Di bekas negara pecahan Uni Soviet, yaitu Uzbekistan, nama Presiden Soekarno sangat dihormati. Jika orang Indonesia (Muslim) datang berkunjung ke Uzbekistan mengunjungi makam Imam Bukhari, salah satu ahli hadits Nabi Muhammad SAW, akan diberi keistimewaan.
Orang Indonesia akan diizinkan masuk ke bagian dasar bangunan yang merupakan tempat jasad Imam Bukhari disemayamkan. Perlakuan istimewa ini berkat jasa Bung Karno.
Tahun 1961, pemimpin tertinggi Partai Komunis Uni Soviet sekaligus penguasa tertinggi Uni Soviet, Nikita Sergeyevich Khrushchev mengundang Bung Karno ke Moskow.
Khrushchev yang berkuasa di Uni Soviet dari tahun 1953 hingga 1964 itu hendak menunjukkan pada Amerika Serikat bahwa Indonesia berdiri di belakang Uni Soviet.
Dalam buku Total Bung Karno karya Roso Daras diceritakan bahwa Bung Karno tidak mau begitu saja datang ke Moskow. Bung Karno tahu, kalau Indonesia terjebak, yang paling rugi dan menderita adalah rakyat Indonesia.
Bung Karno tidak mau membawa Indonesia ke dalam situasi yang tidak menguntungkan. Bung Karno juga tidak mau Indonesia dipermainkan oleh negara mana pun.
Maka, Bung Karno mengajukan syarat. Dialog pun terjadi antara Bung Karno dan Khrushchev. “Saya mau datang ke Moskow dengan satu syarat mutlak yang harus dipenuhi. Tidak boleh tidak,” kata Bung Karno.
“Apa syarat yang Paduka Presiden ajukan?” Khrushchev balik bertanya. Bung Karno menjawab, “Temukan makam Imam Al Bukhari. Saya sangat ingin menziarahinya.”
Khrushchev segera memerintahkan pasukan elitenya untuk menemukan makam dimaksud. Ternyata, hasilnya nihil.
Khrushchev kembali menghubungi Bung Karno. “Maaf Paduka Presiden, kami tidak berhasil menemukan makam orang yang Paduka cari. Apa Anda berkenan mengganti syarat Anda?”
“Kalau tidak ditemukan, ya sudah, saya lebih baik tidak usah datang ke negara Anda,” ujar Bung Karno.
Kalimat singkat Bung Karno ini membuat kuping Khrushchev panas. Khrushchev kembali memerintahkan orang-orang nomor satunya langsung menangani masalah ini.
Setelah tiga hari pencarian, mengumpulkan informasi dari orang-orang tua Muslim di sekitar Samarkand, anak buah Khrushchev menemukan makam Imam Al Bukhari.
Imam Bukhari lahir di Bukhara pada tahun 810 M. Ia meninggal dunia dan dimakamkan Samarkand pada 870 M. Ketika ditemukan, makam Imam Al Bukhari dalam kondisi rusak tak terawat.
Khrushchev menghubungi Bung Karno kembali. Intinya, misi pencarian makam Imam Al Bukhari berhasil. Bung Karno mengatakan, “Baik, saya datang ke negara Anda.”
Setelah dari Moskow, pada 12 Juni 1961, Bung Karno tiba di Samarkand. Puluhan ribu orang menyambut kehadiran Pemimpin Besar Revolusi Indonesia ini sejak dari Tashkent.
Soekarno naik kereta dari Moskow ke Samarkand. Bung Karno tiba pada malam hari dan langsung membaca Alquran sampai pagi hari, tidak tidur.
Bung Karno meminta pemerintah Uni Soviet agar segera memperbaiki makam Imam Bukhari. Ia bahkan sempat menawarkan agar makam dipindahkan ke Indonesia, apabila Uni Soviet tidak mampu merawat dan menjaga makam tersebut. Emas seberat makam Imam Bukhari akan diberikan sebagai gantinya.
Orang Indonesia akan diizinkan masuk ke bagian dasar bangunan yang merupakan tempat jasad Imam Bukhari disemayamkan. Perlakuan istimewa ini berkat jasa Bung Karno.
Tahun 1961, pemimpin tertinggi Partai Komunis Uni Soviet sekaligus penguasa tertinggi Uni Soviet, Nikita Sergeyevich Khrushchev mengundang Bung Karno ke Moskow.
Khrushchev yang berkuasa di Uni Soviet dari tahun 1953 hingga 1964 itu hendak menunjukkan pada Amerika Serikat bahwa Indonesia berdiri di belakang Uni Soviet.
Dalam buku Total Bung Karno karya Roso Daras diceritakan bahwa Bung Karno tidak mau begitu saja datang ke Moskow. Bung Karno tahu, kalau Indonesia terjebak, yang paling rugi dan menderita adalah rakyat Indonesia.
Bung Karno tidak mau membawa Indonesia ke dalam situasi yang tidak menguntungkan. Bung Karno juga tidak mau Indonesia dipermainkan oleh negara mana pun.
Maka, Bung Karno mengajukan syarat. Dialog pun terjadi antara Bung Karno dan Khrushchev. “Saya mau datang ke Moskow dengan satu syarat mutlak yang harus dipenuhi. Tidak boleh tidak,” kata Bung Karno.
“Apa syarat yang Paduka Presiden ajukan?” Khrushchev balik bertanya. Bung Karno menjawab, “Temukan makam Imam Al Bukhari. Saya sangat ingin menziarahinya.”
Khrushchev segera memerintahkan pasukan elitenya untuk menemukan makam dimaksud. Ternyata, hasilnya nihil.
Khrushchev kembali menghubungi Bung Karno. “Maaf Paduka Presiden, kami tidak berhasil menemukan makam orang yang Paduka cari. Apa Anda berkenan mengganti syarat Anda?”
“Kalau tidak ditemukan, ya sudah, saya lebih baik tidak usah datang ke negara Anda,” ujar Bung Karno.
Kalimat singkat Bung Karno ini membuat kuping Khrushchev panas. Khrushchev kembali memerintahkan orang-orang nomor satunya langsung menangani masalah ini.
Setelah tiga hari pencarian, mengumpulkan informasi dari orang-orang tua Muslim di sekitar Samarkand, anak buah Khrushchev menemukan makam Imam Al Bukhari.
Imam Bukhari lahir di Bukhara pada tahun 810 M. Ia meninggal dunia dan dimakamkan Samarkand pada 870 M. Ketika ditemukan, makam Imam Al Bukhari dalam kondisi rusak tak terawat.
Khrushchev menghubungi Bung Karno kembali. Intinya, misi pencarian makam Imam Al Bukhari berhasil. Bung Karno mengatakan, “Baik, saya datang ke negara Anda.”
Setelah dari Moskow, pada 12 Juni 1961, Bung Karno tiba di Samarkand. Puluhan ribu orang menyambut kehadiran Pemimpin Besar Revolusi Indonesia ini sejak dari Tashkent.
Soekarno naik kereta dari Moskow ke Samarkand. Bung Karno tiba pada malam hari dan langsung membaca Alquran sampai pagi hari, tidak tidur.
Bung Karno meminta pemerintah Uni Soviet agar segera memperbaiki makam Imam Bukhari. Ia bahkan sempat menawarkan agar makam dipindahkan ke Indonesia, apabila Uni Soviet tidak mampu merawat dan menjaga makam tersebut. Emas seberat makam Imam Bukhari akan diberikan sebagai gantinya.
♔ Vivanews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.