Militan ISIS (REUTERS) ★
Pesawat-pesawat tempur Amerika Serikat melancarkan serangan udara terhadap sebuah lokasi yang diduga sebagai kamp pelatihan militan ISIS di Libya. Lebih dari 40 orang tewas dalam serangan tersebut.
Ini merupakan serangan udara AS kedua kalinya yang dilancarkan terhadap ISIS di Libya dalam tiga bulan terakhir. Dalam statemennya seperti dilansir kantor berita Reuters, Sabtu (20/2/2016), Pentagon menyatakan serangan udara tersebut menargetkan sebuah kamp pelatihan ISIS.
Kamp yang berada di kota Sabratha tersebut terkait dengan Noureddine Chouchane, warga Tunisia yang dituduh otoritas Tunisia terlibat dalam serangan-serangan di museum dan resor pantai Sousse di Tunisia. Puluhan turis tewas tewas dalam serangan-serangan pada tahun 2015 tersebut.
Chouchane diyakini termasuk di antara mereka yang tewas dalam serangan udara AS di kamp Libya pada Jumat, 19 Februari waktu setempat tersebut.
"Penghancuran kamp dan tewasnya Chouchane akan menyingkirkan seorang fasilitator berpengalaman dan diharapkan akan berdampak segera pada kemampuan ISIS untuk memfasilitasi aktivitasnya di Libya, termasuk merekrut para anggota baru ISIS, mendirikan basis-basis di Libya, dan potensi merencanakan serangan-serangan eksternal terhadap kepentingan AS di wilayah tersebut," demikian statemen Pentagon.
Mengenai tewasnya Chouchane dalam serangan udara AS tersebut, juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan, dirinya belum bisa mengkonfirmasi hasil serangan udara tersebut. Namun sejumlah pejabat AS lainnya meyakini tewasnya Chouchane.
Alasan penyerangan
Pesawat-pesawat tempur Amerika Serikat melancarkan serangan udara terhadap militan ISIS di Libya. Pentagon menyatakan, serangan udara ini dilancarkan karena ISIS merupakan ancaman langsung bagi AS dan kepentingan AS di wilayah tersebut. "Kita telah menjelaskan bahwa kita perlu melawan ISIL (nama lain ISIS) di manapun mereka menunjukkan dirinya," ujar juru bicara Pentagon, Peter Cook kepada para wartawan seperti dilansir kantor berita Reuters, Sabtu (20/2/2016).
"Mereka merupakan ancaman langsung bagi AS, mereka telah mendorong serangan-serangan terhadap AS dan sekutu-sekutu kita dan kita akan terus melawan mereka untuk menjaga keamanan nasional kita," imbuh Cook.
Pada Jumat, 19 Februari waktu setempat, pesawat-pesawat perang AS membombardir sebuah kamp pelatihan ISIS di kota Sabratha, Libya. Setidaknya 43 orang dilaporkan tewas dalam serangan udara tersebut, termasuk Noureddine Chouchane, warga Tunisia yang dituduh otoritas Tunisia terlibat dalam serangan-serangan di museum dan resor pantai Sousse di Tunisia. Puluhan turis tewas tewas dalam serangan-serangan pada tahun 2015 tersebut.
Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan, serangan udara ini menunjukkan kesediaan AS untuk memerangi ISIS. "Ini indikasi bahwa presiden tak akan ragu untuk mengambil tindakan keras, tegas seperti ini," tandas Earnest.
Wali Kota Sabratha, Hussein al-Thwadi membenarkan bahwa, pesawat-pesawat perang AS membombardir sebuah bangunan di distrik Qasr Talil, di kota Sabratha, yang banyak dihuni warga asing. Pejabat-pejabat lokal mengatakan, sebanyak 43 orang tewas dalam serangan udara AS itu.
