar) yang akhirnya Jet akan menyebar sehingga daya tembus menjadi berkurang. Atas dasar ini peluru HEAT perlu ditembakan dari senjata berlaras Smoothbore.

Ada kesalah pahaman yang tersebar luas, HEAT diartikan sebagai kata yang berarti PANAS (Inggris), sehingga banyak orang mengira peluru HEAT melakukan penetrasi pada target baja berdasarkan konsep panas, padahal peluru jenis ini tidak tergantung dengan fenomena thermal apapun. Kesimpang siuran ini muncul dari akronim HEAT yang diartikan sebagai kata “PANAS”.

APFSDS

Efek penetrasi peluru HEAT bekerja dengan waktu yang sangat singkat dan berkurang sangat cepat, itu sebabnya saat ini Jerman memelopori penggunaan Skirts (tabir logam) yang dipasang pada bagian samping Kendaraan tempurnya seperti pada MBT Leopard, sehingga daya tembus peluru HEAT akan bekerja pada Skirts dan sudah kehilangan efek penetrasi sebelum mengenai bagian utama badan tank. Atau penggunaan keramik (cobham) yang digunakan pada tank Chalenger (Inggris) yang terbukti dapat meredam efek Jet peluru HEAT, atau penggunaan reactive armour (baja reaktif) yang mendahului meledakan peluru HEAT kearah luar sebelum peluru HEAT melakukan penetrasi.

Karena kenyataan ini, kejayaan peluru HEAT menjadi melemah, maka perlu diciptakan lagi peluru yang dapat melumpuhkan kendaraan tempur yang sudah dilengkapi dengan skirts, keramik/cobham, atau reactive armour tersebut, maka munculah peluru jenis APFSDS (Armour Piercing Fin Stabilized Discarding Sabot).


Munisi APFSDS dirancang untuk menembus target apapun bukan berdasarkan hasil kerja dari ledakan yang dihasilkan oleh energi kimia (chemical energy penetrator seperti peluru HE, HESH dan HEAT) melainkan berdasarkan konsep yang memaksimalkan efek dari energi kinetik pada peluru yang dirancang sedemikian rupa, sehingga terkadang munisi APFSDS ini disebut Kinetic Energy Penetrator. Prinsip maksimalisasi energi kinetik didapat dari massa dan kecepatan dengan area benturan peluru pada sasaran, sehingga peluru dapat dengan mulus menembus target. Hal ini diperoleh dengan syarat - syarat sebagai berikut :

- Ditembakan dengan kecepatan (v) yang sangat tinggi.
- Gaya dikonsentrasikan pada daerah benturan (impact area) yang sangat kecil namun tetap menyimpan massa yang relatif besar.
- Memaksimalkan massa peluru dengan menggunakan logam terpadat.

Agar gaya dikonsentrasikan pada daerah benturan yang kecil (small impact area) maka proyektil peluru APFSDS dibuat dengan diameter 2-3 cm dan panjang 50-60 cm sehingga bentuknya mirip sebatang linggis, karena hal itu terkadang peluru jenis ini disebut Long Rod Penetrator (LRP), namun masalah lain timbul: bukankah peluru ini ditembakan dari senjata Kanon yang berkaliber mulai 90 mm, 105 mm sampai 120 mm? Berarti ada celah yang lebar antara diameter proyektil dengan diameter laras senjata? Sementara syarat lain mengharuskan peluru ini ditembakan dengan kecepatan yang sangat tinggi? Untuk mengatasi hal ini maka dipasanglah Sabot (bahasa Perancis yang berarti sepatu kayu). Sabot inilah yang menutup celah antara proyektil/penetrator dengan diameter laras sehingga kompresi ledakan isian dorong secara maksimal melontarkan peluru dengan kecepatan luar biasa yaitu sekitar 1400 sampai 1900 meter/detik.

Setelah proyektil/penetrator keluar dari mulut laras, Sabot sudah tidak diperlukan lagi, maka dengan sendirinya akan dilepaskan (discarding), akan tetapi karena peluru beroperasi dengan kecepatan tinggi, Sabot masih terlontar sampai beberapa ratus meter dengan kecepatan yang masih mematikan bagi pasukan musuh atau menyebabkan kerusakan ringan pada kendaraan.


Untuk memaksimalkan Energi Kinetik pada saat penetrator (proyektil tembus baja) membentur sasaran, selain penetrator dibuat dengan diameter yang kecil dan ukuran yang panjang, massa penetrator juga harus dimaksimalkan dengan menggunakan logam padat, maka dipilih material dari Tungsten carbide, atau Depleted Uranium (DU) alloy (Staballoy).

Namun masalah logis selanjutnya, untuk mendapatkan jangkauan tembakan yang jauh dengan energi kinetik dikonsentrasikan pada daerah benturan yang kecil, sementara desain penetrator yang dibuat panjang dan ramping, secara aerodinamis hal ini tidak stabil, sehingga cenderung jatuh ke tanah pada saat terbang dan kurang akurat. Secara tradisional, penetrator diberi kestabilan selama terbang dari laras dengan alur yang berputar (rifling). Sampai batas tertentu hal ini efektif, akan tapi untuk proyektil yang panjangnya lebih dari enam atau tujuh kali diameternya, rifling menjadi kurang efektif. Maka digunakanlah Fin- Stabilized (sirip ke-stabilan), sehingga kini penetrator dapat terbang dengan stabil tanpa berputar-putar dengan akurasi tetap terjaga. Selain itu bila masih menggunakan kanon rifling, hal ini kontra-produktif, sebab perputaran akibat rifling akan menurunkan penetrasi efektif peluru ini (rifling mengalihkan sebagian energi kinetik linear menjadi energi kinetik rotasi, dengan demikian mengurangi kecepatan peluru dan tenaga benturan). Oleh karena itu peluru APFSDS mutlak, harus ditembakan dari senjata yang alurnya tidak berputar/ rifling yaitu dari laras senjata Smoothbore.

Penutup

Demikian perkembangan jenis laras senjata yang berubah-ubah dari Smoothbore ke Rifling dan kembali lagi ke Smoothbore dengan disertai perkembangan jenis munisi dari yang efek perusakannya di dapat dari ledakan (Chemical Energy) seperti pelurui HE, HESH, kombinasi Chemical & Kinetic Energy seperti HEAT, atau yang mutlak menggunakan Kinetic Energy seperti peluru APFSDS. Hal ini tercipta dengan perlombaan kualitas material dan desain badan Kendaraan tempur. Dan untuk saat ini peluru APFSDS masih jadi “hantu“ menakutkan bagi Kendaraan tempur dengan kualitas material terbaru sekalipun !

Tank Leopard sebagai salah satu MBT terbaik, menggunakan kanon smoothbore kaliber 120 mm dengan jenis-jenis peluru tersebut di atas yang mampu menghancurkan segala jenis target termasuk peluru APFSDS yang dapat menumbangkan tank lawan jenis apapun.

catatan:
Penulis adalah organik di Pusat Pendidikan Kavaleri

  ● ARC  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...