✈ Terduga Teroris Ali Diduga Berasal dari Uighur, TiongkokDetasemen Khusus 88/Mabes Polri kembali menangkap dua orang terduga teroris, Abu Muzab dan Ali, di dua tempat berbeda di Medan Satria, Bekasi, Jawa Barat Rabu (23/12).
Mereka adalah pecahan kelompok Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara (JAKDN). Abu Muzab diduga merekrut Ali untuk melakukan teror.
"Kami kesulitan menginterogasi Ali. Dia sedikit berbahasa Indonesia dan kita duga berasal dari Uighur, Tiongkok. Sedang kita cari cara dan bagaimana rekrutmen ini dilakukan," kata seorang sumber di Mabes Polri Kamis (24/12).
Radar penyidik Densus 88/Antiteror untuk menangani etnis Uighur semakin sensitif. Itu karena tersangka pengeboman di kuil Erawan di Thailand pada Agustus lalu disebut polisi Thailand beretnis Uighur.
Densus juga pernah menangkap empat orang Uighur saat mereka hendak bergabung dengan Mujahidin Indonesia Timur di Poso, Sulawesi Tengah, pada pertengahan September 2014 lalu.
"Ali ini sedang belajar bahasa Indonesia. Dia siap menjadi 'pengantin' jika dibutuhkan. Tapi belum ada rencana serangan akan dilakukan kapan dan di mana," tambah sumber tersebut.
Sebelum menangkap dua orang ini, pada pekan lalu, Densus juga menangkap sembilan terduga teroris di Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng), dan Jawa Timur (Jatim).
Mereka yang ditangkap di Jatim adalah Joko Ardiyanto alias Ardiyanto alias Luluk alias Asmaro yang ditangkap di Perum Kotabaru, Driyorejo, Gresik.
Lalu M Khairul Anam alias Muhamad alias Karto alias Bravo alias Amin, lalu Teguh Prambanan, dan Imran dibekuk di Mojokerto. Mereka berempat adalah jaringan Jamaah Islamiah yang membuat senjata rakitan di Klaten, Jawa Tengah.
Lalu jaringan di Jateng dan Jabar adalah jaringan Abu Jundi. Mereka ditangkap terkait rencana teror pengeboman pengikut Syiah.
Mereka adalah Riswandi alias Iwan alias Zaid dan Yudinon Syahputra alias Kholid yang ditangkap di Majenang serta Zaenal dan Asep Urip di Tasikmalaya, dan Abu Jundi alias Abdul Karim di Sukoharjo.
Kelompok ini berniat melakukan pengeboman pada pengikut Syiah di Pekalongan, Bandung, dan Pekanbaru. Dana pembuatan bom itu didapat dari seorang TKI di Hong Kong berinisial TA sejumlah Rp 8 juta yang merupakan istri dari Zaenal.
Dari Uighur, Ali Diduga Masuk Indonesia dengan Kedok Pengungsi Ali diduga adalah warga negara asing beretnis Uighur, Tiongkok yang siap menjadi "pengantin" alias pelaku bom bunuh diri kendati belum ada plot untuk melakukan aksi tersebut.
"Kita cari darimana dia masuk ke Indonesia. Kita curiga dia berkedok pengungsi yang saat ini banyak di tampung di Puncak, Cianjur itu. Tapi kita kesulitan melakukan interogasi," kata seorang sumber di lingkungan Mabes Polri Kamis (24/12).
Etnis Uighur kebanyakan hidup di wilayah Xinjiang, Tiongkok. Mayoritas mereka beragama Islam dan digambarkan hidup di bawah tekanan Beijing.
Itu karena sebagian warga Uighur menuntut pemisahan diri dari Beijing. Sebagian aksi perlawanan kaum Uighur terhadap Beijing dilakukan dengan menggunakan kekerasan.
Bukan kali ini saja Densus berurusan dengan etnis Uighur. Pada September lalu, empat orang Uighur ditangkap di Poso, Sulawesi Tengah saat mereka dalam perjalanan hendak bergabung dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang dipimpin Santoso.
