Motivasi Prajurit Juara Lombak Tembak Saat TNI merayakan kemenangan di AARM [Elza detikcom] ♚
Kontingen TNI AD berhasil mengibarkan Merah Putih dengan menjadi juara umum pada ASEAN Armies Rifle Meet (AARM) ke-26. Ternyata momen ini adalah motivasi para petembak TNI AD berjuang sekuat tenaga mengharumkan nama negara.
Juara individual champion pria di AARM 2016 didapat oleh Pratu Ahmad Hidayat. Terbilang pendatang baru sebagai atlet petembak TNI AD, prajurit Yonif Para Raider 328 Divisi 1 Kostrad itu mampu memboyong 2 trofi, 6 medali emas, 2 perak dan satu perunggu.
"Enggak disangka-sangka juga, baru 2 kali ikut (AARM), sudah rezeki. Ini tak terlepas karena doa dari orang tua," ujar Ahmad saat berbincang dengan detikcom di Mabes TNI AD, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Selasa (13/12/2016).
Prajurit yang masih berusia 24 tahun ini mengaku merasa bangga karena dapat memberi kemenangan bagi Indonesia. Selama hampir satu tahun, Ahmad bersama tim mengikuti latihan sebagai persiapan mengikuti pertandingan.
"Motivasi saya ingin mengibarkan Merah Putih di negara luar. Mengharumkan nama Indonesia di mata dunia," ucapnya dengan bangga.
Pratu Achmad Hidayat
Meski menuai banyak prestasi, Ahmad mengaku selalu diingatkan agar tetap rendah hati dan tidak jemawa. Pesan tersebut didapatnya dari orang tua dan sang pacar.
"Keluarga dan pacar merasa bersyukur, pesan agar tetap rendah hati dan jangan sombong. Orang tua merasa bangga dan senang. Pertama kali saya kabari orang tua (saat menang)," kata Ahmad.
Hal senada juga disampaikan oleh Lettu Deni Mentu, salah seorang petembak TNI AD yang juga berhasil membawa kemenangan. Perwira yang bertugas di Rindam VI/Mulawarman tersebut terbilang merupakan senior dalam ajang AARM.
"Keluarga selalu memberi motivasi. Turut mendoakan, memberi semangat. Istri selalu bilang, tidak harus juara, tapi yang penting harus melakukan terbaik. Kalau juara disyukuri, tapi enggak boleh sombong," ungkap Deni di lokasi yang sama.
"Istri sudah biasa. Saya ikut (AARM) sudah dari tahun 1997. Sudah 14 kali. Saya petembak senapan," sambung pria asal Manado ini.
Sudah belasan kaki mengikuti laga bergengsi di ASEAN itu, medali yang Deni dapat sudah puluhan jumlahnya. Belum lagi dari pertandingan pada ajang lainnya.
"Aduh saya enggak hitung. Mungkin untuk ini (AARM) puluhan kali ya. Kalau sama Perbakin juga mungkin lebih banyak," tutur Deni.
Tim Petembak TNI AD di AARM 2016, [Elza Astari/detikcom]
Pria berusia 45 tahun tersebut berharap agar ada banyak kader petembak baru di TNI AD. Sehingga tradisi kemenangan dapat didelegasikan pada atlet-atlet muda.
"Yang sudah senior berharap ada. muncul petembak-petembak baru yang berkualitas. Lalu kami bisa mengajarkan juga ke mereka, karena biar bagaimanapun, kita juga butuh generasi penerus," aku bapak tiga anak ini.
Meski begitu, Deni mengaku semangat jika diminta kembali untuk bertanding oleh institusinya. Sebab, menembak juga merupakan olahraga yang sekaligus menjadi hobinya.
"Karena ini hobi, kita punya kepuasan sendiri. Dan yang utama, seperti kata saudara Ahmad, kita rindu untuk mengibarkan bendera Merah Putih di negara lain," sebut Deni.
