Jadi Topik di Sidang DK PBB252 prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas TNI Konga XXXIX-A/ RDB (Rapid Depolyment Battalion) MONUSCO di bawah pimpinan Kolonel Inf Dwi Sasongko. (21/11/2018). (Tribunnews) ●
Dansatgas TNI Konga XXXIX-A Kolonel Inf Dwi Sasongko mengatakan keberhasilan Mayor Inf Gembong Yudo Sasongko dalam memfasilitasi reunifikasi 422 mantan kombatan di wilayah Kashege dijadikan topik pembicaraan yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi pada saat memimpin Sidang Dewan Keamanan (DK) PBB di New York.
Dwi menjelaskan, Mayor Gembong yang menjadi topik pembicaraan Menlu dalam Sidang DK PBB pada hari Selasa (7/5/2019).
Ia merupakan perwira lulusan Akmil tahun 2006 yang saat ini sedang melaksanakan tugas perdamaian dalam Kontingen Garuda RDB Monusco.
Hal tersebut disampaikan melalui rilis tertulisnya di Camp Indo RDB, Kalemie, Tanganyika, Republik Demokratik Kongo pada Kamis (9/5/2019) yang diterima Tribunnews.com pada Kamis (9/5/2019).
“Jabatan organik (Mayor Gembong) di Korem 172, yaitu sebagai Pasiop. Sedangkan dalam Satgas ini, menjabat sebagai Kasi Intel Mayor Gembong adalah yang tertua di Standing Combat Deployment (SCD). Ia berhasil memfasilitasi reunifikasi 422 mantan kombatan di wilayah Kashege serta berhasil mengupayakan rekonsiliasi antara komunitas lokal dengan mantan kombatan, sehingga memungkinkan reunifikasi keluarga,” kata Dwi.
Selain Combat Operation Base (COB) di tiga wilayah berbeda, Satgas yang dipimpin Dwi itu juga menggelar enam SCD.
“SCD digelar di Mayanga, Kisonja, Lambo Katenga, Musenge, Kashege, dan Mwaka dengan kekuatan masing-masing setara dengan satu peleton plus dan dipimpin oleh Perwira yang berpangkat Mayor ataupun Kapten,” kata Dwi.
Menurut Dwi, keberhasilan dalam membangun rekonsiliasi dan reunifikasi para kombatan maupun warga lokal tidak terlepas dari keberhasilan mereka dalam memberikan rasa aman dan nyaman bagi para kombatan maupun warga komunitas lokal.
“Dengan kondisi itu, warga Kashege memiliki harapan serta kehidupan bermasyarakat yang normal,” kata Dwi.
Keberhasilannya dalam meraih hati dan simpati warga setempat itu pun kemudian mendorong para mantan Kombatan menyerahkan diri termasuk menyerahkan berbagai jenis senjata dan munisi yang dipergunakan mereka.
“Dari keenam lokasi tersebut, kita dapat mengamankan 16 pucuk AK-47, 2 machine gun, 2 RPG, 1 buah granat tangan, 421 butir munisi kal 7.62 mm, 9 magasen AK-47, 319 busur dan 983 anak panah dari masyarakat, secara sukarela. Termasuk juga berhasil memfasilitasi reunifikasi 422 orang mantan kombatan,” kata peraih Adhi Makayasa Akmil 1998 itu.
Keberhasilan yang dicapai oleh Rapidly Deployable Battalion (RDB), lanjut Dwi, pada dasarnya buah dari kerjasama tim yang mendapatkan dukungan penuh dari Monusco, serta kedekatan hubungan emosional antara satgas dengan warga masyarakat dan aparat pemerintah setempat.
“Untuk merebut hati dan simpati warga, kita kedepankan berbagai kegiatan Civil and Military Coordination (Cimic), atau jika di TNI kita sebut dengan Binter (Pembinaan Teritorial). Ini tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi kita, ternyata program Binter yang sering dilakukan di tanah air berhasil diterapkan di sini,” kata Dwi.
Ia mengatakan, secara rutin satgas tersebut memberikan pelayanan kesehatan gratis, penyuluhan kesehatan, psikologi sosial, perpustakaan mini, pertemuan para pemuka adat, tokoh masyarakat dan kepala desa di wilayah Tanganyika.
“Itu semua dilakukan untuk membangun kedekatan, komunikasi dan sinergi dalam meringankan permaslahan yang dihadapi warga,” kata Dwi.
Sebagai informasi, Satgas TNI Konga XXXIX-A RDB Monusco yang telah bertugas di Kongo selama 6 bulan ini memiliki kekuatan 850 personel gabungan TNI AD, AL dan AU, yang di dalamnya terdapat 23 personel Wanita TNI sebagai Female Engagement Team/FET.
