Siap Hadapi China Sekumpulan raptor ✈️
Selain menempatkan pasukan marinirnya di Australia hingga jumlahnya menjadi 2500 personel di tahun 2017, militer AS juga akan menempatkan sejumlah jet tempur F-22 Raptor di Australia.
Penempatan jet tempur di Australia itu merupakan antisipasi pergerakan militer China (Tiongkok) di Laut China Selatan sekaligus menciptakan superioritas udara di kawasan Asia-Pasifik.
Hubungan AS dan China akhir-akhir menegang setelah Presiden terpilih AS Donald Trump menolak kebijakan satu China yang juga bermakna politis bahwa Laut China Selatan bukan dominasi China, demikian juga Taiwan.
Komandan militer AS di Pasifik (US Pasific Command) Laksamana Harry Harris menekankan bahwa kemampuan pertahanan militer AS di Pasifik tidak akan pernah mengendur hingga Donald Trump dilantik sebagai Presiden AS. Perjanjian dengan pemerintah Australia untuk menempatkan Raptor juga sudah dilakukan dan ditanggapi secara positif oleh Australia mengingat manuver militer China di Laut China Selatan telah menjadi ancaman nyata bagi negara-negara di kawasan Asia Pasifik.
Ancaman paling nyata dari China di Lautan Pasifik adalah kemampuan rudal balistiknya yang bisa menjangkau wilayah Australia dan juga Indonesia.
Pangkalan yang dibangun di sebuah pulau buatan di kawasan Laut China Selatan.
China diketahui telah membangun semacam pulau di kawasan Laut China Selatan yang juga merupakan pangkalan militer yang terbesar. Laksamana Harris menyebutnya sebagai “Tembok Besar Dari Pasir”.
Selain kekuatan militer China, ancaman nuklir dari Korea Utara dan terorisme internasional telah menjadikan AS serta Australia makin bersatu padu untuk memperkuat pertahannnya di kawasan Pasifik.
Selain itu, pengaruh China dan Rusia di kawasan Asia Pasifik juga telah membuat militer AS secara global merevisi konsep pertahanan dan sistem operasi militernya. Apalagi dalam konflik di Suriah, militer AS dan Suriah sudah saling berhadap-hadapan.
Kehadiran Raptor di Australia ini merupakan salah satu bukti revisi terhadap operasional militer di Asia Pasifik sekaligus menyongsong potensi ancaman di tahun 2017. Yang jelas, kehadiran Raptor di Australia juga harus diperhitungkan secara cermat oleh militer Indonesia.
Author: A. Winardi
Selain menempatkan pasukan marinirnya di Australia hingga jumlahnya menjadi 2500 personel di tahun 2017, militer AS juga akan menempatkan sejumlah jet tempur F-22 Raptor di Australia.
Penempatan jet tempur di Australia itu merupakan antisipasi pergerakan militer China (Tiongkok) di Laut China Selatan sekaligus menciptakan superioritas udara di kawasan Asia-Pasifik.
Hubungan AS dan China akhir-akhir menegang setelah Presiden terpilih AS Donald Trump menolak kebijakan satu China yang juga bermakna politis bahwa Laut China Selatan bukan dominasi China, demikian juga Taiwan.
Komandan militer AS di Pasifik (US Pasific Command) Laksamana Harry Harris menekankan bahwa kemampuan pertahanan militer AS di Pasifik tidak akan pernah mengendur hingga Donald Trump dilantik sebagai Presiden AS. Perjanjian dengan pemerintah Australia untuk menempatkan Raptor juga sudah dilakukan dan ditanggapi secara positif oleh Australia mengingat manuver militer China di Laut China Selatan telah menjadi ancaman nyata bagi negara-negara di kawasan Asia Pasifik.
Ancaman paling nyata dari China di Lautan Pasifik adalah kemampuan rudal balistiknya yang bisa menjangkau wilayah Australia dan juga Indonesia.
Pangkalan yang dibangun di sebuah pulau buatan di kawasan Laut China Selatan.
China diketahui telah membangun semacam pulau di kawasan Laut China Selatan yang juga merupakan pangkalan militer yang terbesar. Laksamana Harris menyebutnya sebagai “Tembok Besar Dari Pasir”.
Selain kekuatan militer China, ancaman nuklir dari Korea Utara dan terorisme internasional telah menjadikan AS serta Australia makin bersatu padu untuk memperkuat pertahannnya di kawasan Pasifik.
Selain itu, pengaruh China dan Rusia di kawasan Asia Pasifik juga telah membuat militer AS secara global merevisi konsep pertahanan dan sistem operasi militernya. Apalagi dalam konflik di Suriah, militer AS dan Suriah sudah saling berhadap-hadapan.
Kehadiran Raptor di Australia ini merupakan salah satu bukti revisi terhadap operasional militer di Asia Pasifik sekaligus menyongsong potensi ancaman di tahun 2017. Yang jelas, kehadiran Raptor di Australia juga harus diperhitungkan secara cermat oleh militer Indonesia.
Author: A. Winardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.