Diserang Jet-jet Rusia, 3.000 Militan ISIS di Suriah Lari KetakutanSerangan pesawat-pesawat jet tempur Rusia membuat ribuan militan ISIS lari ketakutan. (Reuters)
Serangan pesawat-pesawat jet tempur Rusia membuat sekitar 3.000 militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan militan kelompok ekstremis lain di Suriah ketakutan. Mereka memilih melarikan diri menuju wilayah Yordania.
Ribuan militan ISIS itu juga kewalahan oleh serangan baru tentara rezim Suriah yang mendapat bantuan kuat dari militer Kremlin. Laporan larinya ribuan militan ISIS itu pertama kali diterbitkan kantor berita Rusia, RIA Novosti, yang memperoleh informasi dari pejabat militer Kremlin.
”Setidaknya 3.000 militan dari ISIS, al-Nusra dan Jaish al-Yarmouk telah melarikan diri ke Yordania. Mereka takut dengan tentara Suriah yang telah meningkatkan kegiatannya di semua lini dan (takut oleh) serangan udara Rusia,” tulis kantor berita itu, mengutip pejabat militer Kremlin.
Jika Rusia meluncurkan serangan melalui pesawat-pesawat jet tempurnya, tentara rezim Suriah menggunakan artileri.
Menteri Informasi Suriah, Omran al-Zoubi, mengatakan operasi militer Rusia di Suriah telah memicu reaksi keras dari kelompok teroris. ”Serangan udara Rusia telah menyebabkan pernyataan yang kuat dari kelompok teroris dan pendukung mereka. Pada saat yang sama kelompok teroris ini tidak berkata apa-apa ketika koalisi pimpinan Amerika Serikat melancarkan operasi,” ujarnya menyindir serangan koalisi AS yang dianggap gagal.
“Serangan udara AS terhadap ISIS tidak efektif, koalisi ingin teroris tinggal di Suriah selama mungkin,” lanjut dia.
Sementara itu, serangan pesawat-pesawat jet tempur Rusia pada Senin siang hingga petang telah menargetkan 10 fasilitas ISIS di berbagai daerah di Suriah. Departemen Pertahanan Rusia mengumumkan, sekitar 20 tank tempur dan tiga peluncur roket milik ISIS di kawasan Provinsi Homs hancur.
”Pada siang hari, pesawat jet tempur Sukhoi-34, Sukhoi-24 dan Sukhoi-25 total melakukan 15 penerbangan dari pangkalan udara Khmeimim. Serangan udara menyasar sepuluh target kelompok ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) di Suriah,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov. (Sindo/mas)Pasukan Darat Rusia Telah Memasuki SuriahSekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengungkapkan Rusia kembali melakukan pelanggaran dengan memasuki wilayah udara Turki dan menurunkan pasukan darat ke Suriah. (REUTERS/Francois Lenoir)
Keterlibatan Rusia dalam 4.5 tahun perang bersaudara di Suriah terlihat kian meningkat. Hal tersebut dikonfirmasi oleh Sekretaris Jenderal NATO setelah intersepsi kedua yang dilakukan oleh pesawat milik Rusia di wilayah udara Turki hari ini, Selasa (6/10).
Tidak hanya itu, NATO juga mengeluarkan pernyataan bahwa tentara Rusia juga telah menjejakkan kaki di Suriah.
"Pesawat tempur Rusia telah melanggar dengan memasuki wilayah udara Turki," ujar Sekjen NATO, Jens Stoltenberg, seperti dilansir CNN. Dalam situs resmi NATO, Stolenberg pun menyebut hal tersebut sebagai hal yang tidak dapat diterima.
Dalam keterangannya kepada wartawan, Stoltenberg memastikan bahwa telah terjadi dua pelanggaran di wilayah udara Turki.
"Kami telah melihat dua pelanggaran di wilayah angkasa Turki. Berdasarkan laporan intelijen yang kami terima, pelanggaran itu tidak terlihat sebagai sesuatu yang tidak disengaja," katanya.
Pelanggaran pertama memasuki wilayah udara Turki oleh Rusia dilaporkan terjadi pertama kali pada Sabtu (3/10) lalu. Sedangkan yang kedua terjadi keesokan harinya, Minggu (4/10).
Angkatan udara Turki sebelumnya telah mengeluarkan pernyataan tentang terdeteksinya sebuah pesawat tempur jenis MiG-29 dengan asal negara yang tak dikenal, mengganggu delapan pesawat F-16 milik Turki, di perbatasan Turki-Suriah.
Mereka menyebut, jet tempur MiG-29 itu terdeteksi di bawah radar selama empat menit 30 detik.
Turki sendiri telah menjadi anggota NATO sejak 1952. Dalam aturan aliansi negara-negara tersebut, dinyatakan bahwa jika terjadi serangan kepada salah satu dari 28 negara anggota NATO, maka serangan tersebut dapat diartikan sebagai serangan kepada semua negara.
Dalam keterangannya, Stoltenberg juga memastikan, pasukan Rusia telah menduduki Suriah. Pasukan darat itu disebutnya akan melapor kepada pangkalan udara Rusia.
