Perawatan jet tempur Sukhoi milik TNI AU bakal terganggu jika perang Rusia-Ukraina tak lekas usai (Joko Sulistyo) ☆
Peneliti Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengatakan ada dampak buruk bagi TNI AU jika perang Rusia-Ukraina terjadi dalam waktu yang lama.
Dampak buruk yang dimaksud berkenaan dengan perawatan alutsista pesawat jenis Sukhoi Su 27. Diketahui, Indonesia punya kerja sama dengan Belarusia dalam Maintenance Repair and Overhaul (MRO).
"Dampak konflik bisa diminimalisir kalau misalnya Belarusia tidak terlibat atau tidak terkena imbas sanksi barat. Indonesia kan punya kerja sama pertahanan dengan Belarusia terkait MRO Sukhoi," kata Fahmi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (9/3).
Jika perang segera usai, Indonesia tidak akan terkena dampak buruk. Namun, menurut Fahmi, Indonesia tetap harus mempersiapkan kemungkinan terburuk.
Ia menyarankan agar meminimalkan misi dan peran alutsista seperti Sukhoi Su 27 dalam operasi udara TNI. Namun itu pun berpotensi menimbulkan masalah baru.
"Tapi masalahnya pengurangan itu juga akan berpotensi meningkatkan beban operasi skadron lain," katanya.
Fahmi mengatakan Indonesia perlu lebih aktif dalam menyikapi perang antara Rusia dan Ukraina. Menurutnya itu penting karena banyak hal yang akan terdampak bagi Indonesia jika perang berlangsung lebih lama.
"Karena kita ada kepentingan ekonomi, perdagangan. Tapi peran itu enggak bisa sendirian, kolaborasi (dengan negara lain) biar bisa didengar," katanya.
Pesawat sukhoi TS 2701 baru saja mendarat setelah menjalani perawatan berat selama 2 tahun [Lembaga KERIS]
Terpisah, Pengamat militer Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia, Beni Sukadis mengatakan perang yang terjadi juga berpotensi membuat kerja sama pertahanan antara Indonesia dan Rusia akan sangat terbatas.
"Yaitu hanya dalam upaya perawatan jet SU 27/30 yang kita miliki," katanya.
Berbeda dengan Fahmi, menurut Beni, sikap yang ditunjukkan Presiden Jokowi maupun Menlu Retno Marsudi dalam merespons konflik Rusia-Ukraina sudah tepat. Pasalnya, posisi Indonesia tidak cukup kuat dalam menekan atau menjadi mediator agar Rusia menghentikan tindakannya.
"Artinya pemerintah sudah berbuat sesuai kapasitasnya yaitu hanya melakukan kecaman atas agresi Rusia ini dan tidak bisa lebih dari itu apalagi melakukan embargo ekonomi ke Rusia," katanya.
Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Fadjar Prasetyo mengklaim konflik Rusia-Ukraina tidak akan begitu mempengaruhi pemeliharaan alutsista Indonesia.
Sebab, ujar dia, TNI AU sudah sejak lama mempersiapkan suku cadang guna perawatan jangka panjang.
"Jadi beberapa suku cadang sudah kita beli dari beberapa waktu lalu. Untuk ke depan kita sama-sama mencermati keadaan," kata Fadjar beberapa waktu lalu.
Peneliti Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengatakan ada dampak buruk bagi TNI AU jika perang Rusia-Ukraina terjadi dalam waktu yang lama.
Dampak buruk yang dimaksud berkenaan dengan perawatan alutsista pesawat jenis Sukhoi Su 27. Diketahui, Indonesia punya kerja sama dengan Belarusia dalam Maintenance Repair and Overhaul (MRO).
"Dampak konflik bisa diminimalisir kalau misalnya Belarusia tidak terlibat atau tidak terkena imbas sanksi barat. Indonesia kan punya kerja sama pertahanan dengan Belarusia terkait MRO Sukhoi," kata Fahmi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (9/3).
Jika perang segera usai, Indonesia tidak akan terkena dampak buruk. Namun, menurut Fahmi, Indonesia tetap harus mempersiapkan kemungkinan terburuk.
Ia menyarankan agar meminimalkan misi dan peran alutsista seperti Sukhoi Su 27 dalam operasi udara TNI. Namun itu pun berpotensi menimbulkan masalah baru.
"Tapi masalahnya pengurangan itu juga akan berpotensi meningkatkan beban operasi skadron lain," katanya.
Fahmi mengatakan Indonesia perlu lebih aktif dalam menyikapi perang antara Rusia dan Ukraina. Menurutnya itu penting karena banyak hal yang akan terdampak bagi Indonesia jika perang berlangsung lebih lama.
"Karena kita ada kepentingan ekonomi, perdagangan. Tapi peran itu enggak bisa sendirian, kolaborasi (dengan negara lain) biar bisa didengar," katanya.
Pesawat sukhoi TS 2701 baru saja mendarat setelah menjalani perawatan berat selama 2 tahun [Lembaga KERIS]
Terpisah, Pengamat militer Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia, Beni Sukadis mengatakan perang yang terjadi juga berpotensi membuat kerja sama pertahanan antara Indonesia dan Rusia akan sangat terbatas.
"Yaitu hanya dalam upaya perawatan jet SU 27/30 yang kita miliki," katanya.
Berbeda dengan Fahmi, menurut Beni, sikap yang ditunjukkan Presiden Jokowi maupun Menlu Retno Marsudi dalam merespons konflik Rusia-Ukraina sudah tepat. Pasalnya, posisi Indonesia tidak cukup kuat dalam menekan atau menjadi mediator agar Rusia menghentikan tindakannya.
"Artinya pemerintah sudah berbuat sesuai kapasitasnya yaitu hanya melakukan kecaman atas agresi Rusia ini dan tidak bisa lebih dari itu apalagi melakukan embargo ekonomi ke Rusia," katanya.
Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Fadjar Prasetyo mengklaim konflik Rusia-Ukraina tidak akan begitu mempengaruhi pemeliharaan alutsista Indonesia.
Sebab, ujar dia, TNI AU sudah sejak lama mempersiapkan suku cadang guna perawatan jangka panjang.
"Jadi beberapa suku cadang sudah kita beli dari beberapa waktu lalu. Untuk ke depan kita sama-sama mencermati keadaan," kata Fadjar beberapa waktu lalu.
★ CNN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.