Salah satu pesawat Voyage milik angkatan udara Inggris yang rencananya akan diubah menjadi pesawat resmi kenegaraan (Foto: Daily Mail) ☆
Saat menjabat sebagai Perdana Menteri (PM) Inggris, Tony Blair pernah berencana membeli pesawat resmi kenegaraan. Belum pesawat tersebut dibeli, rakyat Inggris sudah memberinya nama ‘Blairforce One’ sebagai sindiran.
PM Inggris saat ini, David Cameron, juga merencanakan hal serupa. Pemerintah Inggris mengakui bahwa pembelian pesawat resmi kenegaraan tersebut akan jauh lebih menghemat anggaran negara. Mereka menepis anggapan bahwa pembelian pesawat tersebut lebih karena gengsi di hadapan negara lain.
Selama ini, perdana menteri 49 tahun itu menggunakan pesawat milik angkatan udara Inggris untuk terbang dalam jarak pendek. Untuk penerbangan jarak menengah dan jauh, pemerintah terpaksa menyewa pesawat komersial dengan harga yang terjangkau.
Rencana tersebut kembali mendapat kecaman. Seperti dilaporkan New York Times, Jumat (20/11/2015), seorang anggota Partai Nasional Skotlandia, Alex Salmond, menyebut rencana pembelian tersebut keluar di saat yang tidak tepat.
Pria berusia 60 tahun itu beralasan pemerintah Negeri Ratu Elizabeth sekarang sedang gencar melakukan pengetatan anggaran dengan memotong dana publik. Hal tersebut dinilai dapat melukai masyakarat Britania Raya. Salmond justru menuding ide Cameron itu lebih karena tidak mau kalah dengan pemimpin negara Eropa lainnya yang sudah lebih dulu punya pesawat resmi kenegaraan.
Namun, pemerintah Inggris punya rencana lain terkait pesawat resmi kenegaraan mereka.
Inggris berencana untuk memodifikasi salah satu pesawat milik angkatan udara sehingga dapat digunakan Cameron dan menteri-menteri senior untuk terbang dalam jarak jauh. Pesawat tersebut nantinya juga dapat digunakan oleh anggota kerajaan Inggris.
Burung besi tersebut memiliki kapasitas 50 tempat duduk untuk kelas bisnis dan 100 tempat duduk untuk kelas ekonomi. Kursi-kursi tersebut dapat digunakan oleh mereka yang akan bepergian bersama PM seperti wartawan dan pebisnis kelas atas dalam kunjungan kenegaraan.
Ajudan Cameron menolak untuk memberi tahu apakah dalam pesawat tersebut nantinya akan terdapat ruang pribadi bagi pria asal London itu seperti halnya pesawat resmi kepresidenan milik Amerika Serikat (AS) Air Force One. Pemerintah mengklaim rencana tersebut dapat menghemat anggaran negara hingga 800 ribu poundsterling atau sekira Rp 16,8 miliar per tahun.
Biaya untuk memodifikasi pesawat diperkirakan mencapai 10 juta poundsterling atau sekira Rp 210 miliar. Biaya tersebut jauh lebih murah daripada rencana pembelian pesawat "Blairforce One" yang mencapai 99,5 juta poundsterling atau sekira Rp 2,1 triliun.
Pemerintah mengakui bahwa menyewa pesawat komersial untuk kunjungan kenegaraan yang singkat dan mendadak terkadang lebih mahal. Kunjungan Cameron ke Arab Saudi pada Januari 2015 untuk menghadiri pemakaman Raja Abdullah dijadikan sebagai contoh. Sedikitnya 100 ribu poundsterling atau sekira Rp 2,1 miliar dihabiskan untuk menyewa pesawat bagi pimpinan partai konservatif itu beserta lima pejabat lainnya.
Sebagai perbandingan, kunjungan PM Cameron ke Australia pada 2014 dengan penerbangan jarak jauh yang sudah terjadwal menghabiskan biaya yang lebih murah. Sejumlah 13 ribu poundsterling atau sekira Rp 277 juta dihabiskan untuk menyewa pesawat untuk Cameron dan enam pejabat negara lainnya.