Dia pun mengungkapkan keraguannya bahwa serangan udara yang dilakukan Rusia ke Suriah tidak murni dilakukan untuk menggempur kelompok teroris ISIS.
"Saya juga khawatir bahwa Rusia tidak menargetkan ISIS, tetapi menyerang kelompok oposisi Suriah dan warga sipil," ujarnya. (CNN/meg)Spetnaz, 'Pasukan Hantu' Rusia Paling Ditakuti Dikirim ke Suriah?Spetnaz, pasukan khusus Rusia paling ditakuti dilaporkan dikirim Putin ke Suriah. (Daily Mirror)
Presiden Rusia, Vladimir Putin, dilaporkan telah mengirim pasukan khusus Rusia paling ditakuti, Spetnaz, ke Suriah untuk menolong rezim Pemerintah Presiden Bashar al-Assad. Spetnaz kerap dijuluki “pasukan hantu” yang khusus diterjunkan di medan perang untuk memerangi siapa pun yang dianggap musuh.
Pengiriman pasukan Spetnaz itu akan menjadi pukulan bagi Inggris dan Amerika Serikat (AS) yang tidak suka dengan aksi militer Rusia di Suriah untuk memerangi kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Sebab, pasukan Spetnaz juga berpotensi memerangi pasukan pemberontak yang ingin menggulingkan Presiden Assad.
Laporan itu diungkap media Inggris, Daily Mirror, yang mengutip sumber militer Rusia, tadi malam. “Marinir Putin ada yang menjaga pangkalan udara mereka untuk menghadapi sabotase oleh pemberontak. Tapi Spetsnaz dan pasukan serangan udara tidak ada instruksi untuk menjaga keamanan terhadpa objek statis, mereka sangat agresif dan sangat terlatih,” tulis media Inggris itu mengutip sumber militer.
”Mereka ada untuk beraksi setelah serangan udara, pergi untuk misi sangat rahasia terhadap pemberontak dan akhirnya memusnahkan mereka,” lanjut sumber itu.
”Dan mereka tidak akan seperti pasukan khusus Inggris atau AS. Mereka berada di sana untuk satu alasan, untuk melenyapkan orang yang mengancam Assad. Dengan cara apapun. Dan dengan melakukan itu, mereka akan mengkonsolidasikan posisi Rusia di Timur Tengah.”
Kremlin belum merespons laporan pengiriman “pasukan hantu” Spetnaz itu. Jika laporan itu dikonfirmasi resmi oleh Pemerintah Rusia, maka pasukan pemberontak Suriah yang selama ini didukung AS dan sekutunya akan terancam. (Sindo/mas)Kecam Serangan Rusia di Suriah, Definisi 'Teroris' Versi AS DipertanyakanDefinisi teroris versi AS dipertanyakan setelah AS mengecam agresi Rusia terhadap ISIS di Suriah. (Ilustrasi)
Pemerintah Amerika Serikat (AS) terus mengecam serangan Rusia di Suriah yang dianggap salah sasaran, yakni bukan menargetkan teroris. Namun, definisi “teroris” oleh AS mulai dipertanyakan karena di Suriah terdapat banyak kelompok teror.
Christopher Kozak, seorang analis AS di Institut untuk Studi Perang, menilai definisi “teroris” versi AS sudah kacau.
Kozak membandingkan definisi “teroris” versi Rusia yang lebih tegas. Salah satu definisi itu pernah diucapkan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov kepada wartawan di sela-sela sidang PBB.
”Jika ia tampak seperti seorang teroris, jika itu bertindak seperti teroris, jika berjalan seperti teroris, jika perkelahian seperti teroris, itu teroris,” kata Lavrov.
Moskow telah mempertanyakan kebijakan Washington yang dianggap telah mendukung berbagai jaringan teror di Timur Tengah dan afiliasinya yang telah memaksa pemerintahan Obama untuk melakukan beberapa akrobat retoris yang cukup mengesankan.
”Masalah mendasarnya adalah bahwa AS sedang mencoba untuk menceraikan kampanye anti-terorisme internasional dari sisa perang saudara di Suriah,” kritik Kozak.
Dia mencontohkan pasukan pemberontak moderat yang dilatih AS tidak benar-benar melawan kelompok teroris seperti Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan pada akhirnya justru dikalahkan kelompok teror al-Nusra. ”Para pemberontak ingin melawan rezim (Suriah), bukan ISIS,” kata Kozak, seperti dikutip Sputnik, Selasa (6/10/2015).
”(Sedangkan) Rusia memiliki beberapa pengaruh karena mereka datang dengan posisi yang lebih koheren,” lanjut Kozak.
Bagian dari kebingungan Washington berasal dari keengganannya untuk menentukan al-Nusra cabang al-Qaeda di Suriah, sebagai organisasi teroris. AS selama ini berpendapat al-Nusra bukan bagian dari kelompok teror bernama Khorasan.
