Modernisasi 41 KRI dan alih teknologiIlustrasi KRI TNI AL ☆
Industri pertahanan Indonesia bekerja sama dengan penyedia teknologi navigasi asal Jerman, Anschütz untuk peremajaan dan modernisasi 41 kapal perang (KRI) termasuk kapal selam.
Dalam proses modernisasi itu, Anschütz menegaskan ada alih teknologi terutama dalam pemeliharaan dan pelatihan sistem navigasi kapal yang dalam praktiknya bekerja sama dengan perusahaan dalam negeri PT Cipta Teknologi Persada.
Direktur Utama PT Cipta Teknologi Persada Asmui Mansur saat dihubungi di Jakarta, Jumat, menyebut kerja sama antara perusahaannya dan Anschütz ditandatangani pada Kamis (9/11).
Dalam kontrak kerja sama itu, keduanya sepakat ada program pelatihan yang dibuat oleh Anschütz untuk teknisi-teknisi Indonesia.
Asmui mengatakan nantinya pendidikan dan pelatihan itu, termasuk terkait pemeliharaan, juga melibatkan prajurit TNI AL.
“Selama ini kami cukup berhasil dalam instalasi, integrasi, dan pengoperasian produk dari Anschütz di armada (TNI) Angkatan Laut. Semoga kerja sama ini bisa ditingkatkan dengan semakin mudahnya memperoleh produk Anschütz di dalam negeri,” kata Asmui.
Dia menambahkan teknologi Anschütz saat ini cukup banyak digunakan dalam kapal-kapal perang RI. Anschütz pun saat ini dikenal sebagai salah satu pemasok utama teknologi navigasi dan elektronika kapal, di antaranya gyro inertial, warship electronic chart display and information system (WECDIS), dan integrated bridge and navigation system (IBNS).
Direktur Utama Anschütz untuk ASEAN dan Timur Jauh Ron Lee Chor Yong menyambut baik kerja sama itu, menekankan ketersediaan produk menjadi faktor kunci dalam proses modernisasi, terutama pada masa darurat dan transisi dari masa damai ke masa perang. Sementara itu, terkait alih teknologi, Ron menjelaskan arah bisnis perusahaan ke depan ingin melibatkan perusahaan-perusahaan skala kecil di Indonesia untuk terlibat dalam perakitan skala kecil.
“Dalam jangka panjang, kami berharap dapat membangun pusat desain dan teknik di Indonesia yang melibatkan Angkatan Laut, pemerintah setempat, yang nanti produknya dapat diekspor ke negara lain,” kata Ron.
Lingkup modernisasi kapal KRI John Lie MRLF di Surabaya (PAL)
Dalam proyek peremajaan 41 kapal TNI AL, Kementerian Pertahanan RI menunjuk PT PAL Indonesia (Persero) sebagai lead integrator (kontraktor utama).
Direktur Utama PT PAL Indonesia Kaharuddin Djenod dalam siaran resmi perusahaan pada 2 November 2022 menjelaskan PT PAL tidak hanya berperan sebagai kontraktor tunggal dalam proyek peremajaan itu, tetapi juga bertugas menggali potensi industri maritim di Indonesia terutama galangan kapal di dalam negeri.
Proyek peremajaan kapal TNI AL yang masuk dalam kontrak kerja sama Kementerian Pertahanan dan PT PAL mencakup kapal berjenis Fast Patrol Boat (FPB) Class, Parchim Class, Corvet Fatahillah Class, PKR Class, KCR Class, Sigma Class dan MRLF Bung Tomo Class.
Proyek itu, yang berlangsung dalam skema tahun jamak (multi-years), juga mencakup ship conversion, pemasangan rudal surface-to-surface-missile (SSM), serta penambahan senjata yang terintegrasi dalam Combat Management System (CMS) maupun re-powering sistem guna mengembalikan fungsi asasi dan meningkatkan performa kapal kombatan utama.
Untuk kapal perang sejenis KCR (kapal cepat rudal) dan PKR (kapal perang perusak) juga akan dimodernisasi sistem navigasi dan komunikasinya.