Dansatgas TNI Konga XXXIX-A Kolonel Inf Dwi Sasongko mengatakan keberhasilan Mayor Inf Gembong Yudo Sasongko dalam memfasilitasi reunifikasi 422 mantan kombatan di wilayah Kashege dijadikan topik pembicaraan yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi pada saat memimpin Sidang Dewan Keamanan (DK) PBB di New York.
Dwi menjelaskan, Mayor Gembong yang menjadi topik pembicaraan Menlu dalam Sidang DK PBB pada hari Selasa (7/5/2019).
Ia merupakan perwira lulusan Akmil tahun 2006 yang saat ini sedang melaksanakan tugas perdamaian dalam Kontingen Garuda RDB Monusco.
Hal tersebut disampaikan melalui rilis tertulisnya di Camp Indo RDB, Kalemie, Tanganyika, Republik Demokratik Kongo pada Kamis (9/5/2019) yang diterima Tribunnews.com pada Kamis (9/5/2019).
“Jabatan organik (Mayor Gembong) di Korem 172, yaitu sebagai Pasiop. Sedangkan dalam Satgas ini, menjabat sebagai Kasi Intel Mayor Gembong adalah yang tertua di Standing Combat Deployment (SCD). Ia berhasil memfasilitasi reunifikasi 422 mantan kombatan di wilayah Kashege serta berhasil mengupayakan rekonsiliasi antara komunitas lokal dengan mantan kombatan, sehingga memungkinkan reunifikasi keluarga,” kata Dwi.
Selain Combat Operation Base (COB) di tiga wilayah berbeda, Satgas yang dipimpin Dwi itu juga menggelar enam SCD.
“SCD digelar di Mayanga, Kisonja, Lambo Katenga, Musenge, Kashege, dan Mwaka dengan kekuatan masing-masing setara dengan satu peleton plus dan dipimpin oleh Perwira yang berpangkat Mayor ataupun Kapten,” kata Dwi.
Menurut Dwi, keberhasilan dalam membangun rekonsiliasi dan reunifikasi para kombatan maupun warga lokal tidak terlepas dari keberhasilan mereka dalam memberikan rasa aman dan nyaman bagi para kombatan maupun warga komunitas lokal.
“Dengan kondisi itu, warga Kashege memiliki harapan serta kehidupan bermasyarakat yang normal,” kata Dwi.
Keberhasilannya dalam meraih hati dan simpati warga setempat itu pun kemudian mendorong para mantan Kombatan menyerahkan diri termasuk menyerahkan berbagai jenis senjata dan munisi yang dipergunakan mereka.
“Dari keenam lokasi tersebut, kita dapat mengamankan 16 pucuk AK-47, 2 machine gun, 2 RPG, 1 buah granat tangan, 421 butir munisi kal 7.62 mm, 9 magasen AK-47, 319 busur dan 983 anak panah dari masyarakat, secara sukarela. Termasuk juga berhasil memfasilitasi reunifikasi 422 orang mantan kombatan,” kata peraih Adhi Makayasa Akmil 1998 itu.
Keberhasilan yang dicapai oleh Rapidly Deployable Battalion (RDB), lanjut Dwi, pada dasarnya buah dari kerjasama tim yang mendapatkan dukungan penuh dari Monusco, serta kedekatan hubungan emosional antara satgas dengan warga masyarakat dan aparat pemerintah setempat.
“Untuk merebut hati dan simpati warga, kita kedepankan berbagai kegiatan Civil and Military Coordination (Cimic), atau jika di TNI kita sebut dengan Binter (Pembinaan Teritorial). Ini tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi kita, ternyata program Binter yang sering dilakukan di tanah air berhasil diterapkan di sini,” kata Dwi.
Ia mengatakan, secara rutin satgas tersebut memberikan pelayanan kesehatan gratis, penyuluhan kesehatan, psikologi sosial, perpustakaan mini, pertemuan para pemuka adat, tokoh masyarakat dan kepala desa di wilayah Tanganyika.
“Itu semua dilakukan untuk membangun kedekatan, komunikasi dan sinergi dalam meringankan permaslahan yang dihadapi warga,” kata Dwi.
Sebagai informasi, Satgas TNI Konga XXXIX-A RDB Monusco yang telah bertugas di Kongo selama 6 bulan ini memiliki kekuatan 850 personel gabungan TNI AD, AL dan AU, yang di dalamnya terdapat 23 personel Wanita TNI sebagai Female Engagement Team/FET.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.