Medium Tank kerjasama FNSS dan Pindad [hadimaulana] ☆
Pemerintah diminta lebih banyak melibatkan peran perusahaan swasta dalam negeri untuk memperkuat alat utama sistem pertahanan (Alutsista), khususnya melalui pengadaan armada-armada penunjangnya.
Sebab, saat ini industri pendukung proyek-proyek alutsista juga sudah mulai berkembang dan memiliki kemampuan untuk memasok kebutuhan dalam rangka mendukung akselerasi industri alutsista di dalam negeri.
Direktur The National Maritim Indonesia (Namarin) Siswanto Rusdi mengakui saat ini pemerintah sudah mulai memberikan kesempatan kepada swasta nasional untuk terlibat dalam membangun alat penunjang alutsista.
Misalnya sejumlah kapal milik TNI telah banyak yang dibangun oleh galangan kapal swasta nasional seperti oleh PT Caputra Mitra Sejati, PT Palindo Marine, PT Daya Radar Utama, PT Tesco, dan sebagainya. “Tetapi jumlahnya masih sedikit,” katanya saat dihubungi.
Menurut dia, jumlah galangan kapal di Indonesia saat ini tercatat lebih dari 200 perusahaan yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Tetapi yang baru terlibat di industri alutsista masih dibawah 10%. “Kemampuan mereka saya fikir sudah mumpuni,” katanya.
Pada puncak peringatan HUT TNI yang ke-72 di Cilegon, Provinsi Banten pada 5 Oktober 2017, sejumlah alutsistsa diperlihatkan. Diantara produk swasta nasional yang menyerap komponen dalam negeri adalah kapal Angkut Tank KRI Teluk Bintuni.
Kapal tersebut dibangun dengan menggunakan tenaga kerja lokal serta menggunakan komponen-komponen produksi perusahaan dalam negeri yang sebesar-besarnya seperti windlass, crane, tank turntable yang merupakan produk PT Pindad (Persero).
Kemudian AC dan MSB/BCC yang merupakan buatan produk PT Teknik Tadakara Sumberkarya di Surabaya, plat kapal produk PT Krakatau Steel (Persero), Brecket buatan Barata, kabel buatan PT Kabelindo dan pintu serta jendela produk Sahabat Tegal.
Siswanto menilai pelibatan swasta bisa diperbesar dengan meningkatkan kerja sama antara BUMN dan BUMS seperti pengerjaan satu proyek kapal dilakukan bersama-sama. “Ini juga untuk meningkatkan skill BUMS agar lebih siap mengembangkan industri alutsista,” ujarnya.
Pemerintah diminta lebih banyak melibatkan peran perusahaan swasta dalam negeri untuk memperkuat alat utama sistem pertahanan (Alutsista), khususnya melalui pengadaan armada-armada penunjangnya.
Sebab, saat ini industri pendukung proyek-proyek alutsista juga sudah mulai berkembang dan memiliki kemampuan untuk memasok kebutuhan dalam rangka mendukung akselerasi industri alutsista di dalam negeri.
Direktur The National Maritim Indonesia (Namarin) Siswanto Rusdi mengakui saat ini pemerintah sudah mulai memberikan kesempatan kepada swasta nasional untuk terlibat dalam membangun alat penunjang alutsista.
Misalnya sejumlah kapal milik TNI telah banyak yang dibangun oleh galangan kapal swasta nasional seperti oleh PT Caputra Mitra Sejati, PT Palindo Marine, PT Daya Radar Utama, PT Tesco, dan sebagainya. “Tetapi jumlahnya masih sedikit,” katanya saat dihubungi.
Menurut dia, jumlah galangan kapal di Indonesia saat ini tercatat lebih dari 200 perusahaan yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Tetapi yang baru terlibat di industri alutsista masih dibawah 10%. “Kemampuan mereka saya fikir sudah mumpuni,” katanya.
Pada puncak peringatan HUT TNI yang ke-72 di Cilegon, Provinsi Banten pada 5 Oktober 2017, sejumlah alutsistsa diperlihatkan. Diantara produk swasta nasional yang menyerap komponen dalam negeri adalah kapal Angkut Tank KRI Teluk Bintuni.
Kapal tersebut dibangun dengan menggunakan tenaga kerja lokal serta menggunakan komponen-komponen produksi perusahaan dalam negeri yang sebesar-besarnya seperti windlass, crane, tank turntable yang merupakan produk PT Pindad (Persero).
Kemudian AC dan MSB/BCC yang merupakan buatan produk PT Teknik Tadakara Sumberkarya di Surabaya, plat kapal produk PT Krakatau Steel (Persero), Brecket buatan Barata, kabel buatan PT Kabelindo dan pintu serta jendela produk Sahabat Tegal.
Siswanto menilai pelibatan swasta bisa diperbesar dengan meningkatkan kerja sama antara BUMN dan BUMS seperti pengerjaan satu proyek kapal dilakukan bersama-sama. “Ini juga untuk meningkatkan skill BUMS agar lebih siap mengembangkan industri alutsista,” ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.