Padahal PBB sendiri menegaskan al-Nusra sudah masuk kategori kelompok teror. ”Perbedaan antara Nusra dan Kelompok Khorasan adalah sesuatu bagi Pentagon,” kata Kozak. ”Mereka ingin mengurai baris agar tidak terseret ke dalam konflik dengan al-Nusra serta ISIS.”
Pendekatan ini berbeda dengan yang dilakukan Rusia. Kremlin berkoordinasi dengan pemilik kedaulatan, yakni rezim Suriah untuk mengindentifikasi kelompok mana saja yang harus diserang karena masuk kategori teroris. Terlebih, di Suriah sudah muncul banyak kelompok teror dengan anggota para warga asing dari berbagai negara. (Sindo/mas)Serangan AS Terhadap RS di Afghanistan Adalah Kejahatan Perang Rumah sakit MSF di Kunduz hancur dan tidak bisa berfungsi kembali. (BBC)
Komisaris Badan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB, Zeid Ra'ad Al Hussein mengatakan, serangan udara yang menghantam rumah sakit milik kelompok bantuan medis, Medecins Sans Frontieres (MSF) di Kunduz, Afghanistan, bisa dimasukkan ke dalam kategori kejahatan perang.
Menurut Zaid, insiden di Kunduz yang menewaskan dan melukai banyak pasien dan tenaga medis adalah kejadian yang benar-benar tragis, tidak bisa dimaafkan, dan bahkan mungkin bisa dimasukkan ke dalam tindakan kriminal.
"Pihak militer internasional dan Afghanistan yang merencanakan serangan tersebut memiliki kewajiban untuk menghormati dan melindungi warga sipil setiap saat. Kewajiban ini berlaku selamanya, tidak peduli yang terlibat adalah Angkatan Udara dan terlepas dari lokasi penyerangan," kata Hussein seperti dikutip dari laman Xinhua, Selasa (6/10/2015).
Zeid pun lantas mendorong dibentuknya tim penyelidik independen untuk menyelidiki kasus yang menewaskan 22 orang, dimana tiga diantaranya adalah anak-anak.
"Sangat penting untuk memastikan penyelidikan dilakukan secara independen, tidak memihak, transparan, dan efektif. Penyelidik independen harus menyelidiki secara menyeluruh dan hasilnya diumumkan ke publik," kata Zaid.
Sebelumnya, pihak Washington dan Kabul telah membuat sebuah penyelidikan bersama atas insiden tersebut. Meski begitu, pihak MSF menyerukan penyelidikan secara independen. (Sindo/ian)Kecam Serangan AS ke RS di Kunduz, Rusia Tuntut InvestigasiPuing-puing rumah sakit MSF di Kunduz yang hancur akibat serangan udara AS (Telegraph)
Rusia mengecam keras serangan udara yang dilakukan Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) atau USAF terhadap sebuah rumah sakit yang dirintis kelompok Medecins Sans Frontieres (MSF) di Kunduz, Afghanistan. Keterangan itu disampaikan oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikahel Y Galuzin.
"Mengenai serangan yang dilakukan USAF terhadap sebuah rumah sakit di Kunduz, Rusia mengutuk dengan keras, serta mendesak adanya investigasi dan siapa saja yang bertanggung jawab atas serangan ini harus di bawa ke pengadilan," kata Galuzin pada Selasa (6/10/2015).
Serangan udara yang dilakukan oleh USAF itu dilaporkan merenggut setidaknya 22 jiwa, dimana beberapa dokter, staf rumah sakit, dan juga sejumlah pasien tewas dalam serangan terebut.
AS sendiri kemarin sudah memberikan penjelasan mengenai insiden tersebut. Komandan pasukan internasional AS di Afghanistan, John Campbell dalam konfrensi pers menuturkan, pihaknya tidak sengaja melakukan serangan tersebut, dan serangan itu merupakan permintaan dari pemerintah Afganistan.
"Kami sekarang telah memperlajari, bahwa pada 3 Oktober lalu pasukan Afghanistan menyatakan mereka sedang terlibat pertempuran di wilayah musuh dan meminta dukungan udara dari pasukan AS. Sebuah serangan udara kemudian dilancarkan untuk menghilangkan ancaman yang ditimbulkan Taliban, dan secara tidak sengaja warga sipil turut terkena serangan tersebut," kata Campbell.
Campbell juga menuturkan, saat ini penyelidikan lebih lanjut mengenai insiden tersebut masih terus dilakukan. Dirinya berjanji, penyelidikan ini akan berlangsung secara transparan, dimana tidak ada satupun fakta yang akan ditutupi. (Sindo/ian)AS Akui Serangan di Rumah Sakit Kunduz Sebagai KesalahanKomandan Tentara Amerika John Campbell saat memberikan keterangan kepada Komite Senat soal insiden serangan di rumah sakit di Kunduz, Selasa (6/10). (REUTERS/Joshua Roberts)
Serangan udara yang menghancurkan sebuah rumah sakit di provinsi Kunduz, Afghanistan, pada akhir pekan lalu, diakui Komandan Tentara Amerika sebagai sebuah kesalahan.
