Ilustrasi pesawat tempur F-35. (AP/Wilson Ring)★
Uni Emirat Arab (UEA) menangguhkan kesepakatan bernilai miliaran dolar untuk membeli senjata pesawat tempur F-35 buatan Amerika Serikat.
Langkah itu disebut sebagai gambaran frustrasi Abu Dhabi menghadapi peningkatan konflik yang terjadi antara Amerika Serikat dan China.
"Uni Emirat Arab telah menginformasikan kepada Amerika Serikat akan menangguhkan pembicaraan mengenai F-35," kata pejabat UEA kepada CNN, Selasa (14/12).
"Persyaratan teknis, pembatasan operasional kedaulatan, dan analisis biaya/manfaat mengarah pada penilaian ulang," ia melanjutkan.
UEA dan Amerika Serikat sedang berusaha memahami untuk membahas kondisi keamanan pertahanan bersama sebagai syarat akuisisi.
"Amerika Serikat tetap menjadi penyedia pilihan UEA untuk persyaratan pertahanan lanjutan dan diskusi untuk F-35 bisa dibuka kembali di masa depan," ujar pejabat itu.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan, Gedung Putih tetap berkomitmen atas kesepakatan tersebut.
"Seperti yang baru-baru ini kami konfirmasi di Dubai Air Show, pemerintahan Biden-Harris tetap berkomitmen soal penjualan pesawat F-35, MQ-9B, yang diajukan dan amunisi," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS.
Hal itu terjadi bahkan saat mereka melanjutkan konsultasi guna memastikan pemahaman yang jelas antar kedua pihak, kewajiban dan tindakan Emirat sebelum, selama, dan setelah pengiriman.
Kesepakatan itu dinilai sebagai dasar perjanjian Agustus 2020 yang ditujukan untuk menormalisasi hubungan UEA dan Israel.
Di hari sebelumnya, sekretaris pers Kemenhan AS, John Kirby, juga mengatakan pihaknya bersedia bekerja sama dengan UEA guna mengatasi kekhawatiran kedua negara.
"Kemitraan AS dengan UEA lebih strategis dan lebih kompleks daripada penjualan senjata mana pun," kata Kirby dalam konferensi pers.
AS akan selalu mendesak, hal tersebut sebagai masalah persyaratan dan kebijakan undang-undang, dalam berbagai persyaratan pengguna akhir.
"Persyaratan pengguna akhir dan perlindungan peralatan pertahanan AS ini bersifat universal, tidak dapat dinegosiasikan, dan tidak khusus untuk UEA", lanjut dia.
AS Pernah Desak UEA Tutup Perusahaan China
Pesawat tempur F-35 buatan AS. (Photo: BAE Systems)
Pemerintah AS sudah berulang kali mendesak UEA untuk menutup perusahaan China dan jaringan telekomunikasi, Huawei Technologies Co.
Washington mengklaim teknologi tersebut bisa menimbulkan risiko keamanan untuk sistem senjata negara itu.
"F-35 adalah permata mahkota kami di Amerika Serikat, angkatan udara kami, jadi kami harus bisa melindungi keamanan teknologi untuk semua mitra kami," kata Wakil Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Keamanan Regional, Mira Resnick.
Pekan lalu, Resnick juga memberi tanggapan terkait apakah UEA harus memilih antara Huawei dan F-35.
"Ini adalah percakapan yang kami lakukan dengan Emirat tentang pilihan yang bisa mereka buat sekarang untuk memastikan mereka dapat menjadi bagian dari program F-35," ujar Resnick.
Namun demikian, para pejabat UEA skeptis soal klaim AS terkait potensi pelanggaran keamanan. Abu Dhabi juga cemas pihaknya terjebak dalam "perang dingin baru" antara mitra dagang utama dan sekutu strategis utamanya.
"Apa yang kami khawatirkan adalah persaingan akut (antara China dan AS) dan Perang Dingin yang baru," kata penasihat diplomatik UEA, Anwar Gargash, dalam sambutannya di Washington pekan lalu.