Soal regenerasi juga diharapkan oleh individual champion AARM kategori putri, Lettu Ckm Ni Nyoman Tri. Perempuan berusia 39 tahun itu sudah 11 kali mengikuti pertandingan AARM.
"Terus terang sudah lama kader-kader baru enggak muncul. Sekarang sudah ada yang baru. Saya berharap ada lebih banyak lagi, jadi ada pengganti. Saya ingin adik-adik (junior) saya menggantikan saya karena saya sudah 39 tahun," harap Nyoman.
"Namanya saya sudah usia kan, kondisi fisik juga karena di AARM itu ada pakai lari-larinya juga cepat-cepatan menembak," tambahnya.
Lettu Ckm Ni Nyoman Tri
Pada AARM 2016, perwira Kopassus ini berhasil menyumbang 2 trofi, 6 medali emas dan 2 perunggu. Tiga medali emas pada kategori perorangan. Dua junior Nyoman pun berhasil mendapat medali, namun belum menjadi individual champion.
"Kader baru semangat sudah oke. Sudah ikut, tapi belum untuk champion. Makanya saya ingin banget mereka maju. Karena dari negara tetangga kayak Singapura dan Filipina sudah banyak kader-kader baru," terang ibu dua anak tersebut.
Atas pengabdian dan prestasi yang diberikan Nyoman, KSAD Jenderal Mulyono memberikan hadiah rumah BTN tipe 45 sebagai hadiah tambahan. Mulyono sebelumnya menyatakan harapan agar hadiah untuk Nyoman itu dapat menjadi motivasi bagi atlet-atlet tembak TNI AD lainnya.
"Mungkin ke depan akan muncul Nyoman-Nyoman lain sehingga akan ada prestasi-prestasi lagi. Saya juga mengharapkan apresiasi yang saya berikan ini memberi motivasi kepada mereka untuk selalu berprestasi bagi TNI AD," urai KSAD, Selasa (13/12).
Buktikan Tak Jago Kandang
Saat TNI merayakan kemenangan di AARM [Elza detikcom]
Kontingen TNI AD kembali berhasil merebut juara umum dalam ASEAN Armies Rifle Meet (AARM) ke-26. Sempat kalah dari Thailand tahun lalu, prajurit kebanggaan Indonesia membuktikan bukan jawara jago kandang.
"Dari 26 AARM, Indonesia sudah 11 kali juara umum. Mengalahkan rekor Thailand yang sembilan kali menang," ungkap Kontingen TNI AD dalam AARM Mayor Inf Wimoko saat berbincang di Mabes TNI AD, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Selasa (13/12/2016).
Tim TNI AD memang sempat merasa syok saat tahun lalu kalah dari Thailand. Namun itu tidak memupus harapan namun justru menjadi motivasi pelecut semangat.
"Awal tahun kemarin, kita harus puas di urutan kedua. Itu yang menjadikan semangat kami untuk menang. Kami menyebutnya bukan kekalahan tapi hanya sempat lepas saja," ucap Wimoko.
Hal tersebut disebabkan karena tradisi di ajang bergengsi itu, Indonesia keluar sebagai juara. Tahun ini pun tim Indonesia membuktikan bisa merebut kembali posisi juara umum.
"Tradisi dari tahun ke tahun Indonesia jadi juara umum. Tahun ini kami rebut kembali. Dan kami jadikan ini bukan beban tapi tantangan untuk terus bisa mempertahankan," jelas Danyon 811 Gultor Sat 81 Kopassus tersebut.
Dari negara-negara ASEAN yang ikut dalam kejuaraan ini, Thailand berada di posisi pertama sebagai pesaing kemudian disusul oleh Filipina. Indonesia pada AARM kali ini berhasil meraih 6 trofi, 21 medali emas, 15 perak dan 14 perunggu.