Selain mengaku salah, Jenderal Angkatan Darat John Campbell juga mengungkapkan akan mempertimbangkan kembali penarikan pasukan AS pada akhir tahun mendatang.
Dia menyebut, meningkatnya ancaman serangan ISIS dan Al Qaeda terhadap Afghanistan menjadi salah satu alasan rekomendasi yang akan diberikannya kepada pihak Gedung Putih.
Serangan yang terjadi pada Sabtu (3/10) lalu ke rumah sakit Doctors Without Borders atau Medecins Sans Frontieres menyebabkan 22 orang tewas dan memicu kemarahan para sukarelawan yang tergabung dalam MSF.
Kala itu, MSF dengan tegas menyalahkan AS dalam insiden tersebut. Mereka pun meminta investigasi dilakukan untuk menyelidiki malapetaka tersebut dan menyebutnya sebagai sebuah kejahatan perang.
Menanggapi hal itu, Campbell sempat memberikan pernyataan bahwa serangan kala itu merupakan permintaan dari pasukan Afghanistan yang ingin menyerang pasukan militan Taliban di Kunduz.
"Agar menjadi jelas, keputusan untuk melakukan serangan udara saat itu dibuat berdasarkan rantai komando yang diterima AS," ujar Campbell dalam keterangannya di hadapan Komite Senat Angkatan Bersenjata, Selasa (6/10), seperti dilansir Reuters.
Dia juga menambahkan, pasukan khusus AS yang berada di sekitar lokasi kala itu telah berkomunikasi dengan pesawat tempur yang melakukan serangan.
"Sebuah rumah sakit tanpa disengaja terkena serangan. Kami tidak akan pernah dengan sengaja menargetkan fasilitas kesehatan sebagai untuk diserang," kata Campbell.
Pernyataan Campbell bahwa serangan di rumah sakit tersebut dilakukan oleh pasukan AS ini merupakan penjelasan resmi yang dikeluarkan mewakili pemerintah AS. Pada pernyataan sebelumnya, Campbell mengatakan, hanya pasukan AS yang kala itu merespon permintaan dari pasukan Afghanistan.
Juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, mengatakan Presiden Barrack Obama berharap agar tindakan pencegahan dapat dilakukan agar tidak lagi terjadi kesalahan yang sama.
Pemerintahan Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, saat ini menunjukkan sangat mengandalkan Washington untuk memberikan bantuan militer. Hal itu disebut-sebut berbeda dari pendahulunya yakni Presiden Hamid Karzai yang kerap mengkritik AS.
Meski demikian, seorang pasukan militer Afghanistan menepis kabar bahwa pasukannya yang meminta AS untuk menyerang rumah sakit tersebut.
Komandan pasukan khusus Afghanistan di Kunduz, Abdullah Guard, mengatakan pasukannya kala itu dalam kondisi dihujani peluru di area dekat rumah sakit. Dia memprediksi, ada sekitar 500 orang pasukan Taliban yang menyerang mereka kala itu.
"Sangat mungkin jika kami meminta serangan udara untuk menyerang posisi musuh, tetapi itu tidak berarti kami meminta untuk mengebom sebuah rumah sakit," katanya kepada Reuters, sebelum Campbell memberikan laporan kepada Komite Senat. (CNN/meg)Apa yang Sudah Dilakukan AS di Suriah dan Irak?Gempuran pesawat-pesawat jet tempur terhadap fasilitas ISIS di Suriah. (Reuters)
Rusia kembali mempertanyakan efektivitas serangan yang dilakukan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya terhadap ISIS di Suriah dan Irak. Kerja koalisi yang dipimpin AS dipertanyakan, sebab sudah setahun melakukan serangan tapi ISIS belum bisa dikalahkan.
”Kami bingung dengan apa saja yang sudah mereka lakukan untuk memberantas ini (kelompok ISIS)?" tanya Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhael Y Galuzin, saat jumpa pers di kediamannya di bilangan Kuningan, Jakarta, pada Selasa (6/10/2015).
Dia lantas minta publik dunia membandingkannya dengan operasi militer yang dilakukan Rusia di Suriah. Dia mencontohkan, sikap transparan Kremlin yang rajin merilis data termasuk video hasil serangan militernya terhadpa basis-basis ISIS dan kelompok teror lain di Suriah.
Dubes Galuzin juga berterus terang tentang target militer Rusia yang memang bukan hanya ISIS semata. "Target kami adalah ISIS, Jabat al-Ausra dan kelompok teroris lainnya. Kami juga menyerang mereka yang masuk dalam daftar teroris di Eropa. Itulah target kami,” katanya.
Meski AS mengecam serangan militer Rusia di Suriah, diplomat senior Rusia itu berpendapat bahwa Rusia masih bisa berkesempatan untuk bekerjasama dengan AS. Alasannya, musuh utama dalam operasi militer di Suriah sama, yakni ISIS dan kelompok teror lain.
