ilustrasi PKR 105 PAL |
Proses
alih teknologi itu merupakan persiapan untuk membuat sendiri kapal
selam pada beberapa tahun mendatang, suatu upaya kemandirian industri
pertahanan di dalam negeri.
Direktur
Utama PT PAL Indonesia Muhamad Firmansyah Arifin mengatakan BUMN
tersebut selama ini telah banyak memproduksi berbagai jenis kapal perang
untuk memenuhi kebutuhan TNI AL seperti kapal patroli cepat, landing
platform dock (LPD), kapal cepat rudal (KCR), landing craft utility
(LCU), landing craft vehicle personal (LCVP).
Namun,
lanjutnya, sejauh ini PAL belum menguasai teknologi pembuatan kapal
selam, karena membutuhkan ilmu tinggi serta kesiapan SDM yang memiliki
kemampuan dalam menerima alih teknologi kapal perang tersebut.
“Kami
akan menyiapkan 300 teknisi untuk diseleksi menjadi 150 orang guna
dikirim ke Korea Selatan dalam keperluan alih teknologi pembuatan kapal
selam. Dijadwalkan penyeleksian itu rampung pada 2013,” ujarnya saat
mendampingi Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Selasa, 29 Mei
2012.
Kapal Selam Changbogo (foto ROKN) |
Kunjungan
tersebut dimaksudkan melihat pelaksanaan produksi sejumlah kapal
perang pesanan TNI AL di PAL Indonesia seperti 3 unit KCR, 2 unit kapal
tunda 2400 HP dan 4 unit LCU. Turut hadir dalam kunjungan tersebut Wakil
Kepala Staf TNI AL Laksdya TNI Marsetio dan Irjen Kementerian
Pertahanan Laksdya TNI Sumartono.
Sjafrie
mengatakan PAL harus menyiapkan diri menjadi bagian dari industri
pertahanan yang mampu memproduksi alat utama sistem persenjataan
(alutsista) berteknologi tinggi, melalui proses alih teknologi dari
negara lain.
Menurut
dia, Kementerian Pertahanan tengah melakukan pengadaan 2 unit kapal
perusak kawal rudal (PKR) yang dibuat di Belanda. Selain itu, 3 unit
kapal selam, diantaranya 2 unit dibuat di Korea Selatan.
Dalam
kontrak pembuatan kapal perang di dua negara itu disepakati kerja sama
alih teknologi kepada kalangan teknisi ahli kapal perang asal Indonesia. “Pembuatan PKR di Belanda ditargetkan dapat dirampungkan pada 2016 mendatang,” ujarnya.
Dalam
waktu sama, diharapkan pembuatan kapal selam di Korea pun dapat
rampung, kemudian akan dibuat di dalam negeri. Dana yang disiapkan untuk
pengadaan kapal perang berteknologi tinggi itu disebutkan Rp 150
triliun.
Muhamad
Firmansyah menyatakan kesiapannya menjadi lead integrator [bersama BUMN
lain] untuk pembangunan alutsista, dengan menyiapkan fasilitas bengkel
terintegrasi.
“Kami
memiliki 2 graving dock, 2 floating dock dan shiplift sekaligus
memiliki divisi desain yang merancang kapal-kapal perang,”
paparnya.(bas)(bisnisjatim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.