Sementara itu Thailand berada di posisi kedua dengan perolehan medali 10 emas, 15 perak, 9 perunggu dan 4 trofi. Lalu Filipina sebagai negara tuan rumah keluar sebagai juara ketiga dengan perolehan 10 medali emas, 9 perak, 14 perunggu dan 3 trofi.
"Pesaing terberat adalah Thailand, tahun lalu juara umum tapi dia tuan rumah. Itu alasan kuat yang saya ingatkan buat prajurit saya, kita buktikan ke dunia bahwa kita bisa," tegas Wimoko.
"Akhirnya kami bisa membuktikan, bahwa Indonesia bukan jago kandang. Di negara lain pun kita bisa rebut juara," sambungnya.
Meski begitu, sang komandan pun berpesan kepada Kontingen TNI AD agar tetap rendah hati walau keluar sebagai juara utama. Wimoko juga berharap agar tim tetap bisa mempertahankan gelar juara umum dan tak henti berlatih agar bisa mempertahankan kesuksesan tersebut.
"Gelar juara umum harus dipertahankan, ini tugas yang berat. Jadikan ini tantangan yang harus dijawab. Tidak ada orang hebat, yang ada orang terlatih. Intinya latihan," tutur Wimoko.
Soal jago kandang juga sempat disinggung oleh KSAD Jenderal Mulyono. Dia meminta agar prajuritnya terus bisa membuktikan bahwa di kancah internasional, TNI AD bisa keluar sebagai juara meski pesaing-pesaingnya pun hebat.
"Mereka juga sudah memiliki kemajuan yang tinggi. Thailand tahun lalu mengalahkan kita di kandangnya sendiri," tutur Mulyono sebelumnya, Selasa (13/12).
Cerita Soal 'Godaan' Filipina
Prajurit TNI di lomba menembak AARM 2016 [Elza detikcom]
Kontingen TNI AD berhasil membawa pulang gelar juara umum dalam laga ASEAN Armies Rifle Meet (AARM) ke-26. Prajurit TNI ternyata sempat mendapat 'godaan' dari Filipina selaku tuan rumah.
"Pihak Filipina memberikan godaan dengan tour terpimpin. Tour yang dikoordinir sama panitia melihat tempat-tempat wisata di sana seperti mal, museum dan sebagainya," kisah Komandan Kontingen TNI AD dalam AARM Mayor Inf Wimoko saat berbincang di Mabesad, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Selasa (13/12/2016).
Maksud Filipina sebenarnya baik dengan memberi service kepada para peserta. Sambil berkelakar, Wimoko menyebut service tersebut adalah godaan bagi para atlet petembaknya sebab tour tersebut digelar di awal-awal pertandingan.
"Boleh dibilang godaan, tapi kelemahan prajurit saya itu tidak bisa hidup enak. Karena punya misi datang untuk menang, mereka tidak mau bersenang-senang sebelum misi itu tercapai," ucapnya.
Wimoko pun membuat siasat agar pihaknya tidak mengecewakan Filipina sebagai tuan rumah namun tidak membuat para petembak hilang konsen. Dia mengirim tim official untuk ikut pada tour itu.
"Saya punya siasat, yang ikut dalam tour itu bukan petembak tapi tim pendukung termasuk saya. Kita menjaga diplomasi, menjaga kebersamaan. Jangan sampai tidak ikut jadinya diplomasi enggak baik. Tapi tetap tujuan petembak fokus tercapai," terang Wimoko.
Saat sudah berada di Filipina, para atlet petembak tidak bisa berlatih kembali di lapangan sebelum pertandingan. Meski begitu, Wimoko tetap meminta mereka berlatih lewat imajinasi.
"Petembak kami ada keterbatasan ditaruh di penginapan, saya antisipasi dengan meminta mereka melakukan imaginary training. Membayangkan latihan padahal mereka hanya duduk," jelas Danyon 811 Gultor Sat 81 Kopassus itu.