Tapi, pada hari ini Pentagon telah memutuskan menolak berkoordinasi dengan Rusia dalam operasi militer di Suriah. Alasannya, Rusia masih mendukung rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. (Sindo/mas)
Serangan pesawat-pesawat jet tempur Rusia membuat sekitar 3.000 militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan militan kelompok ekstremis lain di Suriah ketakutan. Mereka memilih melarikan diri menuju wilayah Yordania.
Ribuan militan ISIS itu juga kewalahan oleh serangan baru tentara rezim Suriah yang mendapat bantuan kuat dari militer Kremlin. Laporan larinya ribuan militan ISIS itu pertama kali diterbitkan kantor berita Rusia, RIA Novosti, yang memperoleh informasi dari pejabat militer Kremlin.
”Setidaknya 3.000 militan dari ISIS, al-Nusra dan Jaish al-Yarmouk telah melarikan diri ke Yordania. Mereka takut dengan tentara Suriah yang telah meningkatkan kegiatannya di semua lini dan (takut oleh) serangan udara Rusia,” tulis kantor berita itu, mengutip pejabat militer Kremlin.
Jika Rusia meluncurkan serangan melalui pesawat-pesawat jet tempurnya, tentara rezim Suriah menggunakan artileri.
Menteri Informasi Suriah, Omran al-Zoubi, mengatakan operasi militer Rusia di Suriah telah memicu reaksi keras dari kelompok teroris. ”Serangan udara Rusia telah menyebabkan pernyataan yang kuat dari kelompok teroris dan pendukung mereka. Pada saat yang sama kelompok teroris ini tidak berkata apa-apa ketika koalisi pimpinan Amerika Serikat melancarkan operasi,” ujarnya menyindir serangan koalisi AS yang dianggap gagal.
“Serangan udara AS terhadap ISIS tidak efektif, koalisi ingin teroris tinggal di Suriah selama mungkin,” lanjut dia.
Sementara itu, serangan pesawat-pesawat jet tempur Rusia pada Senin siang hingga petang telah menargetkan 10 fasilitas ISIS di berbagai daerah di Suriah. Departemen Pertahanan Rusia mengumumkan, sekitar 20 tank tempur dan tiga peluncur roket milik ISIS di kawasan Provinsi Homs hancur.
”Pada siang hari, pesawat jet tempur Sukhoi-34, Sukhoi-24 dan Sukhoi-25 total melakukan 15 penerbangan dari pangkalan udara Khmeimim. Serangan udara menyasar sepuluh target kelompok ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) di Suriah,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov. (Sindo/mas)Pasukan Darat Rusia Telah Memasuki SuriahSekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengungkapkan Rusia kembali melakukan pelanggaran dengan memasuki wilayah udara Turki dan menurunkan pasukan darat ke Suriah. (REUTERS/Francois Lenoir)
Keterlibatan Rusia dalam 4.5 tahun perang bersaudara di Suriah terlihat kian meningkat. Hal tersebut dikonfirmasi oleh Sekretaris Jenderal NATO setelah intersepsi kedua yang dilakukan oleh pesawat milik Rusia di wilayah udara Turki hari ini, Selasa (6/10).
Tidak hanya itu, NATO juga mengeluarkan pernyataan bahwa tentara Rusia juga telah menjejakkan kaki di Suriah.
"Pesawat tempur Rusia telah melanggar dengan memasuki wilayah udara Turki," ujar Sekjen NATO, Jens Stoltenberg, seperti dilansir CNN. Dalam situs resmi NATO, Stolenberg pun menyebut hal tersebut sebagai hal yang tidak dapat diterima.
Dalam keterangannya kepada wartawan, Stoltenberg memastikan bahwa telah terjadi dua pelanggaran di wilayah udara Turki.
"Kami telah melihat dua pelanggaran di wilayah angkasa Turki. Berdasarkan laporan intelijen yang kami terima, pelanggaran itu tidak terlihat sebagai sesuatu yang tidak disengaja," katanya.
Pelanggaran pertama memasuki wilayah udara Turki oleh Rusia dilaporkan terjadi pertama kali pada Sabtu (3/10) lalu. Sedangkan yang kedua terjadi keesokan harinya, Minggu (4/10).
Angkatan udara Turki sebelumnya telah mengeluarkan pernyataan tentang terdeteksinya sebuah pesawat tempur jenis MiG-29 dengan asal negara yang tak dikenal, mengganggu delapan pesawat F-16 milik Turki, di perbatasan Turki-Suriah.
Mereka menyebut, jet tempur MiG-29 itu terdeteksi di bawah radar selama empat menit 30 detik.
Turki sendiri telah menjadi anggota NATO sejak 1952. Dalam aturan aliansi negara-negara tersebut, dinyatakan bahwa jika terjadi serangan kepada salah satu dari 28 negara anggota NATO, maka serangan tersebut dapat diartikan sebagai serangan kepada semua negara.
Dalam keterangannya, Stoltenberg juga memastikan, pasukan Rusia telah menduduki Suriah. Pasukan darat itu disebutnya akan melapor kepada pangkalan udara Rusia.