Disebutkan pejabat-pejabat setempat, bangunan tersebut disewakan kepada para warga asing termasuk warga-warga Tunisia yang diduga anggota ISIS. Senjata-senjata api berkaliber menengah, termasuk senapan mesin dan granat berpeluncur roket telah ditemukan di antara reruntuhan bangunan tersebut.
Juga Tewaskan 2 Staf Kedutaan Serbia
Sedikitnya 43 orang tewas dalam serangan udara yang dilancarkan Amerika Serikat terhadap kamp pelatihan ISIS di Libya. Dua staf Kedutaan Serbia yang diculik di Libya tahun lalu termasuk di antara korban tewas.
Menteri Luar Negeri Serbia, Ivica Dacic mengatakan, kedua staf Kedutaan tersebut diculik pada 8 November 2015 lalu setelah konvoi kendaraan diplomatik mereka ditembaki para pria bersenjata di dekat kota Sabratha. Keduanya diidentifikasi sebagai Sladjana Stankovic, seorang staf komunikasi dan Jovica Stepic, sopir kedutaan.
"Kami sedang menunggu identifikasi para korban, jadi kami belum bisa mengkonfirmasi secara resmi informasi (kematian kedua staf) tersebut," ujar Dacic pada konferensi pers di Beograd, seperti dilansir kantor berita Reuters, Sabtu (20/2/2016).
Pesawat-pesawat tempur AS menggempur kamp pelatihan ISIS di kota Sabratha, Libya pada Jumat (19/2) waktu setempat. Ini merupakan serangan udara AS kedua kalinya yang dilancarkan terhadap ISIS di Libya dalam tiga bulan terakhir.
Kamp pelatihan tersebut terkait dengan Noureddine Chouchane, warga Tunisia yang dituduh otoritas Tunisia terlibat dalam serangan-serangan di museum dan resor pantai Sousse di Tunisia. Puluhan turis tewas tewas dalam serangan-serangan pada tahun 2015 tersebut. Chouchane diyakini termasuk di antara mereka yang tewas dalam serangan AS tersebut. (ita/ita)
Pesawat-pesawat tempur Amerika Serikat melancarkan serangan udara terhadap sebuah lokasi yang diduga sebagai kamp pelatihan militan ISIS di Libya. Lebih dari 40 orang tewas dalam serangan tersebut.
Ini merupakan serangan udara AS kedua kalinya yang dilancarkan terhadap ISIS di Libya dalam tiga bulan terakhir. Dalam statemennya seperti dilansir kantor berita Reuters, Sabtu (20/2/2016), Pentagon menyatakan serangan udara tersebut menargetkan sebuah kamp pelatihan ISIS.
Kamp yang berada di kota Sabratha tersebut terkait dengan Noureddine Chouchane, warga Tunisia yang dituduh otoritas Tunisia terlibat dalam serangan-serangan di museum dan resor pantai Sousse di Tunisia. Puluhan turis tewas tewas dalam serangan-serangan pada tahun 2015 tersebut.
Chouchane diyakini termasuk di antara mereka yang tewas dalam serangan udara AS di kamp Libya pada Jumat, 19 Februari waktu setempat tersebut.
"Penghancuran kamp dan tewasnya Chouchane akan menyingkirkan seorang fasilitator berpengalaman dan diharapkan akan berdampak segera pada kemampuan ISIS untuk memfasilitasi aktivitasnya di Libya, termasuk merekrut para anggota baru ISIS, mendirikan basis-basis di Libya, dan potensi merencanakan serangan-serangan eksternal terhadap kepentingan AS di wilayah tersebut," demikian statemen Pentagon.
Mengenai tewasnya Chouchane dalam serangan udara AS tersebut, juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan, dirinya belum bisa mengkonfirmasi hasil serangan udara tersebut. Namun sejumlah pejabat AS lainnya meyakini tewasnya Chouchane.