Latihan dengan cara tersebut ternyata cukup membantu dalam memperoleh kemenangan. "Itu terbukti. Menurut penelitian, atlet itu antara latihan di lapangan dengan imaginary training yang paling bagus dikombinasi. Jadi digabung," tambah Wimoko.
Kisah lain yang cukup berkesan bagi Kontingen TNI AD adalah saat pertandingan di kategori senjata otomatis. Dari tiga juara, semuanya direbut oleh tim Indonesia. Itu membuat tiga Bendera Merah Putih dikibarkan secara bersama-sama saat pemberian hadiah. Foto momen tersebut sempat menjadi viral di media sosial.
"Jadi ada bercandaan antar komandan kontingen. Terutama dari Malaysia dan Brunei karena sama-sama bisa bahasa Melayu," cerita Wimoko.
Seringnya tim Indonesia menjadi juara pada berbagai kategori pertandingan, membuat lagu Indonesia Raya selalu dikumandangkan setiap harinya. Komandan kontingen negara tetangga pun menyebut lagu Indonesia Raya sebagai "lagu sampai petang" karena tak henti-hentinya diperdengarkan saat momen pemberian hadiah.
"Dari Malaysia bilang apa lagu sore ini (tim yang menjadi pemenang). Brunei bilang pasti Indonesia Raya. Malaysia bilang itu 'lagu sampai petang'. Komandannya bahkan bercanda itu kasetnya rusak karena diulang-ulang terus," Wimoko menuturkan.
"Dia juga bilang kalau bisa saya curi kasetnya biar panitia enggak menyalakan lagu Indonesia Raya. Pernah tim Indonesia, Malaysia dan Brunei bareng di podium, tapi Malaysia bilang tetap tak ada lagu mereka," imbuhnya.
Hal tersebut lantaran tim harus berada di posisi pertama di setiap pertandingan jika ingin lagu negaranya dikumandangkan. Atau perwakilan peserta harus mendapat medali emas.
"Mereka bilang sampai hafal lagu Indonesia Raya. Karena setiap hari terdengar terus. Makanya disebut 'lagu sampai petang'," tutup Wimoko. (elz/jbr)
Kontingen TNI AD berhasil mengibarkan Merah Putih dengan menjadi juara umum pada ASEAN Armies Rifle Meet (AARM) ke-26. Ternyata momen ini adalah motivasi para petembak TNI AD berjuang sekuat tenaga mengharumkan nama negara.
Juara individual champion pria di AARM 2016 didapat oleh Pratu Ahmad Hidayat. Terbilang pendatang baru sebagai atlet petembak TNI AD, prajurit Yonif Para Raider 328 Divisi 1 Kostrad itu mampu memboyong 2 trofi, 6 medali emas, 2 perak dan satu perunggu.
"Enggak disangka-sangka juga, baru 2 kali ikut (AARM), sudah rezeki. Ini tak terlepas karena doa dari orang tua," ujar Ahmad saat berbincang dengan detikcom di Mabes TNI AD, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Selasa (13/12/2016).
Prajurit yang masih berusia 24 tahun ini mengaku merasa bangga karena dapat memberi kemenangan bagi Indonesia. Selama hampir satu tahun, Ahmad bersama tim mengikuti latihan sebagai persiapan mengikuti pertandingan.
"Motivasi saya ingin mengibarkan Merah Putih di negara luar. Mengharumkan nama Indonesia di mata dunia," ucapnya dengan bangga.
Pratu Achmad Hidayat
Meski menuai banyak prestasi, Ahmad mengaku selalu diingatkan agar tetap rendah hati dan tidak jemawa. Pesan tersebut didapatnya dari orang tua dan sang pacar.
"Keluarga dan pacar merasa bersyukur, pesan agar tetap rendah hati dan jangan sombong. Orang tua merasa bangga dan senang. Pertama kali saya kabari orang tua (saat menang)," kata Ahmad.
Hal senada juga disampaikan oleh Lettu Deni Mentu, salah seorang petembak TNI AD yang juga berhasil membawa kemenangan. Perwira yang bertugas di Rindam VI/Mulawarman tersebut terbilang merupakan senior dalam ajang AARM.