Dia pun mengungkapkan keraguannya bahwa serangan udara yang dilakukan Rusia ke Suriah tidak murni dilakukan untuk menggempur kelompok teroris ISIS.
"Saya juga khawatir bahwa Rusia tidak menargetkan ISIS, tetapi menyerang kelompok oposisi Suriah dan warga sipil," ujarnya. (CNN/meg)Spetnaz, 'Pasukan Hantu' Rusia Paling Ditakuti Dikirim ke Suriah?Spetnaz, pasukan khusus Rusia paling ditakuti dilaporkan dikirim Putin ke Suriah. (Daily Mirror)
Presiden Rusia, Vladimir Putin, dilaporkan telah mengirim pasukan khusus Rusia paling ditakuti, Spetnaz, ke Suriah untuk menolong rezim Pemerintah Presiden Bashar al-Assad. Spetnaz kerap dijuluki “pasukan hantu” yang khusus diterjunkan di medan perang untuk memerangi siapa pun yang dianggap musuh.
Pengiriman pasukan Spetnaz itu akan menjadi pukulan bagi Inggris dan Amerika Serikat (AS) yang tidak suka dengan aksi militer Rusia di Suriah untuk memerangi kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Sebab, pasukan Spetnaz juga berpotensi memerangi pasukan pemberontak yang ingin menggulingkan Presiden Assad.
Laporan itu diungkap media Inggris, Daily Mirror, yang mengutip sumber militer Rusia, tadi malam. “Marinir Putin ada yang menjaga pangkalan udara mereka untuk menghadapi sabotase oleh pemberontak. Tapi Spetsnaz dan pasukan serangan udara tidak ada instruksi untuk menjaga keamanan terhadpa objek statis, mereka sangat agresif dan sangat terlatih,” tulis media Inggris itu mengutip sumber militer.
”Mereka ada untuk beraksi setelah serangan udara, pergi untuk misi sangat rahasia terhadap pemberontak dan akhirnya memusnahkan mereka,” lanjut sumber itu.
”Dan mereka tidak akan seperti pasukan khusus Inggris atau AS. Mereka berada di sana untuk satu alasan, untuk melenyapkan orang yang mengancam Assad. Dengan cara apapun. Dan dengan melakukan itu, mereka akan mengkonsolidasikan posisi Rusia di Timur Tengah.”
Kremlin belum merespons laporan pengiriman “pasukan hantu” Spetnaz itu. Jika laporan itu dikonfirmasi resmi oleh Pemerintah Rusia, maka pasukan pemberontak Suriah yang selama ini didukung AS dan sekutunya akan terancam. (Sindo/mas)Kecam Serangan Rusia di Suriah, Definisi 'Teroris' Versi AS DipertanyakanDefinisi teroris versi AS dipertanyakan setelah AS mengecam agresi Rusia terhadap ISIS di Suriah. (Ilustrasi)
Pemerintah Amerika Serikat (AS) terus mengecam serangan Rusia di Suriah yang dianggap salah sasaran, yakni bukan menargetkan teroris. Namun, definisi “teroris” oleh AS mulai dipertanyakan karena di Suriah terdapat banyak kelompok teror.
Christopher Kozak, seorang analis AS di Institut untuk Studi Perang, menilai definisi “teroris” versi AS sudah kacau.
Kozak membandingkan definisi “teroris” versi Rusia yang lebih tegas. Salah satu definisi itu pernah diucapkan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov kepada wartawan di sela-sela sidang PBB.
”Jika ia tampak seperti seorang teroris, jika itu bertindak seperti teroris, jika berjalan seperti teroris, jika perkelahian seperti teroris, itu teroris,” kata Lavrov.
Moskow telah mempertanyakan kebijakan Washington yang dianggap telah mendukung berbagai jaringan teror di Timur Tengah dan afiliasinya yang telah memaksa pemerintahan Obama untuk melakukan beberapa akrobat retoris yang cukup mengesankan.
”Masalah mendasarnya adalah bahwa AS sedang mencoba untuk menceraikan kampanye anti-terorisme internasional dari sisa perang saudara di Suriah,” kritik Kozak.
Dia mencontohkan pasukan pemberontak moderat yang dilatih AS tidak benar-benar melawan kelompok teroris seperti Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan pada akhirnya justru dikalahkan kelompok teror al-Nusra. ”Para pemberontak ingin melawan rezim (Suriah), bukan ISIS,” kata Kozak, seperti dikutip Sputnik, Selasa (6/10/2015).
”(Sedangkan) Rusia memiliki beberapa pengaruh karena mereka datang dengan posisi yang lebih koheren,” lanjut Kozak.
Bagian dari kebingungan Washington berasal dari keengganannya untuk menentukan al-Nusra cabang al-Qaeda di Suriah, sebagai organisasi teroris. AS selama ini berpendapat al-Nusra bukan bagian dari kelompok teror bernama Khorasan.