Media-media Inggris sudah siap memberi nama baru bagi pesawat kenegaraan Cameron itu selayaknya 'Blairforce One' untuk Tony Blair. Airforce Cam, Cam Fly With Me, dan Camcorde siap disematkan sebagai julukan baru pesawat resmi kenegaraan Inggris. (dka)
Saat menjabat sebagai Perdana Menteri (PM) Inggris, Tony Blair pernah berencana membeli pesawat resmi kenegaraan. Belum pesawat tersebut dibeli, rakyat Inggris sudah memberinya nama ‘Blairforce One’ sebagai sindiran.
PM Inggris saat ini, David Cameron, juga merencanakan hal serupa. Pemerintah Inggris mengakui bahwa pembelian pesawat resmi kenegaraan tersebut akan jauh lebih menghemat anggaran negara. Mereka menepis anggapan bahwa pembelian pesawat tersebut lebih karena gengsi di hadapan negara lain.
Selama ini, perdana menteri 49 tahun itu menggunakan pesawat milik angkatan udara Inggris untuk terbang dalam jarak pendek. Untuk penerbangan jarak menengah dan jauh, pemerintah terpaksa menyewa pesawat komersial dengan harga yang terjangkau.
Rencana tersebut kembali mendapat kecaman. Seperti dilaporkan New York Times, Jumat (20/11/2015), seorang anggota Partai Nasional Skotlandia, Alex Salmond, menyebut rencana pembelian tersebut keluar di saat yang tidak tepat.
Pria berusia 60 tahun itu beralasan pemerintah Negeri Ratu Elizabeth sekarang sedang gencar melakukan pengetatan anggaran dengan memotong dana publik. Hal tersebut dinilai dapat melukai masyakarat Britania Raya. Salmond justru menuding ide Cameron itu lebih karena tidak mau kalah dengan pemimpin negara Eropa lainnya yang sudah lebih dulu punya pesawat resmi kenegaraan.
Namun, pemerintah Inggris punya rencana lain terkait pesawat resmi kenegaraan mereka.
Inggris berencana untuk memodifikasi salah satu pesawat milik angkatan udara sehingga dapat digunakan Cameron dan menteri-menteri senior untuk terbang dalam jarak jauh. Pesawat tersebut nantinya juga dapat digunakan oleh anggota kerajaan Inggris.
Burung besi tersebut memiliki kapasitas 50 tempat duduk untuk kelas bisnis dan 100 tempat duduk untuk kelas ekonomi. Kursi-kursi tersebut dapat digunakan oleh mereka yang akan bepergian bersama PM seperti wartawan dan pebisnis kelas atas dalam kunjungan kenegaraan.
Ajudan Cameron menolak untuk memberi tahu apakah dalam pesawat tersebut nantinya akan terdapat ruang pribadi bagi pria asal London itu seperti halnya pesawat resmi kepresidenan milik Amerika Serikat (AS) Air Force One. Pemerintah mengklaim rencana tersebut dapat menghemat anggaran negara hingga 800 ribu poundsterling atau sekira Rp 16,8 miliar per tahun.
Biaya untuk memodifikasi pesawat diperkirakan mencapai 10 juta poundsterling atau sekira Rp 210 miliar. Biaya tersebut jauh lebih murah daripada rencana pembelian pesawat "Blairforce One" yang mencapai 99,5 juta poundsterling atau sekira Rp 2,1 triliun.
Pemerintah mengakui bahwa menyewa pesawat komersial untuk kunjungan kenegaraan yang singkat dan mendadak terkadang lebih mahal. Kunjungan Cameron ke Arab Saudi pada Januari 2015 untuk menghadiri pemakaman Raja Abdullah dijadikan sebagai contoh. Sedikitnya 100 ribu poundsterling atau sekira Rp 2,1 miliar dihabiskan untuk menyewa pesawat bagi pimpinan partai konservatif itu beserta lima pejabat lainnya.
Sebagai perbandingan, kunjungan PM Cameron ke Australia pada 2014 dengan penerbangan jarak jauh yang sudah terjadwal menghabiskan biaya yang lebih murah. Sejumlah 13 ribu poundsterling atau sekira Rp 277 juta dihabiskan untuk menyewa pesawat untuk Cameron dan enam pejabat negara lainnya.
Media-media Inggris sudah siap memberi nama baru bagi pesawat kenegaraan Cameron itu selayaknya 'Blairforce One' untuk Tony Blair. Airforce Cam, Cam Fly With Me, dan Camcorde siap disematkan sebagai julukan baru pesawat resmi kenegaraan Inggris. (dka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.