Setelah Presiden Soekarno mengumumkan Trikora pada tanggal 19 Desember 1961, ABRI langsung mempersiapkan operasi linud dengan mengerahkan pasukan dengan pesawat untuk merebut Irian Barat dari kolonial Belanda.
Semua operasi linud dalam operasi merebut Irian barat menggunakan pesawat C-47 Dakota dan C-130 Hercules.
Tanggal 17 Mei 1962, satu flight Dakota T-480 dengan Pilot Kapten Udara Hamsana bersama Kopilot Letnan Udara 2 (LU 2) Alboin Hutabarat dan Dakota T-440 diterbangkan Pilot Kapten Udara Djalaluddin Tantu serta Kopilot LU 2 Sukandar, dari Pangkalan Angkatan Udara Laha, menerjunkan pasukan di Kaimana dan Temibuan.
✈ Ditenggelamkan Setelah Menerjunkan Pasukan
Illustrasi C-47 Dakota AURI T-440 (gambar ian wongkar) |
Setelah berhasil menerjunkan pasukan dalam operasi linud yang bernama Operasi Garuda, waktu meninggalkan daratan Irian Barat pagi itu masih gelap remang-remang, namun lama kelamaan siang makin terang. Ketika itu diatas laut, awak pesawat Dakota T-440 curiga ketika dibelakang ada titik yang makin lama makin besar. Setelah dekat, ternyata itu adalah pesawat kolonial maritim Neptune Belanda bernomor registrasi M-273. Neptune terus membayangi, begitu dekat langsung menyemprotkan peluru dari senjata mesin ringan 12,7 mm. Kontan beberapa peluru melubangi bodi pesawat Dakota T-440.
Pilot Djalaluddin mencoba manuver terbang rendah mendekati permukaan laut. Setelah beberapa menit menghilang, Neptune mengambil haluan lalu memberondong lebih dahsyat lagi. Mengalami situasi gawat, Kapten Djalaluddin melaporkan kepada Flight Leader Kapten Hamsana yang menerbangkan pesawat Dakota T-480. Pilot Dakota T-480 mendengar laporan itu dan mencatat lokasi pesawat tersebut, yang kemudian melaporkan ke atasannya, karena sama-sama pesawat Dakota yang berfungsi sebagai pesawat angkut dan tidak dipersenjatai sama sekali, maka ia pun tidak bisa membantu.
Keaadaan makin gawat, Kapten Djalaluddin memerintahkan semua awak pesawat agar secepatnya menyiapkan perahu karet yang memang tersedia di pesawat. Tiba saat yang mendebarkan, pesawat yang tidak bisa diterbangkan kembali itu akhirnya mendarat darurat di permukaan laut, semua awak pesawat saling berbenturan satu dengan lainnya. Dengan cekatan dua perahu karet dilempar ke air, namun satu perahu tidak berfungsi karena bolong ditembus peluru pesawat maritim Neptune.
Ketujuh awak pesawat terdiri dari Kapten Udara Djalaluddin Tantu, Kopilot LU2 Sukandar, Letnan Muda Udara 2 (LMU2) Torar sebagai telegrafis, Flight engineer LMU2 Yuasuf, Sersan Mayor Udara (SMU) Abubakar, SMU Djasmo dan Zamhur selaku Jumping Master cepat-cepat mendayung menjauhi pesawat, supaya tidak ikut tersedot arus pesawat, yang makin lama makin masuk ke air.
Akhirnya pesawat Dakota T-440 lenyap dari permukaan laut, meninggalkan awak pesawat yang terkatung-katung diombang-ambing ombak. Cukup lama sampai terasa tubuh panas tersengat sinar matahari, belum ada kapal menolong.
Tidak lama kemudian memang ada kapal datang, tetapi setelah dekat kapal, baru diketahui ternyata kapal 'Friesland" Belanda jenis cruiser. Kapten Djalaluddin menyuruh semua awak pesawat melepas peralatan atau apa saja berbau militer dibuang ke laut.
Ketujuh awak pesawat Dakota T-440 akhirnya ditawan Belanda. Dalam penawanan mereka beberapa kali pindah penjara seperti Di Sorong, Holandia, Biak terakhir di penjara di Pulau Wundi dekat Biak. Di Wundi, mereka berjumpa dengan pasukan yang pernah diterjunkan dengan pesawat Dakota T-440 dan pesawat angkut lainnya.
Akhirnya setelah Belanda keluar dari Irian Barat atas desakan Amerika setelah penandatanganan oleh Belanda, semua tahanan perang pasukan Indonesia yang dipenjara di bebaskan, termasuk semua awak pesawat Dakota T-440. Semua tahanan bebas dan kembali ke satuannya. Tercatat bahwa setelah itu Kapten Udara Djalaluddin Tantu setelah naik pangkat menjadi Mayor Udara ikut terlibat dalam Operasi Dwikora.
Sumber :
◆ edisi koleksi Angkasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.