Keempat orang itu adalah Ahmed Bozoglan, yang berusia 27 tahun, Ahmet Mahmut, 20, Altinci Bayram, 29, dan Tuzer Abdul Basit, 23. Mereka telah divonis bersalah melakukan "konspirasi jahat" dan dianggap melanggar Undang-undang terorisme.
"Maka itu, kami juga kembangkan apakah Ali ini juga datang dari Poso bersama Uighur yang kemarin itu atau bagaimana. Kita sedang ajak dia ke lapangan untuk pengembangan," lanjut sumber tersebut.
Seperti diberitakan, Abu Muzab dan Ali adalah pecahan kelompok Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara (JAKDN). Abu Muzab diduga merektrut Ali untuk melakukan plot teror.
Teroris di Bekasi Pecahan Kelompok Jamaah Kalifah Daulah Nusantara
Mereka adalah pecahan kelompok Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara (JAKDN). Abu Muzab diduga merekrut Ali untuk melakukan teror.
"Kami kesulitan menginterogasi Ali. Dia sedikit berbahasa Indonesia dan kita duga berasal dari Uighur, Tiongkok. Sedang kita cari cara dan bagaimana rekrutmen ini dilakukan," kata seorang sumber di Mabes Polri Kamis (24/12).
Radar penyidik Densus 88/Antiteror untuk menangani etnis Uighur semakin sensitif. Itu karena tersangka pengeboman di kuil Erawan di Thailand pada Agustus lalu disebut polisi Thailand beretnis Uighur.
Densus juga pernah menangkap empat orang Uighur saat mereka hendak bergabung dengan Mujahidin Indonesia Timur di Poso, Sulawesi Tengah, pada pertengahan September 2014 lalu.
"Ali ini sedang belajar bahasa Indonesia. Dia siap menjadi 'pengantin' jika dibutuhkan. Tapi belum ada rencana serangan akan dilakukan kapan dan di mana," tambah sumber tersebut.
Sebelum menangkap dua orang ini, pada pekan lalu, Densus juga menangkap sembilan terduga teroris di Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng), dan Jawa Timur (Jatim).
Mereka yang ditangkap di Jatim adalah Joko Ardiyanto alias Ardiyanto alias Luluk alias Asmaro yang ditangkap di Perum Kotabaru, Driyorejo, Gresik.
Lalu M Khairul Anam alias Muhamad alias Karto alias Bravo alias Amin, lalu Teguh Prambanan, dan Imran dibekuk di Mojokerto. Mereka berempat adalah jaringan Jamaah Islamiah yang membuat senjata rakitan di Klaten, Jawa Tengah.
Lalu jaringan di Jateng dan Jabar adalah jaringan Abu Jundi. Mereka ditangkap terkait rencana teror pengeboman pengikut Syiah.
Mereka adalah Riswandi alias Iwan alias Zaid dan Yudinon Syahputra alias Kholid yang ditangkap di Majenang serta Zaenal dan Asep Urip di Tasikmalaya, dan Abu Jundi alias Abdul Karim di Sukoharjo.
Kelompok ini berniat melakukan pengeboman pada pengikut Syiah di Pekalongan, Bandung, dan Pekanbaru. Dana pembuatan bom itu didapat dari seorang TKI di Hong Kong berinisial TA sejumlah Rp 8 juta yang merupakan istri dari Zaenal.
Dari Uighur, Ali Diduga Masuk Indonesia dengan Kedok Pengungsi Ali diduga adalah warga negara asing beretnis Uighur, Tiongkok yang siap menjadi "pengantin" alias pelaku bom bunuh diri kendati belum ada plot untuk melakukan aksi tersebut.
"Kita cari darimana dia masuk ke Indonesia. Kita curiga dia berkedok pengungsi yang saat ini banyak di tampung di Puncak, Cianjur itu. Tapi kita kesulitan melakukan interogasi," kata seorang sumber di lingkungan Mabes Polri Kamis (24/12).
Etnis Uighur kebanyakan hidup di wilayah Xinjiang, Tiongkok. Mayoritas mereka beragama Islam dan digambarkan hidup di bawah tekanan Beijing.
Itu karena sebagian warga Uighur menuntut pemisahan diri dari Beijing. Sebagian aksi perlawanan kaum Uighur terhadap Beijing dilakukan dengan menggunakan kekerasan.