Menurut Gargash, sebagai negara kecil, UEA akan terdampak konflik itu, namun tak punya kemampuan untuk mempengaruhi keduanya.
Dalam sambutannya, Gargash juga mengonfirmasi laporan UEA yang telah menutup fasilitas China lantaran kecurigaan AS, meskipun pemerintahannya tak setuju. Washington menilai fasilitas itu digunakan untuk tujuan militer.
"Pandangan UEA yakni fasilitas tertentu ini sama sekali tidak bisa diartikan sebagai fasilitas militer," kata Gargash.
Namun, lanjutnya, AS memiliki kekhawatiran sendiri. Sehingga UEA perlu mempertimbangkan kekhawatiran tersebut dan menghentikan pekerjaan di fasilitas itu.
"Tapi posisi kita tetap sama, bahwa fasilitas itu sebenarnya bukan fasilitas militer," tambahnya.
Gargash menegaskan kekhawatiran yang dimiliki Amerika Serikat seharusnya bisa diselesaikan.
"Sekali lagi, Anda mengkhawatirkan sekutu utama Anda, dan saya pikir akan sangat bodoh jika Anda tidak mengatasi masalah sekutu Anda."
Delegasi militer dari UEA akan mengunjungi Pentagon Rabu (15/12). Meskipun pertemuan itu seharusnya bukan soal penjualan F-35, namun hal tersebut pasti tak luput dari pembahasan.
"Pertemuan itu tidak dirancang untuk membicarakan penjualan senjata militer. Itu dibuat untuk mendiskusikan ruang lingkup yang luas dari hubungan pertahanan kami dengan UEA," kata Kirby.
Meski begitu, Kirby akan memanfaatkan kesempatan itu untuk membicarakan kekhawatiran mereka, serta berbagi keprihatinan AS soal masalah penjualan peralatan militer itu.
Penangguhan kesepakatan penting itu muncul sehari usai Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett, bertemu dengan Putra Mahkota Abu Dhabi, Mohammed bin Zayed.
Pertemuan itu merupakan kunjungan resmi pertama yang dilakukan seorang pemimpin Israel ke negara Teluk. (isa/bac)
Uni Emirat Arab (UEA) menangguhkan kesepakatan bernilai miliaran dolar untuk membeli senjata pesawat tempur F-35 buatan Amerika Serikat.
Langkah itu disebut sebagai gambaran frustrasi Abu Dhabi menghadapi peningkatan konflik yang terjadi antara Amerika Serikat dan China.
"Uni Emirat Arab telah menginformasikan kepada Amerika Serikat akan menangguhkan pembicaraan mengenai F-35," kata pejabat UEA kepada CNN, Selasa (14/12).
"Persyaratan teknis, pembatasan operasional kedaulatan, dan analisis biaya/manfaat mengarah pada penilaian ulang," ia melanjutkan.
UEA dan Amerika Serikat sedang berusaha memahami untuk membahas kondisi keamanan pertahanan bersama sebagai syarat akuisisi.
"Amerika Serikat tetap menjadi penyedia pilihan UEA untuk persyaratan pertahanan lanjutan dan diskusi untuk F-35 bisa dibuka kembali di masa depan," ujar pejabat itu.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan, Gedung Putih tetap berkomitmen atas kesepakatan tersebut.
"Seperti yang baru-baru ini kami konfirmasi di Dubai Air Show, pemerintahan Biden-Harris tetap berkomitmen soal penjualan pesawat F-35, MQ-9B, yang diajukan dan amunisi," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS.
Hal itu terjadi bahkan saat mereka melanjutkan konsultasi guna memastikan pemahaman yang jelas antar kedua pihak, kewajiban dan tindakan Emirat sebelum, selama, dan setelah pengiriman.
Kesepakatan itu dinilai sebagai dasar perjanjian Agustus 2020 yang ditujukan untuk menormalisasi hubungan UEA dan Israel.
Di hari sebelumnya, sekretaris pers Kemenhan AS, John Kirby, juga mengatakan pihaknya bersedia bekerja sama dengan UEA guna mengatasi kekhawatiran kedua negara.
