Kisah ini dimulai ketika unit Lettu Inf Richard menerima informasi posisi GAM. Mereka yang baru kembali dari patroli selama 10 hari, kembali harus siaga. Perintah disampaikan lewat Sertu Slamet Riyadi tanggal 25 Maret petang hari. Menurut perintah untuk memeriksa kembali kedudukan GAM.
Grup 1 Kopassus (Foto Formil Kaskus) |
Malam itu rencananya agen mereka (Informan lokal) akan merapat ke Posko. Agen tersebut ditugaskan untuk memeriksa posisi terakhir GAM dan Panglima Sago. "Kalau telat sampai besok pagi, pasti (mereka) sudah tidak ada," ucap si agen melapor. Artinya, malam itu mereka harus bergerak dan mencapai posisi GAM esok paginya. Kekuatan akhirnya ditambah menjadi 20 orang (body system). Kebetulan mereka sudah mengenal medan yang akan di lalui.
⚔ Penyerangan dadakan
Pagi Itu mereka akhirnya tiba di lokasi penyergapan. Mereka melihat sebuah rumah di lereng bukit dan pasukan GAM yang berlindung di ketinggian. Komandan menempatkan dua tim penutup di samping rumah dan persawahan. Komandan unit naik ke lereng untuk menghabisi sekitar 10 tentara GAM. Kepada kelopok penutup, Komandan menegaskan agar jangan meninggalkan posisi, apapun yang akan terjadi.
Sekitar pukul 6.30, kelompok yang naik ke lereng beraksi. Sekitar 50 meter di belakang rumah, mereka menemukan jejak. Dengan hati-hati mereka naik, sebagian melambung dari kanan. Ketika itulah, Komandan unit melihat GAM lagi tidur. Dor.. Dor... korban pertama berjatuhan di pihak GAM. Dua orang langsung tewas dan seorang meloloskan diri ke hutan. Unit tidak bisa menembak dengan baik karena lebatnya hutan. Kesempatan ini digunakan GAM melarikan diri.
Perhitungan mereka tepat. Anggota GAM lari ke arah posisi pasukan penutup 1. Dua lagi tertembak dan tewas ditempat. Sisanya kembali berlari dan menuju pasukan penutup 2. Satu-dua orang terlihat melompat dari rumah yang segera ditembak Sertu Ibrahim. Panglima Sago akhirnya tertembak dan tewas. Satu lagi tertembak mati dan sisanya terjebak di sawah. Mereka langsung dikepung kelompok 1 dan 2 yang bergabung. Komandan unit yang diatas pun tidak bisa berbuat banyak.
⚔ Prada Heroik yang heroik
Saat itu kelompok penutup 2 berada sedikit diatas posisi lawan, mereka ditembaki dari bawah oleh GAM. Pasukan kelompok penutup 2 kesulitan menembak, karena setiap kali akan berdiri, mereka langsung ditembak. Sertu Enjang, Sertu Solikhin, Sertu Ibrahim, Pratu Hartono dan Prada Heroik Teguh Putra menjadi terjepit. Sisa pasukan GAM yang terkepung menjadi nekad.
Tiba-tiba saja Prada Heroik maju kedepan. Tindakan yang berani dan nekad ini mengagetkan Sertu Enjang yang menjadi komandan kelompok. Proyektil memburu dari bawah. "Pak saya kena, astagfirullahahaladzim, innalilahi wainnailaihi roziun." teriak Heroik kepada Enjang setelah peluru menembus pahanya. Mendengar itu, Enjang maju kedepan. "Mas, awas putih," teriak Sertu Ibrahim. Maksudnya sebuah proyektil mengarah ke Enjang. Karena tiba-tiba, Enjang pun tidak sempat mengelak, namun untungnya hanya mengenai kerah bajunya. Senjata Mesin Minimi yang dibawanya pun terlepas dari tangannya. Tidak lama kemudian, Solikin yang sedang berlari pun kena tembak di kaki yang membuatnya cacat dan tidak bisa aktif kembali di Kopassus. Tak lama Hartono pun tertembak di paha.
Mungkin karena mendengar komandan dan beberapa temannya tertembak, Prada Heroik merasakan mendapat semangat dan energi baru. Dalam keadaan luka parah dan darah mengalir terus, Heroik maju kedepan. Senapan SS1 yang dibawanya langsung memberondong kearah sisa-sisa anggota GAM dan jatuh kembali. Luar biasa tembakannya melumpuhkan 2 orang yang langsung tewas. Rekan-rekannya hanya bisa terpaku melihat aksi Heroik yang heroik tersebut.
Rekannya segera menghampiri. Hartono ditemui sudah gugur. Enjang yang emosi, segera mengambil senjatanya dan memberondongkan senjata mesin FN Minimi ke arah GAM. "Ada sekitar 800 peluru saya habiskan." ucap Enjang. Sampai ketika kedua korban di evakuasi dengan Helikopter, sisa-sisa anggota GAM kembali melepaskan tembakan. Akhirnya Heli mengalihkan titik penjemputan. Lettu Inf Richard yang mendengar kondisi medan dan anak buahnya, akhirnya memerintahkan anak buahnya untuk mundur sambil melepaskan tembakan pembersihan.