"Keluarga selalu memberi motivasi. Turut mendoakan, memberi semangat. Istri selalu bilang, tidak harus juara, tapi yang penting harus melakukan terbaik. Kalau juara disyukuri, tapi enggak boleh sombong," ungkap Deni di lokasi yang sama.
"Istri sudah biasa. Saya ikut (AARM) sudah dari tahun 1997. Sudah 14 kali. Saya petembak senapan," sambung pria asal Manado ini.
Sudah belasan kaki mengikuti laga bergengsi di ASEAN itu, medali yang Deni dapat sudah puluhan jumlahnya. Belum lagi dari pertandingan pada ajang lainnya.
"Aduh saya enggak hitung. Mungkin untuk ini (AARM) puluhan kali ya. Kalau sama Perbakin juga mungkin lebih banyak," tutur Deni.
Tim Petembak TNI AD di AARM 2016, [Elza Astari/detikcom]
Pria berusia 45 tahun tersebut berharap agar ada banyak kader petembak baru di TNI AD. Sehingga tradisi kemenangan dapat didelegasikan pada atlet-atlet muda.
"Yang sudah senior berharap ada. muncul petembak-petembak baru yang berkualitas. Lalu kami bisa mengajarkan juga ke mereka, karena biar bagaimanapun, kita juga butuh generasi penerus," aku bapak tiga anak ini.
Meski begitu, Deni mengaku semangat jika diminta kembali untuk bertanding oleh institusinya. Sebab, menembak juga merupakan olahraga yang sekaligus menjadi hobinya.
"Karena ini hobi, kita punya kepuasan sendiri. Dan yang utama, seperti kata saudara Ahmad, kita rindu untuk mengibarkan bendera Merah Putih di negara lain," sebut Deni.
Soal regenerasi juga diharapkan oleh individual champion AARM kategori putri, Lettu Ckm Ni Nyoman Tri. Perempuan berusia 39 tahun itu sudah 11 kali mengikuti pertandingan AARM.
"Terus terang sudah lama kader-kader baru enggak muncul. Sekarang sudah ada yang baru. Saya berharap ada lebih banyak lagi, jadi ada pengganti. Saya ingin adik-adik (junior) saya menggantikan saya karena saya sudah 39 tahun," harap Nyoman.
"Namanya saya sudah usia kan, kondisi fisik juga karena di AARM itu ada pakai lari-larinya juga cepat-cepatan menembak," tambahnya.
Lettu Ckm Ni Nyoman Tri
Pada AARM 2016, perwira Kopassus ini berhasil menyumbang 2 trofi, 6 medali emas dan 2 perunggu. Tiga medali emas pada kategori perorangan. Dua junior Nyoman pun berhasil mendapat medali, namun belum menjadi individual champion.
"Kader baru semangat sudah oke. Sudah ikut, tapi belum untuk champion. Makanya saya ingin banget mereka maju. Karena dari negara tetangga kayak Singapura dan Filipina sudah banyak kader-kader baru," terang ibu dua anak tersebut.
Atas pengabdian dan prestasi yang diberikan Nyoman, KSAD Jenderal Mulyono memberikan hadiah rumah BTN tipe 45 sebagai hadiah tambahan. Mulyono sebelumnya menyatakan harapan agar hadiah untuk Nyoman itu dapat menjadi motivasi bagi atlet-atlet tembak TNI AD lainnya.
"Mungkin ke depan akan muncul Nyoman-Nyoman lain sehingga akan ada prestasi-prestasi lagi. Saya juga mengharapkan apresiasi yang saya berikan ini memberi motivasi kepada mereka untuk selalu berprestasi bagi TNI AD," urai KSAD, Selasa (13/12).
