Sebanyak 10 unit MBT Leo2RI dikirim AprilLeopard L2RI [def.pk] ☆
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menegaskan, prioritas pengadaan alat utama sistem persenjataan tahun ini diutamakan untuk melengkapi peralatan yang sudah dibeli. Ke depan, pengadaan alutsista harus dilakukan secara lengkap.
Hal ini disampaikan seusai mendengarkan masukan Komisi I DPR, Kamis (25/2), di Jakarta. Dalam rapat dengar pendapat itu, Komisi I melaporkan hasil pantauan 13 anggota ke Pasuruan, Jawa Timur. Dalam kunjungan kerja itu, Komisi I mendapati tank tempur utama atau main battle tank (MBT) Leopard yang dibeli pada 2012 tak dilengkapi alat komunikasi, alat bidik otomatis, dan perlengkapan pemeliharaan (toolkit). Selain itu, prasarana latihan untuk Leopard tak tersedia sehingga latihan menembak diarahkan ke laut.
"Ke depan, tidak boleh begini lagi. Kalau yang Leopard kurang ini itu, kami penuhi dulu. Kalau Leopard saja belum terpenuhi (perlengkapannya), masak kami beli yang lain," kata Ryamizard.
Pada 2012, Indonesia membeli 163 tank yang terdiri dari 103 MBT, 50 tank medium, dan 10 tank pendukung. Ke-103 MBT ini terdiri dari 61 MBT Leopard Revolution dan 42 MBT Leopard 2A4. Adapun 50 tank medium adalah Marder 1A3. Pembelian tank ini bernilai 280 juta dollar AS (sekitar Rp 2,6 triliun) dari APBN 2012.
Direncanakan, 61 Leopard jenis Revolution akan tiba tahun ini. Dari jumlah ini, sebanyak 10 unit dikirim April, sedangkan sisanya pada November 2016. Tank-tank ini adalah bagian terakhir dari pemesanan tahun 2012.
Menurut Ryamizard, pengadaan perlengkapan untuk tank-tank Leopard ini akan diutamakan dengan produksi dalam negeri. Sebab, dengan demikian, pengadaan bisa dilakukan lebih cepat. Namun, apabila tidak memungkinkan, pembelian perlengkapan dari luar negeri pun akan dilakukan, tetapi tentu hal ini akan memerlukan waktu. Karena itu, dia tidak bisa memastikan pengadaan perlengkapan tank-tank Leopard akan rampung tahun 2016.
Sebelumnya, Ryamizard pernah menyampaikan bahwa tank-tank Leopard tidak akan digunakan sampai kelengkapan operasional terpenuhi. Dia juga mengakui bahwa ada kekurangan seperti pada alat komunikasi dan alat pemeliharaan. Ketiadaan alat komunikasi ini bisa memengaruhi operasional Leopard.
Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Mulyono direncanakan bulan depan berangkat ke Jerman untuk melihat alat komunikasi dan memantau uji senjata untuk Leopard. Apabila peralatan yang dipamerkan baik kualitasnya, TNI AD berharap bisa membeli perlengkapan tersebut.
Pesawat F-16C/D
Masukan yang disampaikan juga terkait pembelian pesawat tempur strategis F-16. "Dulu DPR menyetujui pembelian lima F-16 yang lengkap dan baru, tapi kemudian tiba-tiba berubah menjadi 24 F-16 bekas," tutur Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanudin.
Saat ini, baru lima F-16 yang ada di Indonesia. Sebanyak tiga unit tak bisa dipakai dengan satu di antaranya terbakar saat akan lepas landas (take off) di Bandara Halim Perdana Kusuma, 16 April 2015.
Wakil Ketua Komisi I DPR Hanafi Rais menambahkan, pembelian alutsista ke depan seharusnya dilakukan secara lengkap dengan spesifikasi yang utuh seperti rencana awal.
"Jangan membeli tapi kurang senjata, tidak ada radar, dan sebagainya. Lebih baik membeli dengan kualitas yang utuh daripada beli secara bertahap. Sebab, ini terkait dengan efek gentar yang ingin dicapai," tutur Hanafi.