Padahal PBB sendiri menegaskan al-Nusra sudah masuk kategori kelompok teror. ”Perbedaan antara Nusra dan Kelompok Khorasan adalah sesuatu bagi Pentagon,” kata Kozak. ”Mereka ingin mengurai baris agar tidak terseret ke dalam konflik dengan al-Nusra serta ISIS.”
Pendekatan ini berbeda dengan yang dilakukan Rusia. Kremlin berkoordinasi dengan pemilik kedaulatan, yakni rezim Suriah untuk mengindentifikasi kelompok mana saja yang harus diserang karena masuk kategori teroris. Terlebih, di Suriah sudah muncul banyak kelompok teror dengan anggota para warga asing dari berbagai negara. (Sindo/mas)Serangan AS Terhadap RS di Afghanistan Adalah Kejahatan Perang Rumah sakit MSF di Kunduz hancur dan tidak bisa berfungsi kembali. (BBC)
Komisaris Badan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB, Zeid Ra'ad Al Hussein mengatakan, serangan udara yang menghantam rumah sakit milik kelompok bantuan medis, Medecins Sans Frontieres (MSF) di Kunduz, Afghanistan, bisa dimasukkan ke dalam kategori kejahatan perang.
Menurut Zaid, insiden di Kunduz yang menewaskan dan melukai banyak pasien dan tenaga medis adalah kejadian yang benar-benar tragis, tidak bisa dimaafkan, dan bahkan mungkin bisa dimasukkan ke dalam tindakan kriminal.
"Pihak militer internasional dan Afghanistan yang merencanakan serangan tersebut memiliki kewajiban untuk menghormati dan melindungi warga sipil setiap saat. Kewajiban ini berlaku selamanya, tidak peduli yang terlibat adalah Angkatan Udara dan terlepas dari lokasi penyerangan," kata Hussein seperti dikutip dari laman Xinhua, Selasa (6/10/2015).
Zeid pun lantas mendorong dibentuknya tim penyelidik independen untuk menyelidiki kasus yang menewaskan 22 orang, dimana tiga diantaranya adalah anak-anak.
"Sangat penting untuk memastikan penyelidikan dilakukan secara independen, tidak memihak, transparan, dan efektif. Penyelidik independen harus menyelidiki secara menyeluruh dan hasilnya diumumkan ke publik," kata Zaid.
Sebelumnya, pihak Washington dan Kabul telah membuat sebuah penyelidikan bersama atas insiden tersebut. Meski begitu, pihak MSF menyerukan penyelidikan secara independen. (Sindo/ian)Kecam Serangan AS ke RS di Kunduz, Rusia Tuntut InvestigasiPuing-puing rumah sakit MSF di Kunduz yang hancur akibat serangan udara AS (Telegraph)
Rusia mengecam keras serangan udara yang dilakukan Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) atau USAF terhadap sebuah rumah sakit yang dirintis kelompok Medecins Sans Frontieres (MSF) di Kunduz, Afghanistan. Keterangan itu disampaikan oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikahel Y Galuzin.
"Mengenai serangan yang dilakukan USAF terhadap sebuah rumah sakit di Kunduz, Rusia mengutuk dengan keras, serta mendesak adanya investigasi dan siapa saja yang bertanggung jawab atas serangan ini harus di bawa ke pengadilan," kata Galuzin pada Selasa (6/10/2015).
Serangan udara yang dilakukan oleh USAF itu dilaporkan merenggut setidaknya 22 jiwa, dimana beberapa dokter, staf rumah sakit, dan juga sejumlah pasien tewas dalam serangan terebut.
AS sendiri kemarin sudah memberikan penjelasan mengenai insiden tersebut. Komandan pasukan internasional AS di Afghanistan, John Campbell dalam konfrensi pers menuturkan, pihaknya tidak sengaja melakukan serangan tersebut, dan serangan itu merupakan permintaan dari pemerintah Afganistan.
"Kami sekarang telah memperlajari, bahwa pada 3 Oktober lalu pasukan Afghanistan menyatakan mereka sedang terlibat pertempuran di wilayah musuh dan meminta dukungan udara dari pasukan AS. Sebuah serangan udara kemudian dilancarkan untuk menghilangkan ancaman yang ditimbulkan Taliban, dan secara tidak sengaja warga sipil turut terkena serangan tersebut," kata Campbell.
Campbell juga menuturkan, saat ini penyelidikan lebih lanjut mengenai insiden tersebut masih terus dilakukan. Dirinya berjanji, penyelidikan ini akan berlangsung secara transparan, dimana tidak ada satupun fakta yang akan ditutupi. (Sindo/ian)AS Akui Serangan di Rumah Sakit Kunduz Sebagai KesalahanKomandan Tentara Amerika John Campbell saat memberikan keterangan kepada Komite Senat soal insiden serangan di rumah sakit di Kunduz, Selasa (6/10). (REUTERS/Joshua Roberts)
Serangan udara yang menghancurkan sebuah rumah sakit di provinsi Kunduz, Afghanistan, pada akhir pekan lalu, diakui Komandan Tentara Amerika sebagai sebuah kesalahan.