Buktikan Tak Jago Kandang
Saat TNI merayakan kemenangan di AARM [Elza detikcom]
Kontingen TNI AD kembali berhasil merebut juara umum dalam ASEAN Armies Rifle Meet (AARM) ke-26. Sempat kalah dari Thailand tahun lalu, prajurit kebanggaan Indonesia membuktikan bukan jawara jago kandang.
"Dari 26 AARM, Indonesia sudah 11 kali juara umum. Mengalahkan rekor Thailand yang sembilan kali menang," ungkap Kontingen TNI AD dalam AARM Mayor Inf Wimoko saat berbincang di Mabes TNI AD, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Selasa (13/12/2016).
Tim TNI AD memang sempat merasa syok saat tahun lalu kalah dari Thailand. Namun itu tidak memupus harapan namun justru menjadi motivasi pelecut semangat.
"Awal tahun kemarin, kita harus puas di urutan kedua. Itu yang menjadikan semangat kami untuk menang. Kami menyebutnya bukan kekalahan tapi hanya sempat lepas saja," ucap Wimoko.
Hal tersebut disebabkan karena tradisi di ajang bergengsi itu, Indonesia keluar sebagai juara. Tahun ini pun tim Indonesia membuktikan bisa merebut kembali posisi juara umum.
"Tradisi dari tahun ke tahun Indonesia jadi juara umum. Tahun ini kami rebut kembali. Dan kami jadikan ini bukan beban tapi tantangan untuk terus bisa mempertahankan," jelas Danyon 811 Gultor Sat 81 Kopassus tersebut.
Dari negara-negara ASEAN yang ikut dalam kejuaraan ini, Thailand berada di posisi pertama sebagai pesaing kemudian disusul oleh Filipina. Indonesia pada AARM kali ini berhasil meraih 6 trofi, 21 medali emas, 15 perak dan 14 perunggu.
Sementara itu Thailand berada di posisi kedua dengan perolehan medali 10 emas, 15 perak, 9 perunggu dan 4 trofi. Lalu Filipina sebagai negara tuan rumah keluar sebagai juara ketiga dengan perolehan 10 medali emas, 9 perak, 14 perunggu dan 3 trofi.
"Pesaing terberat adalah Thailand, tahun lalu juara umum tapi dia tuan rumah. Itu alasan kuat yang saya ingatkan buat prajurit saya, kita buktikan ke dunia bahwa kita bisa," tegas Wimoko.
"Akhirnya kami bisa membuktikan, bahwa Indonesia bukan jago kandang. Di negara lain pun kita bisa rebut juara," sambungnya.
Meski begitu, sang komandan pun berpesan kepada Kontingen TNI AD agar tetap rendah hati walau keluar sebagai juara utama. Wimoko juga berharap agar tim tetap bisa mempertahankan gelar juara umum dan tak henti berlatih agar bisa mempertahankan kesuksesan tersebut.
"Gelar juara umum harus dipertahankan, ini tugas yang berat. Jadikan ini tantangan yang harus dijawab. Tidak ada orang hebat, yang ada orang terlatih. Intinya latihan," tutur Wimoko.
Soal jago kandang juga sempat disinggung oleh KSAD Jenderal Mulyono. Dia meminta agar prajuritnya terus bisa membuktikan bahwa di kancah internasional, TNI AD bisa keluar sebagai juara meski pesaing-pesaingnya pun hebat.
"Mereka juga sudah memiliki kemajuan yang tinggi. Thailand tahun lalu mengalahkan kita di kandangnya sendiri," tutur Mulyono sebelumnya, Selasa (13/12).
Cerita Soal 'Godaan' Filipina
Prajurit TNI di lomba menembak AARM 2016 [Elza detikcom]
Kontingen TNI AD berhasil membawa pulang gelar juara umum dalam laga ASEAN Armies Rifle Meet (AARM) ke-26. Prajurit TNI ternyata sempat mendapat 'godaan' dari Filipina selaku tuan rumah.