Alasan penyerangan
Pesawat-pesawat tempur Amerika Serikat melancarkan serangan udara terhadap militan ISIS di Libya. Pentagon menyatakan, serangan udara ini dilancarkan karena ISIS merupakan ancaman langsung bagi AS dan kepentingan AS di wilayah tersebut. "Kita telah menjelaskan bahwa kita perlu melawan ISIL (nama lain ISIS) di manapun mereka menunjukkan dirinya," ujar juru bicara Pentagon, Peter Cook kepada para wartawan seperti dilansir kantor berita Reuters, Sabtu (20/2/2016).
"Mereka merupakan ancaman langsung bagi AS, mereka telah mendorong serangan-serangan terhadap AS dan sekutu-sekutu kita dan kita akan terus melawan mereka untuk menjaga keamanan nasional kita," imbuh Cook.
Pada Jumat, 19 Februari waktu setempat, pesawat-pesawat perang AS membombardir sebuah kamp pelatihan ISIS di kota Sabratha, Libya. Setidaknya 43 orang dilaporkan tewas dalam serangan udara tersebut, termasuk Noureddine Chouchane, warga Tunisia yang dituduh otoritas Tunisia terlibat dalam serangan-serangan di museum dan resor pantai Sousse di Tunisia. Puluhan turis tewas tewas dalam serangan-serangan pada tahun 2015 tersebut.
Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan, serangan udara ini menunjukkan kesediaan AS untuk memerangi ISIS. "Ini indikasi bahwa presiden tak akan ragu untuk mengambil tindakan keras, tegas seperti ini," tandas Earnest.
Wali Kota Sabratha, Hussein al-Thwadi membenarkan bahwa, pesawat-pesawat perang AS membombardir sebuah bangunan di distrik Qasr Talil, di kota Sabratha, yang banyak dihuni warga asing. Pejabat-pejabat lokal mengatakan, sebanyak 43 orang tewas dalam serangan udara AS itu.
Disebutkan pejabat-pejabat setempat, bangunan tersebut disewakan kepada para warga asing termasuk warga-warga Tunisia yang diduga anggota ISIS. Senjata-senjata api berkaliber menengah, termasuk senapan mesin dan granat berpeluncur roket telah ditemukan di antara reruntuhan bangunan tersebut.
Juga Tewaskan 2 Staf Kedutaan Serbia
Sedikitnya 43 orang tewas dalam serangan udara yang dilancarkan Amerika Serikat terhadap kamp pelatihan ISIS di Libya. Dua staf Kedutaan Serbia yang diculik di Libya tahun lalu termasuk di antara korban tewas.
Menteri Luar Negeri Serbia, Ivica Dacic mengatakan, kedua staf Kedutaan tersebut diculik pada 8 November 2015 lalu setelah konvoi kendaraan diplomatik mereka ditembaki para pria bersenjata di dekat kota Sabratha. Keduanya diidentifikasi sebagai Sladjana Stankovic, seorang staf komunikasi dan Jovica Stepic, sopir kedutaan.
"Kami sedang menunggu identifikasi para korban, jadi kami belum bisa mengkonfirmasi secara resmi informasi (kematian kedua staf) tersebut," ujar Dacic pada konferensi pers di Beograd, seperti dilansir kantor berita Reuters, Sabtu (20/2/2016).
Pesawat-pesawat tempur AS menggempur kamp pelatihan ISIS di kota Sabratha, Libya pada Jumat (19/2) waktu setempat. Ini merupakan serangan udara AS kedua kalinya yang dilancarkan terhadap ISIS di Libya dalam tiga bulan terakhir.
Kamp pelatihan tersebut terkait dengan Noureddine Chouchane, warga Tunisia yang dituduh otoritas Tunisia terlibat dalam serangan-serangan di museum dan resor pantai Sousse di Tunisia. Puluhan turis tewas tewas dalam serangan-serangan pada tahun 2015 tersebut. Chouchane diyakini termasuk di antara mereka yang tewas dalam serangan AS tersebut. (ita/ita)
★ detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.