Airbus C295 AEWC [Muniz Zaragueta] ✈
Tiga pabrikan besar pesawat yaitu Saab dari Swedia, Airbus dari Eropa, dan Boeing dari Amerika Serikat, dipastikan masuk ke dalam daftar calon pemasok pesawat AWACS yang tengah dicari TNI AU.
AWACS atau Airborne Early Warning and Control System adalah sebuah sistem radar terbang yang melaksanakan misi peringatan dini dan kontrol udara di udara.
Pesawat berkemampuan AWACS mampu mendeteksi pesawat, kapal, dan kendaraan dalam jarak jauh dan kemudian melakukan komando dan kontrol ruang pertempuran dalam operasi udara dengan mengarahkan pesawat tempur ke sasaran yang dikunci.
Pilihan atas ketiga pabrikan besar ini disampaikan KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna kepada para pemimpin redaksi dan wartawan di ruang VIP Lanud Adi Sucipto, Yogyakarta, Selasa (19/3/2019).
“Kita belum memutuskan, karena ini masuk ke dalam Renstra III TNI yang dimulai tahun depan, namun kita sudah melihat dan mendengarkan pemaparan dari ketiga pabrik itu terkait pesawat yang ditawarkan,” ujar KSAU.
Boeing 737 Wedgetail AEW&C [David Leonicer]
Renstra (Rencana Strategis) TNI merupakan aplikasi dari program MEF (Minimum Essential Force) yang merupakan gebrakan pemerintah pada subjek strategi pertahanan nasional.
Ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, MEF merupakan amanat pembangunan nasional di bidang pertahanan keamanan.
Implementasi MEF dibagi ke dalam tiga Renstra yaitu Renstra 1: 2010-2014, Renstra 2: 2015-2019, dan Renstra 3: 2020-2024.
Sasaran utama MEF adalah membangun komponen utama TNI sampai mencapai kekuatan pokok minimum sebagai postur pertahanan yang ideal dan disegani baik pada level regional maupun internasional.
Penekanan diberikan pada kata minimum yang merujuk pada fakta bahwa MEF tidak diarahkan kepada konsep perlombaan senjata maupun sebagai strategi pembangunan kekuatan untuk memenangkan perang secara total, melainkan sebagai satu bentuk kekuatan pokok yang memenuhi standar tertentu serta memiliki efek tangkal.
Meski masuk ke dalam Renstra III, terkait pengadaan pesawat AWACS ini Marsekal Yuyu mengaku tetap menyiapkannya dari sekarang.
KSAU menyebutkan salah satu contoh sistem yang ditawarkan Saab yaitu Erieye.
Sistem radar Erieye adalah Airborne Early Warning and Control System (AEW&C) yang dikembangkan Saab Electronic Defence Systems dari Swedia.
Erieye menggunakan teknologi radar AESA (active electronically scanned array). Sistem Erieye digunakan pada berbagai platform pesawat seperti Saab 340 dan Embraer R-99. Baru-baru ini bahkan diimplementasikan di pesawat Bombardier Global 6000 sebagai Globaleye.
Saab GlobalEye AEW&C [Flickr]
Hanya saja ditambahkan KSAU, pengadaan pesawat intai (AWACS) dan pesawat tanker masuk ke dalam Renstra III.
“Namun kami sudah masukkan, saya mulai proses dari sekarang dengan harapan untuk mempercepat supaya tidak terjadi (penumpukan pengadaan-Red) seperti sekarang, kita jajaki dari sekarang dan diharapkan begitu Januari 2020 anggaran ada, langsung kita proses. Supaya dapat tercapai tepat waktu,” ujar Yuyu menjelaskan secara detail.
Dari ketiga pabrikan yang menawarkan, untuk saat ini semua informasi yang sudah dipaparkan perwakilan pabrik dikumpulkan di bagian pengadaan TNI AU.
“Saab bisa pesawat dari mana dan radar dari mana, sedangkan Boeing dan Airbus pesawat dari mereka,” kata Yuyu.
“Semua sudah paparan di Srena dan di kantor saya, sudah intip-intip lah, namun semua harus proses dan saya tidak bisa menentukan sendiri. Karena sekarang saya membentuk tim yang bisa membantu menentukan pilihan jenis alutsista yang dibutuhkan,” ulasnya.
Menurut Yuyu, sejak menjadi KSAU ia membentuk Sidang Dewan Penentu Pengadaan disingkat Wantuada. Sidang yang dipimpin KSAU ini dihadiri oleh seluruh perwira tinggi berbintang 2 serta bintang 1 dan kolonel terkait.
“Sidang menyampaikan apa yang dibutuhkan sesuai kebutuhan pengguna,” tegas Yuyu.
“Terkait AWACS, untuk Wantuada belum dilaksanakan karena masuk Renstra tahun depan, sehingga baru mendengarkan presentasi dari mereka dan dikolek di Disada (Dinas Pengadaan Angkatan Udara),” ungkap KSAU Marsekal Yuyu Sutisna.
Kita nantikan tahun depan, kemana pilihan akan dijatuhkan oleh TNI AU.