Hasil Operasi menewaskan delapan anggota GAM dan menyita tiga M-16, dua Ak-47 dan satu GLM standar. Tercatat sebanyak 15 prajurit Grup 1 yang gugur selama bertugas di Aceh sampai tahun 2004, semua nama Pahlawan Grup 1 terpatri agung di Sasana Kusuma Bangsa, alun-alun sakral di komplek markas di Cijantung.
Sumber :
◆ Commando, 2005
⚔ Penyerangan dadakan
Pagi Itu mereka akhirnya tiba di lokasi penyergapan. Mereka melihat sebuah rumah di lereng bukit dan pasukan GAM yang berlindung di ketinggian. Komandan menempatkan dua tim penutup di samping rumah dan persawahan. Komandan unit naik ke lereng untuk menghabisi sekitar 10 tentara GAM. Kepada kelopok penutup, Komandan menegaskan agar jangan meninggalkan posisi, apapun yang akan terjadi.
Sekitar pukul 6.30, kelompok yang naik ke lereng beraksi. Sekitar 50 meter di belakang rumah, mereka menemukan jejak. Dengan hati-hati mereka naik, sebagian melambung dari kanan. Ketika itulah, Komandan unit melihat GAM lagi tidur. Dor.. Dor... korban pertama berjatuhan di pihak GAM. Dua orang langsung tewas dan seorang meloloskan diri ke hutan. Unit tidak bisa menembak dengan baik karena lebatnya hutan. Kesempatan ini digunakan GAM melarikan diri.
Perhitungan mereka tepat. Anggota GAM lari ke arah posisi pasukan penutup 1. Dua lagi tertembak dan tewas ditempat. Sisanya kembali berlari dan menuju pasukan penutup 2. Satu-dua orang terlihat melompat dari rumah yang segera ditembak Sertu Ibrahim. Panglima Sago akhirnya tertembak dan tewas. Satu lagi tertembak mati dan sisanya terjebak di sawah. Mereka langsung dikepung kelompok 1 dan 2 yang bergabung. Komandan unit yang diatas pun tidak bisa berbuat banyak.
⚔ Prada Heroik yang heroik
Saat itu kelompok penutup 2 berada sedikit diatas posisi lawan, mereka ditembaki dari bawah oleh GAM. Pasukan kelompok penutup 2 kesulitan menembak, karena setiap kali akan berdiri, mereka langsung ditembak. Sertu Enjang, Sertu Solikhin, Sertu Ibrahim, Pratu Hartono dan Prada Heroik Teguh Putra menjadi terjepit. Sisa pasukan GAM yang terkepung menjadi nekad.
Tiba-tiba saja Prada Heroik maju kedepan. Tindakan yang berani dan nekad ini mengagetkan Sertu Enjang yang menjadi komandan kelompok. Proyektil memburu dari bawah. "Pak saya kena, astagfirullahahaladzim, innalilahi wainnailaihi roziun." teriak Heroik kepada Enjang setelah peluru menembus pahanya. Mendengar itu, Enjang maju kedepan. "Mas, awas putih," teriak Sertu Ibrahim. Maksudnya sebuah proyektil mengarah ke Enjang. Karena tiba-tiba, Enjang pun tidak sempat mengelak, namun untungnya hanya mengenai kerah bajunya. Senjata Mesin Minimi yang dibawanya pun terlepas dari tangannya. Tidak lama kemudian, Solikin yang sedang berlari pun kena tembak di kaki yang membuatnya cacat dan tidak bisa aktif kembali di Kopassus. Tak lama Hartono pun tertembak di paha.
Mungkin karena mendengar komandan dan beberapa temannya tertembak, Prada Heroik merasakan mendapat semangat dan energi baru. Dalam keadaan luka parah dan darah mengalir terus, Heroik maju kedepan. Senapan SS1 yang dibawanya langsung memberondong kearah sisa-sisa anggota GAM dan jatuh kembali. Luar biasa tembakannya melumpuhkan 2 orang yang langsung tewas. Rekan-rekannya hanya bisa terpaku melihat aksi Heroik yang heroik tersebut.
Rekannya segera menghampiri. Hartono ditemui sudah gugur. Enjang yang emosi, segera mengambil senjatanya dan memberondongkan senjata mesin FN Minimi ke arah GAM. "Ada sekitar 800 peluru saya habiskan." ucap Enjang. Sampai ketika kedua korban di evakuasi dengan Helikopter, sisa-sisa anggota GAM kembali melepaskan tembakan. Akhirnya Heli mengalihkan titik penjemputan. Lettu Inf Richard yang mendengar kondisi medan dan anak buahnya, akhirnya memerintahkan anak buahnya untuk mundur sambil melepaskan tembakan pembersihan.
Hasil Operasi menewaskan delapan anggota GAM dan menyita tiga M-16, dua Ak-47 dan satu GLM standar. Tercatat sebanyak 15 prajurit Grup 1 yang gugur selama bertugas di Aceh sampai tahun 2004, semua nama Pahlawan Grup 1 terpatri agung di Sasana Kusuma Bangsa, alun-alun sakral di komplek markas di Cijantung.
Sumber :
◆ Commando, 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.