Bukan kali ini saja Densus berurusan dengan etnis Uighur. Pada September lalu, empat orang Uighur ditangkap di Poso, Sulawesi Tengah saat mereka dalam perjalanan hendak bergabung dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang dipimpin Santoso.
Keempat orang itu adalah Ahmed Bozoglan, yang berusia 27 tahun, Ahmet Mahmut, 20, Altinci Bayram, 29, dan Tuzer Abdul Basit, 23. Mereka telah divonis bersalah melakukan "konspirasi jahat" dan dianggap melanggar Undang-undang terorisme.
"Maka itu, kami juga kembangkan apakah Ali ini juga datang dari Poso bersama Uighur yang kemarin itu atau bagaimana. Kita sedang ajak dia ke lapangan untuk pengembangan," lanjut sumber tersebut.
Seperti diberitakan, Abu Muzab dan Ali adalah pecahan kelompok Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara (JAKDN). Abu Muzab diduga merektrut Ali untuk melakukan plot teror.
Teroris di Bekasi Pecahan Kelompok Jamaah Kalifah Daulah Nusantara
Penggerebekan kelompok Uighur di Poso, Sulsel (republika) ☆
Detasemen Khusus 88/Mabes Polri kembali menangkap dua orang terduga teroris di dua tempat berbeda di Bekasi, Jawa Barat Rabu (23/12).
"Kedua orang itu pecahan kelompok yang mengatasnamakan dirinya Jamaah Kalifah Daulah Nusantara. Terpengaruh ISIS namun berbeda dengan kelompok yang kami tangkap sebelumnya," kata seorang sumber di lingkungan Mabes Polri saat dihubungi Kamis (24/12).
Kedua orang itu, menurut sumber tersebut, bernama Abu Muzab dan Ali. Keduanya ditangkap di kawasan Medan Satria, Bekasi.
"Di antara mereka sendiri ada yang bertentangan. Ada yang sudah berniat ngebom, ada yang masih mengatakan ini saatnya melakukan persiapan dulu. Bersama mereka kami sita bahan dan cara membuat bom," lanjut sumber tersebut.
Sebelum menangkap dua orang ini, pada pekan lalu, Densus juga menangkap sembilan terduga teroris di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Mereka yang ditangkap di Jatim adalah Joko Ardiyanto alias Ardiyanto alias Luluk alias Asmaro yang ditangkap di Perum Kotabaru, Driyorejo, Gresik.
Lalu M Khairul Anam alias Muhamad alias Karto alias Bravo alias Amin, lalu Teguh Prambanan, dan Imran dibekuk di Mojokerto. Mereka berempat adalah jaringan Jamaah Islamiah yang membuat senjata rakitan di Klaten, Jawa Tengah.
Lalu jaringan di Jateng dan Jabar adalah jaringan Abu Jundi. Mereka ditangkap terkait plot teror pengeboman Syiah.
Mereka adalah Riswandi alias Iwan alias Zaid dan Yudinon Syahputra alias Kholid yang ditangkap di Majenang serta Zaenal dan Asep Urip di Tasikmalaya, dan Abu Jundi alias Abdul Karim di Sukoharjo.
JAKDN Disebut Polisi Wadah Pendukung ISIS di Indonesia Ilustrasi kelompok ISIS di Irak. (ABNA) ☆
Nama kelompok Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara (JAKDN) muncul dalam penangkapan dua terduga teroris, Abu Muzab dan Ali, di dua tempat berbeda di Medan Satria, Bekasi, Jawa Barat Rabu (23/12) kemarin.
Dua orang itu disebut polisi adalah pecahan dari JAKDN karena mereka hingga saat ini menolak untuk bergabung. Mereka lebih memilih untuk "berjuang" dengan bendera sendiri.
Tapi apa itu JAKDN?
"Ini yang disebut Pak Kapolri kemarin tapi belum lengkap. JAKDN itu adalah satu diantara sembilan kelompok teror yang kita terus monitor dan begitu pula sempalannya," kata seorang penyidik Densus 88/Antiteror Kamis (24/12).
