Jumat, 13 Maret 2020

Inhan Harusnya Tidak Rugi

PT PAL diberi tugas untuk menggarap dua kapal fregat senilai Rp 11 triliun dalam lima tahun ke depan Ilustrasi Fregat Iver Huitfeldt class, Proyek PT PAL yang akan bekerja sama dengan Denmark untuk ToT [Brian Aitkenhead]

Mengembangkan industri pertahanan menjadi tugas utama Wahyu Sakti Trenggono sebagai Wakil Menteri Pertahanan. Dia yang dijuluki 'Juragan Menara' harus membenahi setidaknya tiga industri pertahanan strategis yakni PT Pindad (Perindustrian TNI Angkatan Darat), PT PAL (Penataran Angkatan Laut), dan PT Dirgantara Indonesia (DI).

Dalam tiga bulan pertama sebagai wakil menteri, dia tak cuma mempelajari sejumlah undang-undang terkait sebagai pijakan, juga menemukenali berbagai permasalahan di ketiga perusahaan tersebut.

"Saya tiga bulan pertama itu ketika diberi tugas oleh beliau (Jokowi) langsung belajar menyeluruh seperti kuliah 16 SKS," kata Trenggono kepada Tim Blak-blakan detik.com.

Dari kajiannya, alumnus Teknik Industri Institut Teknologi Bandung itu optimistis ketiga industri pertahanan tersebut dapat berkembang lebih maju. Syaratnya, antara lain dukungan penuh dari pemerintah, memodernisasi alat produksi, dan meningkatkan kapasitas manajemen di dalamnya.

Sebagai bentuk dukungan pemerintah, kata lelaki kelahiran Semarang, 3 November 1962 tersebut, berbagai sarana angkutan udara TNI ke depan akan menggunakan produk PT DI. Khusus PT PAL diberi tugas untuk menggarap dua kapal fregat senilai 720 juta USD atau sekitar Rp 11 triliun dalam lima tahun ke depan.

Proyek ini bekerja sama dengan Denmark untuk transfer teknologi, dan dikerjakan sepenuhnya di galangan kapal PT PAL di Surabaya.

"PAL ini seharusnya menjadi perusahaan perkapalan nasional yang paling hebat di kawasan. Nah, harusnya gak ada cerita dia rugi itu, gak ada. Kalau sampai dia rugi pasti ada salah manajemen," kata Trenggono.

Kepada PT Pindad dia secara khusus meminta agar sejumlah peralatan produksi, khususnya di sektor amunisi dan peluru dibuat dengan mesin yang lebih canggih. Sebab kebutuhan peluru untuk TNI/Polri per tahun mencapai satu miliar butir. Tapi kapasitas produksi Pindad selama ini hanya 250 juta butir peluru.

"Ternyata alat produksinya jadul banget, buatan 1960. Coba bayangin dari zaman gue (baru) lahir (1962) mesin itu masih dipakai," kata Trenggono diiringi tawa.

Dengan berbagai stimulus dan pembenahan yang akan dilakukan, Master Manajemen dari ITB itu berharap industri pertahanan nasional bisa meningkatkan kapasitas produksinya selain terus meningkatkan kualitas yang sudah teruji.

Pada bagian lain, Trenggono juga berbicara ikhwal perang masa depan yang akan lebih banyak melibatkan teknologi Artifical Intelligent dan kendali jarak jauh. "Nanti alat perang itu tinggal pencet remote saja seperti dalam permainan game," ujarnya.

Bagaimana kesiapan para ahli industri pertahanan di tanah air menghadapi tantangan tersebut? Selengkapnya, saksikan Blak-blakan Wahyu Sakti Trenggono, "3 Industri Pertahanan Unggulan" di detik.com, Jumat (13/3/2020).

  ★ detik  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...