TNI patroli di Aceh |
Upaya penyergapan diawali dengan seorang petugas yang maju dan mengetuk pintu. Namun, jawaban yang diterima adalah berondongan tembakan. Akibatnya, petugas tersebut mengalami luka berat.
Akhirnya, terjadilah kontak senjata antara ABRI dan GPK. Seorang anggota GPK tertembak mati dan tiga lainnya luka-luka. Dalam penyergapan itu, pasukan ABRI juga berhasil menyita sepucuk pistol dan sebuah senjata laras panjang jenis jungle rifle.
Lusanya, Rabu 6 Juni 1990, sejumlah anggota ABRI bermaksud mengantarkan pulang jenazah anggota GPK yang tertembak itu kepada keluarganya di Desa Binta Kecamatan Simpang Ulim, Aceh Timur. Tapi, dalam perjalanan mereka kembali menuju ke pangkalan operasi, ternyata sisa-sisa gerombolan GPK melakukan penghadangan, lalu menyerang.
Akibatnya, tiga anggota ABRI gugur dalam insiden itu. Kabar ini beredar lewat siaran pers Pusat Penerangan Markas Besar ABRI yang dikeluarkan Jumat pekan silam. Lalu dilakukan pelacakan intensif oleh aparat keamanan.
"Masyarakat diminta tetap tenang dan waspada serta jangan terpancing oleh isu yang menyesatkan," kata Kapuspen ABRI Brigadir Jenderal Noerhadi. Insiden yang kemudian dikenal dengan Peristiwa 4 Juni itu merupakan aksi pengacauan kelompok GPK yang kedua kalinya di Aceh dalam waktu berdekatan.
Sebelumnya, 28 Mei lalu, gerombolan GPK juga melakukan aksi serupa. Lagi-lagi yang jadi sasaran adalah anggota ABRI, yang ketika itu sedang melakukan kerja Bakti ABRI bersama masyarakat di Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara.
Pagi hari itu, sejumlah anggota ABRI dan masyarakat berada di Alue Linta. Atau sekitar dua kilometer dari Posko Bakti ABRI. Ketika itu, mereka sedang bergotong-royong memperbaiki saluran irigasi. Tak lama kemudian, sekitar pukul 8.30, sebuah Colt Mitsubishi L-300 berhenti di depan Posko.
Menurut saksi mata, tiga dari sembilan penumpangnya langsung turun dari mobil. Berpakaian putih-putih, berambut agak gondrong -- nampaknya menggunakan rambut palsu -- ketiga penumpang itu langsung memberondong Posko dengan senjata jenis M-16.
Juga ikut diberondong adalah kantor Polsek Kuta Makmur, yang letaknya berseberangan jalan. "Tak ada kesempatan untuk membalasnya," ujar Letnan Dua Muh. Rawa, Kapolsek Kuta Makmur, kepada TEMPO.
Lagi pula, kata Muh. Rawa, pihak polisi tak memiliki senjata panjang. Sedangkan GPK yang dihadapi menyandang senjata otomatis. "Anak buah saya hanya tiarap," ujarnya. Tak ayal lagi, dua perajurit ABRI yang sedang berada di luar Posko tewas tertembak. Sedangkan dua pelajar SMP yang sedang melintas dekat peristiwa berlangsung juga tersambar peluru, seorang tewas seketika, lainnya luka di bahu kiri.
Keadaan panik itu dimanfaatkan oleh GPK. Tiga orang lain menyusul turun dari mobil dan masuk ke dalam Posko dan mengambil sejumlah senjata M-16 dan Mini Magazine. Lalu mereka masuk kembali mengambil dua peti amunisi.
Peristiwa itu berlangsung sekitar sepuluh menit. Setelah senjata dan amunisi dikuasai, mobil mereka larikan ke arah Kedai Blang Ara. Persis di depan kantor Koramil Kuta Makmur -- jaraknya sekitar 400 meter dari Posko Bakti ABRI -- kembali GPK melepaskan tembakan secara membabi buta ke arah kantor itu. Kaca-kaca pecah berantakan, syukur, tak ada korban jiwa.
Anggota GPK itu kemudian kabur ke arah timur menuju Simpang Kramat dan menyusuri jalan pipa milik PT Arun sejauh dua kilometer. Dari situ, mereka terus ke jembatan Matang Kuli. Di situlah mobil ditinggalkan.