Saat apel Operasi Lilin di Mapolda Metro Jaya kemarin Kapolri Jenderal Badrodin Haiti memang mengatakan ada sembilan kelompok teror yang dimonitor pihaknya.
Di antaranya adalah Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Mujahidin Indonesia Barat (MIB) Laskar Jundullah, Jamaah Anshoru Tauhid (JAT), dan Daulah Islamiyah Nusantara alias JAKDN itu.
"JAKDN itu terbentuk sekitar Maret lalu. Isinya adalah mereka yang mendukung ISIS dan merupakan pemasok milisi ISIS asal Nusantara untuk berangkat ke Suriah," sambungnya.
Isi dari JAKDN macam-macam kata sumber tersebut. Ada MIT, MIB, Jamaah Islamiyah, JAT, dan tim Hisbah Solo.
"Tokoh tim Hisbah sudah kita tangkapi seperti Ibadurahman alias Ali Robani alias Ibad, Yus Karman, dan Giyanto alias Gento, pada Agustu lalu di Solo," lanjut sumber itu.
Mereka saat itu ditangkap karena merencanakan meledakkan bom di beberapa tempat. Yakni kuil Budha Kepunton Solo terkait isu Rohingnya, Mapolsek Pasar Kliwon dan kantor polisi lain di wilayah Surakarta, serta gereja di wilayah yang sama.
Kronologi Penangkapan Abu Muzab dan Ali, Dua Teroris di Bekasi Terduga teroris dari etnis Uighur, Cina. Ditangkap di Sulawesi ☆
Nama kelompok Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara (JAKDN) muncul dalam penangkapan dua terduga teroris, Abu Muzab dan Ali, di dua tempat berbeda di Medan Satria, Bekasi, Jawa Barat Rabu (23/12) kemarin.
Kronologis penangkapan dimulai saat Abu Muzab alias Arif Hidyatulloh (31) dibekuk lebih dulu sekitar pukul 07.15 WIB di Gerbang pintu masuk Perumahan Taman Harapan Baru, Bekasi.
Saat itu, karyawan PT Astra Otopart yang beralamat di Desa Sabrang Lor, Mojosongo, Jebres, Kota Surakarta itu hendak berangkat kerja. Bersamanya disita sejumlah barang bukti.
Barang bukti antara lain sebuah foto kopi buku kursus peledakan, kertas berisi daftar nama ikhwan dan akhwat (baik yang ada di penjara maupun yang ada di Suriah), berbagai identitas diri atas namanya dan kartu ATM.
Dari mulut Abu Muzab didapatkan keterangan keberadaan Ali yang berasal dari Uighur itu. Penyidik pun bergerak ke sebuah kos di Perumahan Boulevard Hijau, Taman Harapan Indah, Bekasi pada Rabu pukul 16.30 WIB.
Disitulah ditangkap Ali--yang belum diketahui nama lengkapnya dikarenakan tidak memiliki paspor-- dan diyakini merupakan WNA Uighur. Pelaku menggunakan identitas palsu berupa KTP atas nama Fariz Kusuma.
KTP itu menyebutkan pelaku lahir di Pontianak, 7 Februari 1980, dan beralamat di Jalan R.A. Kartini Gang Hambali RT 03 RW 024 Desa Margahayu Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi.
Tempat kos itu diyakini merupakan tempat membuat bahan peledak dan bom. Diduga di sana masih terdapat residu atau sisa pembuatan bahan peledak dan bom.
Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti yang dihubungi Berisatu.com membenarkan adanya penangkapan dua orang tersebut.
"Ali itu diduga warga Uighur yang sedang belajar bahasa Indonesia. Dia calon "pengantin" yang dipersiapkan," katanya Kamis (24/12).
Terima Dana dan Order dari Suriah, Ini Target Kelompok Abu Muzab Ilustrasi (lensaindonesia) ☆
Abu Muzab alias Arif Hidayatullah (31) yang ditangkap Densus 88/Antiteror di Bekasi Rabu (23/12) ternyata juga melakukan kontak langsung dengan Bahrum Naim yang kini telah bergabung dengan ISIS dan berada di Suriah.
