Pangkalan di Afrika disebutkan untuk layanan logistik bagi Angkatan Laut Cina. Ilustrasi pangkalan militer ☆
Cina sedang melakukan perundingan dengan negara di Afrika, Djibouti, tentang pembangunan yang tampaknya akan menjadi pangkalan militer pertama Cina di luar negeri.
Pemerintah Beijing mengatakan ingin membangun sebuah fasilitas logistik untuk kapal-kapal angkatan lautnya yang melaksanakan operasi anti-bajak laut di lepas pantai timur Afrika.
Hingga saat ini Cina tidak memiliki pangkalan militer di luar negeri dan pernah menyatakan tidak akan mengupayakannya.
Namun salah seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hong Lei, mengatakan kepada para wartawan, Kamis 26 November, bahwa fasilitas itu ditujukan untuk layanan logistik guna mengatasi masalah terkait pengisian bahan bakar, pasokan makanan, istirahat personel, dan reorganisasi pasukan.
"Itu akan membantu militer Cina melakukan lebih jauh lagi tanggung jawab internasionalnya dalam melindungi keamanan dan stabilitas global maupun regional," tambahnya.
Bulan Mei lalu, Presiden Djibouti, Ismail Omar Guelleh, menjelaskan kepada sebuah media Prancis bahwa pemerintahannya sedang melakukan pembicaraan dengan Cina tentang pangkalan militer.
Presiden Guelleh menambahkan bahwa kehadiran Beijing disambut dengan baik di bekas koloni Prancis yang berbatasan dengan Somalia, Eritrea, dan Ethiopia itu.
Bulan Maret tahun ini, Cina menaikkan anggaran militernya 10% menjadi US$ 145 miliar, atau anggaran militer terbesar kedua setelah Amerika Serikat.
Cina sedang melakukan perundingan dengan negara di Afrika, Djibouti, tentang pembangunan yang tampaknya akan menjadi pangkalan militer pertama Cina di luar negeri.
Pemerintah Beijing mengatakan ingin membangun sebuah fasilitas logistik untuk kapal-kapal angkatan lautnya yang melaksanakan operasi anti-bajak laut di lepas pantai timur Afrika.
Hingga saat ini Cina tidak memiliki pangkalan militer di luar negeri dan pernah menyatakan tidak akan mengupayakannya.
Namun salah seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hong Lei, mengatakan kepada para wartawan, Kamis 26 November, bahwa fasilitas itu ditujukan untuk layanan logistik guna mengatasi masalah terkait pengisian bahan bakar, pasokan makanan, istirahat personel, dan reorganisasi pasukan.
"Itu akan membantu militer Cina melakukan lebih jauh lagi tanggung jawab internasionalnya dalam melindungi keamanan dan stabilitas global maupun regional," tambahnya.
Bulan Mei lalu, Presiden Djibouti, Ismail Omar Guelleh, menjelaskan kepada sebuah media Prancis bahwa pemerintahannya sedang melakukan pembicaraan dengan Cina tentang pangkalan militer.
Presiden Guelleh menambahkan bahwa kehadiran Beijing disambut dengan baik di bekas koloni Prancis yang berbatasan dengan Somalia, Eritrea, dan Ethiopia itu.
Bulan Maret tahun ini, Cina menaikkan anggaran militernya 10% menjadi US$ 145 miliar, atau anggaran militer terbesar kedua setelah Amerika Serikat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.