"Pihak Filipina memberikan godaan dengan tour terpimpin. Tour yang dikoordinir sama panitia melihat tempat-tempat wisata di sana seperti mal, museum dan sebagainya," kisah Komandan Kontingen TNI AD dalam AARM Mayor Inf Wimoko saat berbincang di Mabesad, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Selasa (13/12/2016).
Maksud Filipina sebenarnya baik dengan memberi service kepada para peserta. Sambil berkelakar, Wimoko menyebut service tersebut adalah godaan bagi para atlet petembaknya sebab tour tersebut digelar di awal-awal pertandingan.
"Boleh dibilang godaan, tapi kelemahan prajurit saya itu tidak bisa hidup enak. Karena punya misi datang untuk menang, mereka tidak mau bersenang-senang sebelum misi itu tercapai," ucapnya.
Wimoko pun membuat siasat agar pihaknya tidak mengecewakan Filipina sebagai tuan rumah namun tidak membuat para petembak hilang konsen. Dia mengirim tim official untuk ikut pada tour itu.
"Saya punya siasat, yang ikut dalam tour itu bukan petembak tapi tim pendukung termasuk saya. Kita menjaga diplomasi, menjaga kebersamaan. Jangan sampai tidak ikut jadinya diplomasi enggak baik. Tapi tetap tujuan petembak fokus tercapai," terang Wimoko.
Saat sudah berada di Filipina, para atlet petembak tidak bisa berlatih kembali di lapangan sebelum pertandingan. Meski begitu, Wimoko tetap meminta mereka berlatih lewat imajinasi.
"Petembak kami ada keterbatasan ditaruh di penginapan, saya antisipasi dengan meminta mereka melakukan imaginary training. Membayangkan latihan padahal mereka hanya duduk," jelas Danyon 811 Gultor Sat 81 Kopassus itu.
Latihan dengan cara tersebut ternyata cukup membantu dalam memperoleh kemenangan. "Itu terbukti. Menurut penelitian, atlet itu antara latihan di lapangan dengan imaginary training yang paling bagus dikombinasi. Jadi digabung," tambah Wimoko.
Kisah lain yang cukup berkesan bagi Kontingen TNI AD adalah saat pertandingan di kategori senjata otomatis. Dari tiga juara, semuanya direbut oleh tim Indonesia. Itu membuat tiga Bendera Merah Putih dikibarkan secara bersama-sama saat pemberian hadiah. Foto momen tersebut sempat menjadi viral di media sosial.
"Jadi ada bercandaan antar komandan kontingen. Terutama dari Malaysia dan Brunei karena sama-sama bisa bahasa Melayu," cerita Wimoko.
Seringnya tim Indonesia menjadi juara pada berbagai kategori pertandingan, membuat lagu Indonesia Raya selalu dikumandangkan setiap harinya. Komandan kontingen negara tetangga pun menyebut lagu Indonesia Raya sebagai "lagu sampai petang" karena tak henti-hentinya diperdengarkan saat momen pemberian hadiah.
"Dari Malaysia bilang apa lagu sore ini (tim yang menjadi pemenang). Brunei bilang pasti Indonesia Raya. Malaysia bilang itu 'lagu sampai petang'. Komandannya bahkan bercanda itu kasetnya rusak karena diulang-ulang terus," Wimoko menuturkan.
"Dia juga bilang kalau bisa saya curi kasetnya biar panitia enggak menyalakan lagu Indonesia Raya. Pernah tim Indonesia, Malaysia dan Brunei bareng di podium, tapi Malaysia bilang tetap tak ada lagu mereka," imbuhnya.
Hal tersebut lantaran tim harus berada di posisi pertama di setiap pertandingan jika ingin lagu negaranya dikumandangkan. Atau perwakilan peserta harus mendapat medali emas.
"Mereka bilang sampai hafal lagu Indonesia Raya. Karena setiap hari terdengar terus. Makanya disebut 'lagu sampai petang'," tutup Wimoko. (elz/jbr)
♚ detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.