Berdasarkan data yang didapat Beritasatu.com, Kamis (24/12), ada dua hal yang diperintahkan Naim pada Muzab yaitu menjadi koordinator atau memfasilitasi pengiriman WNI ke Suriah untuk bergabung ke ISIS dan juga untuk melakukan amaliah alias aksi di Indonesia.
Target yang dipilih pun sudah ada. Yaitu Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, mantan Kadensus 88/Antiteror Komjen (pur) Gories Mere, Kepala Bidang Penindakan Densus 88 Kombes Ibnu Suhendra, dan Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian.
Lalu juga Kapolda Jawa Tengah Irjen Nur Ali, tempat ibadah Syiah, orang asing, dan tempat berkumpulnya orang asing.
Seperti diberitakan penangkapan kelompok Bekasi itu memunculkan nama Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara (JAKDN).
Isi dari JAKDN macam-macam. Ada Mujahidin Indonesia Timur, Mujahidin Indonesia Barat, Jamaah Islamiyah, Jamaah Anshoru Tauhid, dan tim Hisbah Solo.
"Tokoh tim Hisbah sudah kita tangkapi di Solo pada Agustus lalu seperti Ibadurahman alias Ali Robani alias Ibad, Yus Karman, dan Giyanto alias Gento. Abu Muzab ini juga terkait tim Hisbah itu," kata seorang sumber di Densus 88/Antiteror, Kamis (24/12).
Ibad Cs itu ditangkap karena merencanakan meledakkan bom di beberapa tempat. Yakni kuil Budha Kepunton Solo terkait isu Rohingnya, Mapolsek Pasar Kliwon dan kantor polisi lain di wilayah Surakarta, serta gereja di wilayah yang sama.
Mereka sedianya memilih waktu aksi pada 17 Agustus 2015 atau tepat pada peringatan hari kemerdekaan Indonesia untuk meledakkan bom yang dikendalikan dengan sistem timer.
Ibad adalah orang yang menerima kiriman uang dari Bahrum Naim dan bersama-sama dengan Yuskarman merakit bom. Naim, residivis kasus teror, kini sudah berada di Suriah bergabung bersama ISIS.
Sedangkan Giyanto berperan menyiapkan sarana dan prasarana untuk penyediaan bahan peledak. Dia juga berperan mensurvei lokasi target bom.
Bawa Bom, Perakit Bom Kelompok Abu Muzab Masih Buron Abu Muzab alias Arif Hodayatullah (31), yang ditangkap Densus 88/Antiteror di Bekasi Rabu (23/12) berperan aktif dalam jaringannya.
Selain menerima dana dan order untuk melakukan aksi teror di Indonesia dari Bahrum Naim, tokoh sentral teroris Indonesia yang kini telah berada di Suriah, ada beberapa hal lain yang dilakukannya.
Berdasarkan data yang didapat Beritasatu.com, Abu Muzab yang menerima kiriman dana dari Naim melalui istrinya itu, juga menyediakan tempat untuk menginap tiga orang yaitu Ali , NR, dan An.
Jika Ali, yang diyakini sebagai WNA Uighur dan berperan sebagai "pengantin" telah tertangkap, dua nama terakhir masih buron.
Peran NR adalah berbelanja bahan-bahan pembuatan bahan peledak dan sekaligus membuatnya sebagai bom dan An berperan membuat bahan peledak dan bom.
Gawatnya dua buron itu masih kabur dengan membawa bahan peledak yang telah dibuat yatu jenis HMTD (Heksametilendiamin peroksida) dan RDX.
Barang berbahaya itu sebelumnya dirakit ditempat kos Ali di sebuah kos di Kelurahan Pejuang, Medan Satria, Bekasi yang kemudian digrebek itu.
"Sementara yang ditangkap dua orang itu dan lainnya masih kita kejar," kata seorang sumber di lingkungan Mabes Polri saat dihubungi Kamis (24/12). Dia tak mau menyebut berapa banyak buron yang dia maksud.
Seperti diberitakan penangkapan kelompok Bekasi itu memunculkan nama Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara (JAKDN).
Isi dari JAKDN macam-macam. Ada Mujahidin Indonesia Timur, Mujahidin Indonesia Barat, Jamaah Islamiyah, Jamaah Anshoru Tauhid, dan tim Hisbah Solo.
