Warga Palestina menggelar aksi demonstrasi untuk memperingati Hari Nakba atau Hari Bencana. |
Ⓢatgas Batalyon Mekanis Kontingen Garuda (Konga)
XXIII-E/UNIFIL atau Indonesia Battalion (INDOBATT) akhirnya dapat
mengendalikan massa pascabentrok antara warga sipil Palestina dengan
tentara Israel (Israel Defence Force/IDF).
Perwira Penerangan (Papen) INDOBATT Mayor Pasukan Banu Kusworo
melalui surat elektronik dari Lebanon, Kamis, melaporkan bentrok itu
terjadi di area operasi Kontingen Perancis (FCR) pada 14-15 Mei 2011
saat Peringatan Nakba (Hari Kelahiran Israel 14 Mei 1948).
"Komandan Satgas Yonif Mekanis Konga XXIII-E/UNIFIL Letkol Inf Hendy
Antariksa sudah mengantisipasi situasi itu dengan menempatkan pasukan
BMR (Battalion Mobile Reserve) di wilayah Flag Point (wilayah sensitive
area blue line)," katanya.
Selain anggota Kompi Alfa yang setiap hari bertugas di sana, katanya,
kerja sama antara pasukan INDOBATT dengan tentara Lebanon (Lebanese
Armad Forces/LAF) dan kepolisian Lebanon juga mampu mengendalikan
konsentrasi massa dari mahasiswa American University Beirut.
"Unjuk rasa berhasil diredam oleh pasukan INDOBATT hingga massa mulai
membubarkan diri pada pukul 21.00 waktu setempat," katanya.
Sejak 11 Mei 1948, warga Palestina kehilangan tanah kelahirannya
karena wilayahnya telah diakui (diklaim) sebagai wilayah Israel,
sehingga peringatan Nakba memicu warga Palestina berunjuk rasa
menentangnya, karena Hari Nakba merupakan Hari Bencana bagi warga
Palestina.
Selain di perbatasan Syria yaitu di wilayah ketinggian Bukit Golan,
unjuk rasa juga terjadi di sepanjang wilayah "sensitive area blue line"
yang merupakan perbatasan antara Israel dengan Lebanon.
Indobatt (foto Antara) |
"Kasiops INDOBATT Mayor Inf Hendriawan Senjaya melaporkan peristiwa
unjuk rasa terjadi mulai 14 Mei 2011 pukul 19.00 waktu setempat dan
massa mulai membubarkan diri pada pukul 21.00 waktu setempat," katanya.
Peristiwa unjuk rasa kembali terjadi keesokan harinya yaitu pada 15
Mei, namun konsentrasi massa terbesar terjadi di luar wilayah operasi
INDOBATT, yaitu di wilayah area operasi Sektor Barat atau tepatnya di
daerah Marun Ar 'Ras yang merupakan wilayah Kontingen Perancis (Force
Commander Reserve/FCR).
"Unjuk rasa di wilayah itu berlanjut menjadi sebuah bentrokan antara
warga sipil Palestina dengan IDF yang memakan korban di pihak sipil
Palestina sebanyak 10 orang meninggal dunia, tiga luka parah, dan 118
luka-luka," katanya.
Informasinya, hal itu dipicu warga Palestina yang mencoba menyeberang
"technical fence" (pagar pembatas wilayah Israel-Lebanon) dan
ditanggapi secara represif oleh Israel dengan mengeluarkan tembakan ke
arah warga sipil Palestina.
"INDOBATT telah meningkatkan penjagaan di sepanjang blue line dengan
cara menempatkan TMOP (Temporary Observation Post) dan setiap saat
pasukannya selalu memantau perkembangan situasi yang terjadi," katanya.
Selain itu, INDOBATT bekerja sama dengan LAF juga menerapkan konsep
pagar betis di sepanjang "sensitive area blue line" untuk mengantisipasi
pembubaran massa yang melintasi dua jalur utama wilayah operasi
INDOBATT yaitu Ganduriyah dan El Addaisse.
"Dengan langkah antisipasi yang diterapkan oleh INDOBATT di bawah
Komando Letkol Inf Hendy Antariksa, massa akhirnya tidak melanjutkan
kegiatan unjuk rasa di wilayah ini dan secara berangsur-angsur mereka
kembali dan membubarkan diri," katanya.
Sumber : republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.