Selain mengaku salah, Jenderal Angkatan Darat John Campbell juga mengungkapkan akan mempertimbangkan kembali penarikan pasukan AS pada akhir tahun mendatang.
Dia menyebut, meningkatnya ancaman serangan ISIS dan Al Qaeda terhadap Afghanistan menjadi salah satu alasan rekomendasi yang akan diberikannya kepada pihak Gedung Putih.
Serangan yang terjadi pada Sabtu (3/10) lalu ke rumah sakit Doctors Without Borders atau Medecins Sans Frontieres menyebabkan 22 orang tewas dan memicu kemarahan para sukarelawan yang tergabung dalam MSF.
Kala itu, MSF dengan tegas menyalahkan AS dalam insiden tersebut. Mereka pun meminta investigasi dilakukan untuk menyelidiki malapetaka tersebut dan menyebutnya sebagai sebuah kejahatan perang.
Menanggapi hal itu, Campbell sempat memberikan pernyataan bahwa serangan kala itu merupakan permintaan dari pasukan Afghanistan yang ingin menyerang pasukan militan Taliban di Kunduz.
"Agar menjadi jelas, keputusan untuk melakukan serangan udara saat itu dibuat berdasarkan rantai komando yang diterima AS," ujar Campbell dalam keterangannya di hadapan Komite Senat Angkatan Bersenjata, Selasa (6/10), seperti dilansir Reuters.
Dia juga menambahkan, pasukan khusus AS yang berada di sekitar lokasi kala itu telah berkomunikasi dengan pesawat tempur yang melakukan serangan.
"Sebuah rumah sakit tanpa disengaja terkena serangan. Kami tidak akan pernah dengan sengaja menargetkan fasilitas kesehatan sebagai untuk diserang," kata Campbell.
Pernyataan Campbell bahwa serangan di rumah sakit tersebut dilakukan oleh pasukan AS ini merupakan penjelasan resmi yang dikeluarkan mewakili pemerintah AS. Pada pernyataan sebelumnya, Campbell mengatakan, hanya pasukan AS yang kala itu merespon permintaan dari pasukan Afghanistan.
Juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, mengatakan Presiden Barrack Obama berharap agar tindakan pencegahan dapat dilakukan agar tidak lagi terjadi kesalahan yang sama.
Pemerintahan Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, saat ini menunjukkan sangat mengandalkan Washington untuk memberikan bantuan militer. Hal itu disebut-sebut berbeda dari pendahulunya yakni Presiden Hamid Karzai yang kerap mengkritik AS.
Meski demikian, seorang pasukan militer Afghanistan menepis kabar bahwa pasukannya yang meminta AS untuk menyerang rumah sakit tersebut.
Komandan pasukan khusus Afghanistan di Kunduz, Abdullah Guard, mengatakan pasukannya kala itu dalam kondisi dihujani peluru di area dekat rumah sakit. Dia memprediksi, ada sekitar 500 orang pasukan Taliban yang menyerang mereka kala itu.
"Sangat mungkin jika kami meminta serangan udara untuk menyerang posisi musuh, tetapi itu tidak berarti kami meminta untuk mengebom sebuah rumah sakit," katanya kepada Reuters, sebelum Campbell memberikan laporan kepada Komite Senat. (CNN/meg)Apa yang Sudah Dilakukan AS di Suriah dan Irak?Gempuran pesawat-pesawat jet tempur terhadap fasilitas ISIS di Suriah. (Reuters)
Rusia kembali mempertanyakan efektivitas serangan yang dilakukan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya terhadap ISIS di Suriah dan Irak. Kerja koalisi yang dipimpin AS dipertanyakan, sebab sudah setahun melakukan serangan tapi ISIS belum bisa dikalahkan.
”Kami bingung dengan apa saja yang sudah mereka lakukan untuk memberantas ini (kelompok ISIS)?" tanya Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhael Y Galuzin, saat jumpa pers di kediamannya di bilangan Kuningan, Jakarta, pada Selasa (6/10/2015).
Dia lantas minta publik dunia membandingkannya dengan operasi militer yang dilakukan Rusia di Suriah. Dia mencontohkan, sikap transparan Kremlin yang rajin merilis data termasuk video hasil serangan militernya terhadpa basis-basis ISIS dan kelompok teror lain di Suriah.
Dubes Galuzin juga berterus terang tentang target militer Rusia yang memang bukan hanya ISIS semata. "Target kami adalah ISIS, Jabat al-Ausra dan kelompok teroris lainnya. Kami juga menyerang mereka yang masuk dalam daftar teroris di Eropa. Itulah target kami,” katanya.
Meski AS mengecam serangan militer Rusia di Suriah, diplomat senior Rusia itu berpendapat bahwa Rusia masih bisa berkesempatan untuk bekerjasama dengan AS. Alasannya, musuh utama dalam operasi militer di Suriah sama, yakni ISIS dan kelompok teror lain.
Tapi, pada hari ini Pentagon telah memutuskan menolak berkoordinasi dengan Rusia dalam operasi militer di Suriah. Alasannya, Rusia masih mendukung rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. (Sindo/mas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.