Tokoh tim Hisbah sudah ditangkap Densus di Solo pada Agustus lalu seperti Ibadurahman alias Ali Robani alias Ibad, Yus Karman, dan Giyanto alias Gento.
Mereka saat itu ditangkap karena merencanakan meledakkan bom di beberapa tempat. Yakni kuil Budha Kepunton Solo terkait isu Rohingnya, Mapolsek Pasar Kliwon dan kantor polisi lain di wilayah Surakarta, serta gereja di wilayah yang sama.
✈ Berita Satu
Detasemen Khusus 88/Mabes Polri kembali menangkap dua orang terduga teroris di dua tempat berbeda di Bekasi, Jawa Barat Rabu (23/12).
"Kedua orang itu pecahan kelompok yang mengatasnamakan dirinya Jamaah Kalifah Daulah Nusantara. Terpengaruh ISIS namun berbeda dengan kelompok yang kami tangkap sebelumnya," kata seorang sumber di lingkungan Mabes Polri saat dihubungi Kamis (24/12).
Kedua orang itu, menurut sumber tersebut, bernama Abu Muzab dan Ali. Keduanya ditangkap di kawasan Medan Satria, Bekasi.
"Di antara mereka sendiri ada yang bertentangan. Ada yang sudah berniat ngebom, ada yang masih mengatakan ini saatnya melakukan persiapan dulu. Bersama mereka kami sita bahan dan cara membuat bom," lanjut sumber tersebut.
Sebelum menangkap dua orang ini, pada pekan lalu, Densus juga menangkap sembilan terduga teroris di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Mereka yang ditangkap di Jatim adalah Joko Ardiyanto alias Ardiyanto alias Luluk alias Asmaro yang ditangkap di Perum Kotabaru, Driyorejo, Gresik.
Lalu M Khairul Anam alias Muhamad alias Karto alias Bravo alias Amin, lalu Teguh Prambanan, dan Imran dibekuk di Mojokerto. Mereka berempat adalah jaringan Jamaah Islamiah yang membuat senjata rakitan di Klaten, Jawa Tengah.
Lalu jaringan di Jateng dan Jabar adalah jaringan Abu Jundi. Mereka ditangkap terkait plot teror pengeboman Syiah.
Mereka adalah Riswandi alias Iwan alias Zaid dan Yudinon Syahputra alias Kholid yang ditangkap di Majenang serta Zaenal dan Asep Urip di Tasikmalaya, dan Abu Jundi alias Abdul Karim di Sukoharjo.
JAKDN Disebut Polisi Wadah Pendukung ISIS di Indonesia Ilustrasi kelompok ISIS di Irak. (ABNA) ☆
Nama kelompok Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara (JAKDN) muncul dalam penangkapan dua terduga teroris, Abu Muzab dan Ali, di dua tempat berbeda di Medan Satria, Bekasi, Jawa Barat Rabu (23/12) kemarin.
Dua orang itu disebut polisi adalah pecahan dari JAKDN karena mereka hingga saat ini menolak untuk bergabung. Mereka lebih memilih untuk "berjuang" dengan bendera sendiri.
Tapi apa itu JAKDN?
"Ini yang disebut Pak Kapolri kemarin tapi belum lengkap. JAKDN itu adalah satu diantara sembilan kelompok teror yang kita terus monitor dan begitu pula sempalannya," kata seorang penyidik Densus 88/Antiteror Kamis (24/12).
Saat apel Operasi Lilin di Mapolda Metro Jaya kemarin Kapolri Jenderal Badrodin Haiti memang mengatakan ada sembilan kelompok teror yang dimonitor pihaknya.
Di antaranya adalah Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Mujahidin Indonesia Barat (MIB) Laskar Jundullah, Jamaah Anshoru Tauhid (JAT), dan Daulah Islamiyah Nusantara alias JAKDN itu.
"JAKDN itu terbentuk sekitar Maret lalu. Isinya adalah mereka yang mendukung ISIS dan merupakan pemasok milisi ISIS asal Nusantara untuk berangkat ke Suriah," sambungnya.