"Kemitraan AS dengan UEA lebih strategis dan lebih kompleks daripada penjualan senjata mana pun," kata Kirby dalam konferensi pers.
AS akan selalu mendesak, hal tersebut sebagai masalah persyaratan dan kebijakan undang-undang, dalam berbagai persyaratan pengguna akhir.
"Persyaratan pengguna akhir dan perlindungan peralatan pertahanan AS ini bersifat universal, tidak dapat dinegosiasikan, dan tidak khusus untuk UEA", lanjut dia.
AS Pernah Desak UEA Tutup Perusahaan China
Pesawat tempur F-35 buatan AS. (Photo: BAE Systems)
Pemerintah AS sudah berulang kali mendesak UEA untuk menutup perusahaan China dan jaringan telekomunikasi, Huawei Technologies Co.
Washington mengklaim teknologi tersebut bisa menimbulkan risiko keamanan untuk sistem senjata negara itu.
"F-35 adalah permata mahkota kami di Amerika Serikat, angkatan udara kami, jadi kami harus bisa melindungi keamanan teknologi untuk semua mitra kami," kata Wakil Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Keamanan Regional, Mira Resnick.
Pekan lalu, Resnick juga memberi tanggapan terkait apakah UEA harus memilih antara Huawei dan F-35.
"Ini adalah percakapan yang kami lakukan dengan Emirat tentang pilihan yang bisa mereka buat sekarang untuk memastikan mereka dapat menjadi bagian dari program F-35," ujar Resnick.
Namun demikian, para pejabat UEA skeptis soal klaim AS terkait potensi pelanggaran keamanan. Abu Dhabi juga cemas pihaknya terjebak dalam "perang dingin baru" antara mitra dagang utama dan sekutu strategis utamanya.
"Apa yang kami khawatirkan adalah persaingan akut (antara China dan AS) dan Perang Dingin yang baru," kata penasihat diplomatik UEA, Anwar Gargash, dalam sambutannya di Washington pekan lalu.
Menurut Gargash, sebagai negara kecil, UEA akan terdampak konflik itu, namun tak punya kemampuan untuk mempengaruhi keduanya.
Dalam sambutannya, Gargash juga mengonfirmasi laporan UEA yang telah menutup fasilitas China lantaran kecurigaan AS, meskipun pemerintahannya tak setuju. Washington menilai fasilitas itu digunakan untuk tujuan militer.
"Pandangan UEA yakni fasilitas tertentu ini sama sekali tidak bisa diartikan sebagai fasilitas militer," kata Gargash.
Namun, lanjutnya, AS memiliki kekhawatiran sendiri. Sehingga UEA perlu mempertimbangkan kekhawatiran tersebut dan menghentikan pekerjaan di fasilitas itu.
"Tapi posisi kita tetap sama, bahwa fasilitas itu sebenarnya bukan fasilitas militer," tambahnya.
Gargash menegaskan kekhawatiran yang dimiliki Amerika Serikat seharusnya bisa diselesaikan.
"Sekali lagi, Anda mengkhawatirkan sekutu utama Anda, dan saya pikir akan sangat bodoh jika Anda tidak mengatasi masalah sekutu Anda."
Delegasi militer dari UEA akan mengunjungi Pentagon Rabu (15/12). Meskipun pertemuan itu seharusnya bukan soal penjualan F-35, namun hal tersebut pasti tak luput dari pembahasan.
"Pertemuan itu tidak dirancang untuk membicarakan penjualan senjata militer. Itu dibuat untuk mendiskusikan ruang lingkup yang luas dari hubungan pertahanan kami dengan UEA," kata Kirby.
Meski begitu, Kirby akan memanfaatkan kesempatan itu untuk membicarakan kekhawatiran mereka, serta berbagi keprihatinan AS soal masalah penjualan peralatan militer itu.
Penangguhan kesepakatan penting itu muncul sehari usai Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett, bertemu dengan Putra Mahkota Abu Dhabi, Mohammed bin Zayed.
Pertemuan itu merupakan kunjungan resmi pertama yang dilakukan seorang pemimpin Israel ke negara Teluk. (isa/bac)
★ CNN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.