Akhirnya, terjadilah kontak senjata antara ABRI dan GPK. Seorang anggota GPK tertembak mati dan tiga lainnya luka-luka. Dalam penyergapan itu, pasukan ABRI juga berhasil menyita sepucuk pistol dan sebuah senjata laras panjang jenis jungle rifle.
Lusanya, Rabu 6 Juni 1990, sejumlah anggota ABRI bermaksud mengantarkan pulang jenazah anggota GPK yang tertembak itu kepada keluarganya di Desa Binta Kecamatan Simpang Ulim, Aceh Timur. Tapi, dalam perjalanan mereka kembali menuju ke pangkalan operasi, ternyata sisa-sisa gerombolan GPK melakukan penghadangan, lalu menyerang.
Akibatnya, tiga anggota ABRI gugur dalam insiden itu. Kabar ini beredar lewat siaran pers Pusat Penerangan Markas Besar ABRI yang dikeluarkan Jumat pekan silam. Lalu dilakukan pelacakan intensif oleh aparat keamanan.
"Masyarakat diminta tetap tenang dan waspada serta jangan terpancing oleh isu yang menyesatkan," kata Kapuspen ABRI Brigadir Jenderal Noerhadi. Insiden yang kemudian dikenal dengan Peristiwa 4 Juni itu merupakan aksi pengacauan kelompok GPK yang kedua kalinya di Aceh dalam waktu berdekatan.
Sebelumnya, 28 Mei lalu, gerombolan GPK juga melakukan aksi serupa. Lagi-lagi yang jadi sasaran adalah anggota ABRI, yang ketika itu sedang melakukan kerja Bakti ABRI bersama masyarakat di Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara.
Pagi hari itu, sejumlah anggota ABRI dan masyarakat berada di Alue Linta. Atau sekitar dua kilometer dari Posko Bakti ABRI. Ketika itu, mereka sedang bergotong-royong memperbaiki saluran irigasi. Tak lama kemudian, sekitar pukul 8.30, sebuah Colt Mitsubishi L-300 berhenti di depan Posko.
Menurut saksi mata, tiga dari sembilan penumpangnya langsung turun dari mobil. Berpakaian putih-putih, berambut agak gondrong -- nampaknya menggunakan rambut palsu -- ketiga penumpang itu langsung memberondong Posko dengan senjata jenis M-16.
Juga ikut diberondong adalah kantor Polsek Kuta Makmur, yang letaknya berseberangan jalan. "Tak ada kesempatan untuk membalasnya," ujar Letnan Dua Muh. Rawa, Kapolsek Kuta Makmur, kepada TEMPO.
Lagi pula, kata Muh. Rawa, pihak polisi tak memiliki senjata panjang. Sedangkan GPK yang dihadapi menyandang senjata otomatis. "Anak buah saya hanya tiarap," ujarnya. Tak ayal lagi, dua perajurit ABRI yang sedang berada di luar Posko tewas tertembak. Sedangkan dua pelajar SMP yang sedang melintas dekat peristiwa berlangsung juga tersambar peluru, seorang tewas seketika, lainnya luka di bahu kiri.
Keadaan panik itu dimanfaatkan oleh GPK. Tiga orang lain menyusul turun dari mobil dan masuk ke dalam Posko dan mengambil sejumlah senjata M-16 dan Mini Magazine. Lalu mereka masuk kembali mengambil dua peti amunisi.
Peristiwa itu berlangsung sekitar sepuluh menit. Setelah senjata dan amunisi dikuasai, mobil mereka larikan ke arah Kedai Blang Ara. Persis di depan kantor Koramil Kuta Makmur -- jaraknya sekitar 400 meter dari Posko Bakti ABRI -- kembali GPK melepaskan tembakan secara membabi buta ke arah kantor itu. Kaca-kaca pecah berantakan, syukur, tak ada korban jiwa.
Anggota GPK itu kemudian kabur ke arah timur menuju Simpang Kramat dan menyusuri jalan pipa milik PT Arun sejauh dua kilometer. Dari situ, mereka terus ke jembatan Matang Kuli. Di situlah mobil ditinggalkan.
[sumber tempointeraktif]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.