Isi dari JAKDN macam-macam kata sumber tersebut. Ada MIT, MIB, Jamaah Islamiyah, JAT, dan tim Hisbah Solo.
"Tokoh tim Hisbah sudah kita tangkapi seperti Ibadurahman alias Ali Robani alias Ibad, Yus Karman, dan Giyanto alias Gento, pada Agustu lalu di Solo," lanjut sumber itu.
Mereka saat itu ditangkap karena merencanakan meledakkan bom di beberapa tempat. Yakni kuil Budha Kepunton Solo terkait isu Rohingnya, Mapolsek Pasar Kliwon dan kantor polisi lain di wilayah Surakarta, serta gereja di wilayah yang sama.
Kronologi Penangkapan Abu Muzab dan Ali, Dua Teroris di Bekasi Terduga teroris dari etnis Uighur, Cina. Ditangkap di Sulawesi ☆
Nama kelompok Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara (JAKDN) muncul dalam penangkapan dua terduga teroris, Abu Muzab dan Ali, di dua tempat berbeda di Medan Satria, Bekasi, Jawa Barat Rabu (23/12) kemarin.
Kronologis penangkapan dimulai saat Abu Muzab alias Arif Hidyatulloh (31) dibekuk lebih dulu sekitar pukul 07.15 WIB di Gerbang pintu masuk Perumahan Taman Harapan Baru, Bekasi.
Saat itu, karyawan PT Astra Otopart yang beralamat di Desa Sabrang Lor, Mojosongo, Jebres, Kota Surakarta itu hendak berangkat kerja. Bersamanya disita sejumlah barang bukti.
Barang bukti antara lain sebuah foto kopi buku kursus peledakan, kertas berisi daftar nama ikhwan dan akhwat (baik yang ada di penjara maupun yang ada di Suriah), berbagai identitas diri atas namanya dan kartu ATM.
Dari mulut Abu Muzab didapatkan keterangan keberadaan Ali yang berasal dari Uighur itu. Penyidik pun bergerak ke sebuah kos di Perumahan Boulevard Hijau, Taman Harapan Indah, Bekasi pada Rabu pukul 16.30 WIB.
Disitulah ditangkap Ali--yang belum diketahui nama lengkapnya dikarenakan tidak memiliki paspor-- dan diyakini merupakan WNA Uighur. Pelaku menggunakan identitas palsu berupa KTP atas nama Fariz Kusuma.
KTP itu menyebutkan pelaku lahir di Pontianak, 7 Februari 1980, dan beralamat di Jalan R.A. Kartini Gang Hambali RT 03 RW 024 Desa Margahayu Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi.
Tempat kos itu diyakini merupakan tempat membuat bahan peledak dan bom. Diduga di sana masih terdapat residu atau sisa pembuatan bahan peledak dan bom.
Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti yang dihubungi Berisatu.com membenarkan adanya penangkapan dua orang tersebut.
"Ali itu diduga warga Uighur yang sedang belajar bahasa Indonesia. Dia calon "pengantin" yang dipersiapkan," katanya Kamis (24/12).
Terima Dana dan Order dari Suriah, Ini Target Kelompok Abu Muzab Ilustrasi (lensaindonesia) ☆
Abu Muzab alias Arif Hidayatullah (31) yang ditangkap Densus 88/Antiteror di Bekasi Rabu (23/12) ternyata juga melakukan kontak langsung dengan Bahrum Naim yang kini telah bergabung dengan ISIS dan berada di Suriah.
Berdasarkan data yang didapat Beritasatu.com, Kamis (24/12), ada dua hal yang diperintahkan Naim pada Muzab yaitu menjadi koordinator atau memfasilitasi pengiriman WNI ke Suriah untuk bergabung ke ISIS dan juga untuk melakukan amaliah alias aksi di Indonesia.
Target yang dipilih pun sudah ada. Yaitu Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, mantan Kadensus 88/Antiteror Komjen (pur) Gories Mere, Kepala Bidang Penindakan Densus 88 Kombes Ibnu Suhendra, dan Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian.
Lalu juga Kapolda Jawa Tengah Irjen Nur Ali, tempat ibadah Syiah, orang asing, dan tempat berkumpulnya orang asing.
