Di SurabayaKRI Ki Hajar Dewantoro – 364 [Wiki]
KRI Ki Hajar Dewantara – 364 itu akan menjadi museum apung di perairan Kenjeran.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Surabaya Antiek Sugiharti menuturkan bahwa telah terjadi kesepakatan antara pemkot dan TNI AL untuk menjadikan KRI Ki Hajar Dewantara – 364 itu menjadi destinasi baru wisata maritim.
“Modelnya semacam museum begitu. Nanti akan ada pengembangan lebih jauh,” ujar Antiek, Kamis (13/06/2019).
Termasuk akan dikembangkan menjadi destinasi resto dan cafe khusus di atas kapal megah tersebut.
Namun yang paling utama adalah KRI tersebut akan dijadikan museum maritim. Bagiamana sejarah maritim di Surabaya akan tergambar di museum ini.
Antiek menyebutkan bahwa pihaknya bersama pemkot telah melakukan pembicaraan khusus dengan TNI AL. Keduanya juga telah mencapai kata sepakat untuk memuat ikonik baru menyangkut sejarah maritim di Surabaya.
Kebetulan ada KRI legendaris yang saat ini sudah dikandangkan, yakni KRI Ki Hajar Dewantara 364. Kepala Dispen Armada II Letkol Laut (P) Djawara Whimbo menuturkan bahwa KRI itu sejak 2017 lalu berhenti beroperasi sebagai alutsista.
“Pertengahan 2017 lalu berhenti beroperasi,” kata Djawara.
Karena dua tahun Ngandang itulah, Pemkot berniat memanfaatkan kapal perang itu untuk dijadikan ikon baru destinasi wisata Kenjeran. Yang paling masuk akal adalah menjadi museum edukasi maritim.
Sejarah yang sama pernah terjadi saat Kapal Selam Senopati dijadikan monumen kapal selam (Monkasel) di Jl Pemuda Surabaya hingga saat ini. Namun monkasel ini murni milik swasta dan dikelola swasta.
Berbeda dengan rencana KRI Dewantara yang akan dijadikan museum megah. Rencananya museum KRI ini akan bediri mengapung di Pantai Kenjeran.
Komandan Lantamal (Pengkalan Utama AL) V Surabaya Laksamana Pertama (Laksma) Edwin menyampaikan bahwa pihaknya telah membicarakan kesepakatan dengan Pemkot Surabaya terkait pemanfaatan KRI Dewantara itu.
“Nantinya KRI Dewantara akan dihibahkan untuk dimanfaatkan kepada masyarakat. Mengenai proses hibah ini tengah dicarikan formula yang tepat. Rencananya memang untuk museum Maritim di Kenjeran,” kata Edwin.
Selain itu perlu pembicaraan mengenai teknis mengevakuasi kapal perang sepanjang 96,7 meter dan lebar 11,2 meter itu ke pantai Kenjeran. Sebab harus memenuhi kedalaman ideal saat kapal dipindah dari Markas Armada II Perak ke Kenjeran.
KRI itu memiliki draft 3,5 meter. Setidaknya harus tiga kali lipat kedalaman pantai dari draft kapal ini. “Jalan satu-satunya pemkot harus mengeruk pantai Kenjeran sehingga laik untuk bersandar KRI Dewantara,” kata Edwin.
KRI Ki Hajar Dewantara – 364 itu akan menjadi museum apung di perairan Kenjeran.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Surabaya Antiek Sugiharti menuturkan bahwa telah terjadi kesepakatan antara pemkot dan TNI AL untuk menjadikan KRI Ki Hajar Dewantara – 364 itu menjadi destinasi baru wisata maritim.
“Modelnya semacam museum begitu. Nanti akan ada pengembangan lebih jauh,” ujar Antiek, Kamis (13/06/2019).
Termasuk akan dikembangkan menjadi destinasi resto dan cafe khusus di atas kapal megah tersebut.
Namun yang paling utama adalah KRI tersebut akan dijadikan museum maritim. Bagiamana sejarah maritim di Surabaya akan tergambar di museum ini.
Antiek menyebutkan bahwa pihaknya bersama pemkot telah melakukan pembicaraan khusus dengan TNI AL. Keduanya juga telah mencapai kata sepakat untuk memuat ikonik baru menyangkut sejarah maritim di Surabaya.
Kebetulan ada KRI legendaris yang saat ini sudah dikandangkan, yakni KRI Ki Hajar Dewantara 364. Kepala Dispen Armada II Letkol Laut (P) Djawara Whimbo menuturkan bahwa KRI itu sejak 2017 lalu berhenti beroperasi sebagai alutsista.
“Pertengahan 2017 lalu berhenti beroperasi,” kata Djawara.
Karena dua tahun Ngandang itulah, Pemkot berniat memanfaatkan kapal perang itu untuk dijadikan ikon baru destinasi wisata Kenjeran. Yang paling masuk akal adalah menjadi museum edukasi maritim.
Sejarah yang sama pernah terjadi saat Kapal Selam Senopati dijadikan monumen kapal selam (Monkasel) di Jl Pemuda Surabaya hingga saat ini. Namun monkasel ini murni milik swasta dan dikelola swasta.
Berbeda dengan rencana KRI Dewantara yang akan dijadikan museum megah. Rencananya museum KRI ini akan bediri mengapung di Pantai Kenjeran.
Komandan Lantamal (Pengkalan Utama AL) V Surabaya Laksamana Pertama (Laksma) Edwin menyampaikan bahwa pihaknya telah membicarakan kesepakatan dengan Pemkot Surabaya terkait pemanfaatan KRI Dewantara itu.
“Nantinya KRI Dewantara akan dihibahkan untuk dimanfaatkan kepada masyarakat. Mengenai proses hibah ini tengah dicarikan formula yang tepat. Rencananya memang untuk museum Maritim di Kenjeran,” kata Edwin.
Selain itu perlu pembicaraan mengenai teknis mengevakuasi kapal perang sepanjang 96,7 meter dan lebar 11,2 meter itu ke pantai Kenjeran. Sebab harus memenuhi kedalaman ideal saat kapal dipindah dari Markas Armada II Perak ke Kenjeran.
KRI itu memiliki draft 3,5 meter. Setidaknya harus tiga kali lipat kedalaman pantai dari draft kapal ini. “Jalan satu-satunya pemkot harus mengeruk pantai Kenjeran sehingga laik untuk bersandar KRI Dewantara,” kata Edwin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.