Tiga pabrikan besar pesawat yaitu Saab dari Swedia, Airbus dari Eropa, dan Boeing dari Amerika Serikat, dipastikan masuk ke dalam daftar calon pemasok pesawat AWACS yang tengah dicari TNI AU.
AWACS atau Airborne Early Warning and Control System adalah sebuah sistem radar terbang yang melaksanakan misi peringatan dini dan kontrol udara di udara.
Pesawat berkemampuan AWACS mampu mendeteksi pesawat, kapal, dan kendaraan dalam jarak jauh dan kemudian melakukan komando dan kontrol ruang pertempuran dalam operasi udara dengan mengarahkan pesawat tempur ke sasaran yang dikunci.
Pilihan atas ketiga pabrikan besar ini disampaikan KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna kepada para pemimpin redaksi dan wartawan di ruang VIP Lanud Adi Sucipto, Yogyakarta, Selasa (19/3/2019).
“Kita belum memutuskan, karena ini masuk ke dalam Renstra III TNI yang dimulai tahun depan, namun kita sudah melihat dan mendengarkan pemaparan dari ketiga pabrik itu terkait pesawat yang ditawarkan,” ujar KSAU.
Boeing 737 Wedgetail AEW&C [David Leonicer]
Renstra (Rencana Strategis) TNI merupakan aplikasi dari program MEF (Minimum Essential Force) yang merupakan gebrakan pemerintah pada subjek strategi pertahanan nasional.
Ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, MEF merupakan amanat pembangunan nasional di bidang pertahanan keamanan.
Implementasi MEF dibagi ke dalam tiga Renstra yaitu Renstra 1: 2010-2014, Renstra 2: 2015-2019, dan Renstra 3: 2020-2024.
Sasaran utama MEF adalah membangun komponen utama TNI sampai mencapai kekuatan pokok minimum sebagai postur pertahanan yang ideal dan disegani baik pada level regional maupun internasional.
Penekanan diberikan pada kata minimum yang merujuk pada fakta bahwa MEF tidak diarahkan kepada konsep perlombaan senjata maupun sebagai strategi pembangunan kekuatan untuk memenangkan perang secara total, melainkan sebagai satu bentuk kekuatan pokok yang memenuhi standar tertentu serta memiliki efek tangkal.
Meski masuk ke dalam Renstra III, terkait pengadaan pesawat AWACS ini Marsekal Yuyu mengaku tetap menyiapkannya dari sekarang.
KSAU menyebutkan salah satu contoh sistem yang ditawarkan Saab yaitu Erieye.
Sistem radar Erieye adalah Airborne Early Warning and Control System (AEW&C) yang dikembangkan Saab Electronic Defence Systems dari Swedia.
Erieye menggunakan teknologi radar AESA (active electronically scanned array). Sistem Erieye digunakan pada berbagai platform pesawat seperti Saab 340 dan Embraer R-99. Baru-baru ini bahkan diimplementasikan di pesawat Bombardier Global 6000 sebagai Globaleye.
Saab GlobalEye AEW&C [Flickr]
Hanya saja ditambahkan KSAU, pengadaan pesawat intai (AWACS) dan pesawat tanker masuk ke dalam Renstra III.
“Namun kami sudah masukkan, saya mulai proses dari sekarang dengan harapan untuk mempercepat supaya tidak terjadi (penumpukan pengadaan-Red) seperti sekarang, kita jajaki dari sekarang dan diharapkan begitu Januari 2020 anggaran ada, langsung kita proses. Supaya dapat tercapai tepat waktu,” ujar Yuyu menjelaskan secara detail.
Dari ketiga pabrikan yang menawarkan, untuk saat ini semua informasi yang sudah dipaparkan perwakilan pabrik dikumpulkan di bagian pengadaan TNI AU.
“Saab bisa pesawat dari mana dan radar dari mana, sedangkan Boeing dan Airbus pesawat dari mereka,” kata Yuyu.
“Semua sudah paparan di Srena dan di kantor saya, sudah intip-intip lah, namun semua harus proses dan saya tidak bisa menentukan sendiri. Karena sekarang saya membentuk tim yang bisa membantu menentukan pilihan jenis alutsista yang dibutuhkan,” ulasnya.
Menurut Yuyu, sejak menjadi KSAU ia membentuk Sidang Dewan Penentu Pengadaan disingkat Wantuada. Sidang yang dipimpin KSAU ini dihadiri oleh seluruh perwira tinggi berbintang 2 serta bintang 1 dan kolonel terkait.
“Sidang menyampaikan apa yang dibutuhkan sesuai kebutuhan pengguna,” tegas Yuyu.
“Terkait AWACS, untuk Wantuada belum dilaksanakan karena masuk Renstra tahun depan, sehingga baru mendengarkan presentasi dari mereka dan dikolek di Disada (Dinas Pengadaan Angkatan Udara),” ungkap KSAU Marsekal Yuyu Sutisna.
Kita nantikan tahun depan, kemana pilihan akan dijatuhkan oleh TNI AU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.