Selain perlu perbaikan rencana strategis dan realokasi penempatan alutsista, kata Hasanudin, perlu juga ada audit atas alutsista yang sudah ada. Pengadaan alutsista ke depannya, harus disesuaikan dengan geostrategis Indonesia.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menegaskan, prioritas pengadaan alat utama sistem persenjataan tahun ini diutamakan untuk melengkapi peralatan yang sudah dibeli. Ke depan, pengadaan alutsista harus dilakukan secara lengkap.
Hal ini disampaikan seusai mendengarkan masukan Komisi I DPR, Kamis (25/2), di Jakarta. Dalam rapat dengar pendapat itu, Komisi I melaporkan hasil pantauan 13 anggota ke Pasuruan, Jawa Timur. Dalam kunjungan kerja itu, Komisi I mendapati tank tempur utama atau main battle tank (MBT) Leopard yang dibeli pada 2012 tak dilengkapi alat komunikasi, alat bidik otomatis, dan perlengkapan pemeliharaan (toolkit). Selain itu, prasarana latihan untuk Leopard tak tersedia sehingga latihan menembak diarahkan ke laut.
"Ke depan, tidak boleh begini lagi. Kalau yang Leopard kurang ini itu, kami penuhi dulu. Kalau Leopard saja belum terpenuhi (perlengkapannya), masak kami beli yang lain," kata Ryamizard.
Pada 2012, Indonesia membeli 163 tank yang terdiri dari 103 MBT, 50 tank medium, dan 10 tank pendukung. Ke-103 MBT ini terdiri dari 61 MBT Leopard Revolution dan 42 MBT Leopard 2A4. Adapun 50 tank medium adalah Marder 1A3. Pembelian tank ini bernilai 280 juta dollar AS (sekitar Rp 2,6 triliun) dari APBN 2012.
Direncanakan, 61 Leopard jenis Revolution akan tiba tahun ini. Dari jumlah ini, sebanyak 10 unit dikirim April, sedangkan sisanya pada November 2016. Tank-tank ini adalah bagian terakhir dari pemesanan tahun 2012.
Menurut Ryamizard, pengadaan perlengkapan untuk tank-tank Leopard ini akan diutamakan dengan produksi dalam negeri. Sebab, dengan demikian, pengadaan bisa dilakukan lebih cepat. Namun, apabila tidak memungkinkan, pembelian perlengkapan dari luar negeri pun akan dilakukan, tetapi tentu hal ini akan memerlukan waktu. Karena itu, dia tidak bisa memastikan pengadaan perlengkapan tank-tank Leopard akan rampung tahun 2016.
Sebelumnya, Ryamizard pernah menyampaikan bahwa tank-tank Leopard tidak akan digunakan sampai kelengkapan operasional terpenuhi. Dia juga mengakui bahwa ada kekurangan seperti pada alat komunikasi dan alat pemeliharaan. Ketiadaan alat komunikasi ini bisa memengaruhi operasional Leopard.
Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Mulyono direncanakan bulan depan berangkat ke Jerman untuk melihat alat komunikasi dan memantau uji senjata untuk Leopard. Apabila peralatan yang dipamerkan baik kualitasnya, TNI AD berharap bisa membeli perlengkapan tersebut.
Pesawat F-16C/D
Masukan yang disampaikan juga terkait pembelian pesawat tempur strategis F-16. "Dulu DPR menyetujui pembelian lima F-16 yang lengkap dan baru, tapi kemudian tiba-tiba berubah menjadi 24 F-16 bekas," tutur Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanudin.
Saat ini, baru lima F-16 yang ada di Indonesia. Sebanyak tiga unit tak bisa dipakai dengan satu di antaranya terbakar saat akan lepas landas (take off) di Bandara Halim Perdana Kusuma, 16 April 2015.
Wakil Ketua Komisi I DPR Hanafi Rais menambahkan, pembelian alutsista ke depan seharusnya dilakukan secara lengkap dengan spesifikasi yang utuh seperti rencana awal.
"Jangan membeli tapi kurang senjata, tidak ada radar, dan sebagainya. Lebih baik membeli dengan kualitas yang utuh daripada beli secara bertahap. Sebab, ini terkait dengan efek gentar yang ingin dicapai," tutur Hanafi.
Selain perlu perbaikan rencana strategis dan realokasi penempatan alutsista, kata Hasanudin, perlu juga ada audit atas alutsista yang sudah ada. Pengadaan alutsista ke depannya, harus disesuaikan dengan geostrategis Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.