Hulu ledak berteknologi thermobaric yang dimilikinya mampu menyebabkan kerusakan parah pada organ vital. TOS-1A, pelontar roket berteknologi thermobaric milik Rusia. (Shutterstock) ♆
Rusia dilaporkan menggunakan salah satu senjatanya yang paling mematikan dalam operasi militer melawan ISIS di Suriah. Senjata tersebut, peluncur roket bergerak TOS-1A, memiliki kemampuan menghancurkan delapan blok kota dalam satu tembakan.
TOS-1A merupakan sistem peluncur roket yang memiliki 24 sampai 30 barel rudal. Senjata jenis thermobaric (memanfaatkan oksigen untuk memperbesar daya rusak) ini dipasang di atas sasis tank T-72 buatan Rusia.
Beberapa foto yang beredar di media sosial menampilkan sebuah TOS-1A yang diduga digunakan dalam perang di Suriah. Lansiran IBTimes, mengutip laporan surat kabar Rusia, TOS-1A Solntsepyok (bahasa Rusia untuk "Blazing Sun" atau "matahari yang membakar") tiba di Suriah awal bulan ini.
Sistem pelontar api TOS-1A yang dikenal dengan julukan Buratino, meminjam nama dari karakter di buku anak-anak Rusia, dapat menghancurkan beberapa blok di sebuah kota. Hulu ledak berteknologi thermobaric yang dimilikinya menyebarkan cairan mudah terbakar di sekitar target lalu memantiknya.
Ledakan itu sendiri sudah mematikan, namun, kondisi vakum yang menyusul ledakan dapat menyebabkan kerusakan internal. Salah satunya adalah kebocoran pada organ vital seperti paru-paru.
Sebuah studi yang dilakukan Badan Intelijen AS (CIA) pada tahun 1993 menyebutkan, efek senjata thermobaric pada target seperti bangunan, bunker, dan terowongan, amatlah besar.
"Mereka yang berada dekat ledakan akan terkena dampaknya, seperti cedera dalam yang tak terlihat, termasuk pecahnya gendang telinga, pendarahan, kebocoran paru-paru, dan pada beberapa kasus, kebutaan," sebut studi tersebut.
TOS-1A kabarnya sudah digunakan militer Rusia sejak tahun 2001. Senjata ini juga sudah diekspor ke Azerbaijan, Kazakhstan, dan Irak.
Kementerian pertahanan Rusia melaporkan bahwa jet-jet tempur mereka telah berhasil menghantam 40 target ISIS di Suriah dalam waktu 24 jam. Beberapa target yang jadi sasaran antara lain gudang amunisi dan kamp pelatihan.
"Dari pangkalan udara Hmeimim, kru pesawat Su-34, Su-24M, dan Su-25SM, melakukan 41 serangan terhadap 40 target ISIS di bangunan Aleppo, Idlib, Latakia, Hama, dan Deir Ezzor," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia.
Di sekitar kota Aleppo, pesawat-pesawat Rusia menghancurkan fasilitas yang digunakan ISIS untuk membuat bahan peledak, demikian disampaikan juru bicara kemenhan Igor Konashenkov.
"Bahan-bahan peledak tersebut rencananya dipakai untuk melakukan teror di kota-kota Suriah, termasuk serangan ke kantung pertahanan pasukan pemerintah," pungkas Igor. (Dailymail)
Rusia dilaporkan menggunakan salah satu senjatanya yang paling mematikan dalam operasi militer melawan ISIS di Suriah. Senjata tersebut, peluncur roket bergerak TOS-1A, memiliki kemampuan menghancurkan delapan blok kota dalam satu tembakan.
TOS-1A merupakan sistem peluncur roket yang memiliki 24 sampai 30 barel rudal. Senjata jenis thermobaric (memanfaatkan oksigen untuk memperbesar daya rusak) ini dipasang di atas sasis tank T-72 buatan Rusia.
Beberapa foto yang beredar di media sosial menampilkan sebuah TOS-1A yang diduga digunakan dalam perang di Suriah. Lansiran IBTimes, mengutip laporan surat kabar Rusia, TOS-1A Solntsepyok (bahasa Rusia untuk "Blazing Sun" atau "matahari yang membakar") tiba di Suriah awal bulan ini.
Sistem pelontar api TOS-1A yang dikenal dengan julukan Buratino, meminjam nama dari karakter di buku anak-anak Rusia, dapat menghancurkan beberapa blok di sebuah kota. Hulu ledak berteknologi thermobaric yang dimilikinya menyebarkan cairan mudah terbakar di sekitar target lalu memantiknya.
Ledakan itu sendiri sudah mematikan, namun, kondisi vakum yang menyusul ledakan dapat menyebabkan kerusakan internal. Salah satunya adalah kebocoran pada organ vital seperti paru-paru.
Sebuah studi yang dilakukan Badan Intelijen AS (CIA) pada tahun 1993 menyebutkan, efek senjata thermobaric pada target seperti bangunan, bunker, dan terowongan, amatlah besar.
"Mereka yang berada dekat ledakan akan terkena dampaknya, seperti cedera dalam yang tak terlihat, termasuk pecahnya gendang telinga, pendarahan, kebocoran paru-paru, dan pada beberapa kasus, kebutaan," sebut studi tersebut.
TOS-1A kabarnya sudah digunakan militer Rusia sejak tahun 2001. Senjata ini juga sudah diekspor ke Azerbaijan, Kazakhstan, dan Irak.
Kementerian pertahanan Rusia melaporkan bahwa jet-jet tempur mereka telah berhasil menghantam 40 target ISIS di Suriah dalam waktu 24 jam. Beberapa target yang jadi sasaran antara lain gudang amunisi dan kamp pelatihan.
"Dari pangkalan udara Hmeimim, kru pesawat Su-34, Su-24M, dan Su-25SM, melakukan 41 serangan terhadap 40 target ISIS di bangunan Aleppo, Idlib, Latakia, Hama, dan Deir Ezzor," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia.
Di sekitar kota Aleppo, pesawat-pesawat Rusia menghancurkan fasilitas yang digunakan ISIS untuk membuat bahan peledak, demikian disampaikan juru bicara kemenhan Igor Konashenkov.
"Bahan-bahan peledak tersebut rencananya dipakai untuk melakukan teror di kota-kota Suriah, termasuk serangan ke kantung pertahanan pasukan pemerintah," pungkas Igor. (Dailymail)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.