Seperti diberitakan penangkapan kelompok Bekasi itu memunculkan nama Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara (JAKDN).
Isi dari JAKDN macam-macam. Ada Mujahidin Indonesia Timur, Mujahidin Indonesia Barat, Jamaah Islamiyah, Jamaah Anshoru Tauhid, dan tim Hisbah Solo.
"Tokoh tim Hisbah sudah kita tangkapi di Solo pada Agustus lalu seperti Ibadurahman alias Ali Robani alias Ibad, Yus Karman, dan Giyanto alias Gento. Abu Muzab ini juga terkait tim Hisbah itu," kata seorang sumber di Densus 88/Antiteror, Kamis (24/12).
Ibad Cs itu ditangkap karena merencanakan meledakkan bom di beberapa tempat. Yakni kuil Budha Kepunton Solo terkait isu Rohingnya, Mapolsek Pasar Kliwon dan kantor polisi lain di wilayah Surakarta, serta gereja di wilayah yang sama.
Mereka sedianya memilih waktu aksi pada 17 Agustus 2015 atau tepat pada peringatan hari kemerdekaan Indonesia untuk meledakkan bom yang dikendalikan dengan sistem timer.
Ibad adalah orang yang menerima kiriman uang dari Bahrum Naim dan bersama-sama dengan Yuskarman merakit bom. Naim, residivis kasus teror, kini sudah berada di Suriah bergabung bersama ISIS.
Sedangkan Giyanto berperan menyiapkan sarana dan prasarana untuk penyediaan bahan peledak. Dia juga berperan mensurvei lokasi target bom.
Bawa Bom, Perakit Bom Kelompok Abu Muzab Masih Buron Abu Muzab alias Arif Hodayatullah (31), yang ditangkap Densus 88/Antiteror di Bekasi Rabu (23/12) berperan aktif dalam jaringannya.
Selain menerima dana dan order untuk melakukan aksi teror di Indonesia dari Bahrum Naim, tokoh sentral teroris Indonesia yang kini telah berada di Suriah, ada beberapa hal lain yang dilakukannya.
Berdasarkan data yang didapat Beritasatu.com, Abu Muzab yang menerima kiriman dana dari Naim melalui istrinya itu, juga menyediakan tempat untuk menginap tiga orang yaitu Ali , NR, dan An.
Jika Ali, yang diyakini sebagai WNA Uighur dan berperan sebagai "pengantin" telah tertangkap, dua nama terakhir masih buron.
Peran NR adalah berbelanja bahan-bahan pembuatan bahan peledak dan sekaligus membuatnya sebagai bom dan An berperan membuat bahan peledak dan bom.
Gawatnya dua buron itu masih kabur dengan membawa bahan peledak yang telah dibuat yatu jenis HMTD (Heksametilendiamin peroksida) dan RDX.
Barang berbahaya itu sebelumnya dirakit ditempat kos Ali di sebuah kos di Kelurahan Pejuang, Medan Satria, Bekasi yang kemudian digrebek itu.
"Sementara yang ditangkap dua orang itu dan lainnya masih kita kejar," kata seorang sumber di lingkungan Mabes Polri saat dihubungi Kamis (24/12). Dia tak mau menyebut berapa banyak buron yang dia maksud.
Seperti diberitakan penangkapan kelompok Bekasi itu memunculkan nama Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara (JAKDN).
Isi dari JAKDN macam-macam. Ada Mujahidin Indonesia Timur, Mujahidin Indonesia Barat, Jamaah Islamiyah, Jamaah Anshoru Tauhid, dan tim Hisbah Solo.
Tokoh tim Hisbah sudah ditangkap Densus di Solo pada Agustus lalu seperti Ibadurahman alias Ali Robani alias Ibad, Yus Karman, dan Giyanto alias Gento.
Mereka saat itu ditangkap karena merencanakan meledakkan bom di beberapa tempat. Yakni kuil Budha Kepunton Solo terkait isu Rohingnya, Mapolsek Pasar Kliwon dan kantor polisi lain di wilayah Surakarta, serta gereja di wilayah yang sama.
✈ Berita Satu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.