CN235 MPA TNI AU [Hindawan H]
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyasar peningkatan ekspor komponen pesawat yang saat ini baru US$ 83 juta. Padahal, potensi pasarnya mencapai US$ 88 miliar.
“Langkah peningkatan nilai ekspor nasional menjadi salah satu kebijakan pemerintah saat ini, terutama dalam mengatasi neraca perdagangan yang sedang defisit,” kata Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan, Rabu (18/7).
Untuk memperluas akses ekspor, lanjut Putu, Kemenperin telah memfasilitasi keikutsertaan industri komponen pesawat pada pameran tingkat internasional, yakni Farnborough International Airshow (FIA) 2018 di Farnborough. Keterlibatan dalam ajang FIA 2018 merupakan bagian dari desain besar dukungan pemerintah kepada industri nasional untuk mengakses rantai suplai global industri komponen pesawat terbang. Diharapkan pula dalam jangka panjang, industri nasional dapat terhubung dengan komunitas global industri aeronautika dan menjadi subkontraktor pengerjaan komponen pesawat terbang dunia.
“Industri komponen pesawat terbang merupakan salah satu sektor yang memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan melalui pemanfaatan rantai suplai global,” jelas dia.
Oleh karena itu, kata Putu, Kemenperin berkolaborasi dengan KBRI Brussels untuk ikut berpartisipasi di ajang FIA 2018. Ajang ini diharapkan dapat menjadi sarana perluasan kerja sama bagi industri nasional di tingkat internasional.
Menurut dia, perusahaan-perusahaan yang terpilih untuk mengikuti FIA 2018 berasal dari beragam sektor, mulai yang bergerak di bidang aero structure, component, tools and gauge, avionics, precision parts, rubber-based components, hingga engineering services. Perusahaan tersebut adalah PT Dirgantara Indonesia, PT Pudak Scientific, PT Santoso Teknindo, PT Chroma International, PT Infoglobal Teknologi Semesta, PT Yogya Presisi Tehniktama Industri, dan PT Indonesia Polyurethane Industry.
"Secara umum, para pelaku industri komponen nasional memiliki potensi yang memadai untuk mengakses rantai suplai industri pesawat terbang dunia. Namun demikian, masih banyak yang perlu dibenahi, terutama sertifikasi dan dukungan pada kegiatan promosi internasional untuk membangun jejaring kerja dan memperkenalkan kemampuan industrinya," pungkas dia.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyasar peningkatan ekspor komponen pesawat yang saat ini baru US$ 83 juta. Padahal, potensi pasarnya mencapai US$ 88 miliar.
“Langkah peningkatan nilai ekspor nasional menjadi salah satu kebijakan pemerintah saat ini, terutama dalam mengatasi neraca perdagangan yang sedang defisit,” kata Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan, Rabu (18/7).
Untuk memperluas akses ekspor, lanjut Putu, Kemenperin telah memfasilitasi keikutsertaan industri komponen pesawat pada pameran tingkat internasional, yakni Farnborough International Airshow (FIA) 2018 di Farnborough. Keterlibatan dalam ajang FIA 2018 merupakan bagian dari desain besar dukungan pemerintah kepada industri nasional untuk mengakses rantai suplai global industri komponen pesawat terbang. Diharapkan pula dalam jangka panjang, industri nasional dapat terhubung dengan komunitas global industri aeronautika dan menjadi subkontraktor pengerjaan komponen pesawat terbang dunia.
“Industri komponen pesawat terbang merupakan salah satu sektor yang memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan melalui pemanfaatan rantai suplai global,” jelas dia.
Oleh karena itu, kata Putu, Kemenperin berkolaborasi dengan KBRI Brussels untuk ikut berpartisipasi di ajang FIA 2018. Ajang ini diharapkan dapat menjadi sarana perluasan kerja sama bagi industri nasional di tingkat internasional.
Menurut dia, perusahaan-perusahaan yang terpilih untuk mengikuti FIA 2018 berasal dari beragam sektor, mulai yang bergerak di bidang aero structure, component, tools and gauge, avionics, precision parts, rubber-based components, hingga engineering services. Perusahaan tersebut adalah PT Dirgantara Indonesia, PT Pudak Scientific, PT Santoso Teknindo, PT Chroma International, PT Infoglobal Teknologi Semesta, PT Yogya Presisi Tehniktama Industri, dan PT Indonesia Polyurethane Industry.
"Secara umum, para pelaku industri komponen nasional memiliki potensi yang memadai untuk mengakses rantai suplai industri pesawat terbang dunia. Namun demikian, masih banyak yang perlu dibenahi, terutama sertifikasi dan dukungan pada kegiatan promosi internasional untuk membangun jejaring kerja dan memperkenalkan kemampuan industrinya," pungkas dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.