Sarang provokator rusuh AmbonHotel Wijaya II Ambon. ©istimewa ☆
Kerusuhan SARA pernah mencabik-cabik perdamaian di Ambon Manise. Kerukunan antar umat beragama yang sudah terjalin ratusan tahun tiba-tiba menguap. Kota Ambon bak Sarajevo di Bosnia.
Pertempuran atau kontak senjata nyaris terdengar setiap saat. Para sniper menunggu lawan mereka dari balik gedung-gedung yang penuh lubang peluru.
Para perusuh di Ambon menjadikan Hotel Wijaya II sebagai markas komando mereka. Bangunan itu dipertahankan dengan aneka senjata dan para penembak jitu. Diduga mereka mendapat senapan dan amunisi dari gudang senjata Brimob yang dibobol saat kerusuhan. Saat itu tak kurang dari 900 senapan yang hilang. Belum ditambah pistol dan granat yang juga dijarah.
Aksi para perusuh makin brutal. Tanggal 22 Januari 2001, pasukan Batalyon Gabungan dikerahkan untuk menghancurkan kekuatan musuh yang bertahan di Hotel Wijaya II. Pasukan Gabungan itu merupakan pasukan elite TNI Kopassus, Paskhas dan Marinir.
Sekitar pukul 05.00 WIT, tim melakukan serangan mendadak. Suara ledakan dan rentetan tembakan terdengar di mana-mana. Para pasukan elite ini bergerak cepat melakukan raid dari satu ruangan ke ruangan. Mereka berusaha menangkap semua provokator hidup-hidup.
Pusat kegiatan para perusuh berada di lantai empat hotel yang dijadikan pusat komando pengendalian kerusuhan Ambon. Di sana pasukan TNI melihat berbagai peta dan rencana operasi para perusuh.
Pasukan Yongab TNI menyergap empat desertir TNI/Polri yang sering menembaki pasukan Yongab. Petugas juga menemukan 14 pucuk senapan organik TNI yang digunakan empat orang itu.
Empat desertir yang ditangkap itu adalah AKBP JS, lalu Iptu A, dan Ipda AA dari kepolisian, serta Mayor Inf NN. Selain empat orang itu, petugas juga menangkap 25 perusuh lain dari Hotel Wijaya.
Seorang perwira menuturkan di lokasi penggerebekan juga ditemukan narkoba, sabu dan wanita.
"Melihat apa yang ada di hotel itu, jelas akar konflik Ambon bukan agama. Ada narkotika dan wanita di dalam hotel. Rupanya saat mereka menciptakan teror dan orang-orang ketakutan, mereka malah pesta-pesta di hotel ini," kata seorang perwira YonGab menceritakan soal penggerebekan itu pada merdeka.com beberapa waktu lalu.
Setelah Hotel Wijaya II dikuasai, perlahan kekuatan perusuh di Ambon mulai menurun. Situasi pun mulai bisa dikendalikan aparat keamanan. Ambon Manise kembali damai.
Kerusuhan SARA pernah mencabik-cabik perdamaian di Ambon Manise. Kerukunan antar umat beragama yang sudah terjalin ratusan tahun tiba-tiba menguap. Kota Ambon bak Sarajevo di Bosnia.
Pertempuran atau kontak senjata nyaris terdengar setiap saat. Para sniper menunggu lawan mereka dari balik gedung-gedung yang penuh lubang peluru.
Para perusuh di Ambon menjadikan Hotel Wijaya II sebagai markas komando mereka. Bangunan itu dipertahankan dengan aneka senjata dan para penembak jitu. Diduga mereka mendapat senapan dan amunisi dari gudang senjata Brimob yang dibobol saat kerusuhan. Saat itu tak kurang dari 900 senapan yang hilang. Belum ditambah pistol dan granat yang juga dijarah.
Aksi para perusuh makin brutal. Tanggal 22 Januari 2001, pasukan Batalyon Gabungan dikerahkan untuk menghancurkan kekuatan musuh yang bertahan di Hotel Wijaya II. Pasukan Gabungan itu merupakan pasukan elite TNI Kopassus, Paskhas dan Marinir.
Sekitar pukul 05.00 WIT, tim melakukan serangan mendadak. Suara ledakan dan rentetan tembakan terdengar di mana-mana. Para pasukan elite ini bergerak cepat melakukan raid dari satu ruangan ke ruangan. Mereka berusaha menangkap semua provokator hidup-hidup.
Pusat kegiatan para perusuh berada di lantai empat hotel yang dijadikan pusat komando pengendalian kerusuhan Ambon. Di sana pasukan TNI melihat berbagai peta dan rencana operasi para perusuh.
Pasukan Yongab TNI menyergap empat desertir TNI/Polri yang sering menembaki pasukan Yongab. Petugas juga menemukan 14 pucuk senapan organik TNI yang digunakan empat orang itu.
Empat desertir yang ditangkap itu adalah AKBP JS, lalu Iptu A, dan Ipda AA dari kepolisian, serta Mayor Inf NN. Selain empat orang itu, petugas juga menangkap 25 perusuh lain dari Hotel Wijaya.
Seorang perwira menuturkan di lokasi penggerebekan juga ditemukan narkoba, sabu dan wanita.
"Melihat apa yang ada di hotel itu, jelas akar konflik Ambon bukan agama. Ada narkotika dan wanita di dalam hotel. Rupanya saat mereka menciptakan teror dan orang-orang ketakutan, mereka malah pesta-pesta di hotel ini," kata seorang perwira YonGab menceritakan soal penggerebekan itu pada merdeka.com beberapa waktu lalu.
Setelah Hotel Wijaya II dikuasai, perlahan kekuatan perusuh di Ambon mulai menurun. Situasi pun mulai bisa dikendalikan aparat keamanan. Ambon Manise kembali damai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.