Per 21 Agustus 2023, Wakil Kepala Staf TNI AL, saat itu masih dijabat oleh Laksamana Madya TNI Ahmadi Heri Purwono menyebut ada tujuh kapal yang masuk tahap peremajaan dan modernisasi.
“Ini sekarang sedang berproses. Saya kira semuanya sudah bekerja, dan saya lihat ada di beberapa galangan, dibagi-bagi di galangan dalam negeri. Ada tujuh kapal yang sekarang ini sedang dikerjakan,” kata Ahmadi saat masih menjabat Wakasal.
Industri pertahanan Indonesia bekerja sama dengan penyedia teknologi navigasi asal Jerman, Anschütz untuk peremajaan dan modernisasi 41 kapal perang (KRI) termasuk kapal selam.
Dalam proses modernisasi itu, Anschütz menegaskan ada alih teknologi terutama dalam pemeliharaan dan pelatihan sistem navigasi kapal yang dalam praktiknya bekerja sama dengan perusahaan dalam negeri PT Cipta Teknologi Persada.
Direktur Utama PT Cipta Teknologi Persada Asmui Mansur saat dihubungi di Jakarta, Jumat, menyebut kerja sama antara perusahaannya dan Anschütz ditandatangani pada Kamis (9/11).
Dalam kontrak kerja sama itu, keduanya sepakat ada program pelatihan yang dibuat oleh Anschütz untuk teknisi-teknisi Indonesia.
Asmui mengatakan nantinya pendidikan dan pelatihan itu, termasuk terkait pemeliharaan, juga melibatkan prajurit TNI AL.
“Selama ini kami cukup berhasil dalam instalasi, integrasi, dan pengoperasian produk dari Anschütz di armada (TNI) Angkatan Laut. Semoga kerja sama ini bisa ditingkatkan dengan semakin mudahnya memperoleh produk Anschütz di dalam negeri,” kata Asmui.
Dia menambahkan teknologi Anschütz saat ini cukup banyak digunakan dalam kapal-kapal perang RI. Anschütz pun saat ini dikenal sebagai salah satu pemasok utama teknologi navigasi dan elektronika kapal, di antaranya gyro inertial, warship electronic chart display and information system (WECDIS), dan integrated bridge and navigation system (IBNS).
Direktur Utama Anschütz untuk ASEAN dan Timur Jauh Ron Lee Chor Yong menyambut baik kerja sama itu, menekankan ketersediaan produk menjadi faktor kunci dalam proses modernisasi, terutama pada masa darurat dan transisi dari masa damai ke masa perang. Sementara itu, terkait alih teknologi, Ron menjelaskan arah bisnis perusahaan ke depan ingin melibatkan perusahaan-perusahaan skala kecil di Indonesia untuk terlibat dalam perakitan skala kecil.
“Dalam jangka panjang, kami berharap dapat membangun pusat desain dan teknik di Indonesia yang melibatkan Angkatan Laut, pemerintah setempat, yang nanti produknya dapat diekspor ke negara lain,” kata Ron.
Lingkup modernisasi kapal KRI John Lie MRLF di Surabaya (PAL)
Dalam proyek peremajaan 41 kapal TNI AL, Kementerian Pertahanan RI menunjuk PT PAL Indonesia (Persero) sebagai lead integrator (kontraktor utama).
Direktur Utama PT PAL Indonesia Kaharuddin Djenod dalam siaran resmi perusahaan pada 2 November 2022 menjelaskan PT PAL tidak hanya berperan sebagai kontraktor tunggal dalam proyek peremajaan itu, tetapi juga bertugas menggali potensi industri maritim di Indonesia terutama galangan kapal di dalam negeri.
Proyek peremajaan kapal TNI AL yang masuk dalam kontrak kerja sama Kementerian Pertahanan dan PT PAL mencakup kapal berjenis Fast Patrol Boat (FPB) Class, Parchim Class, Corvet Fatahillah Class, PKR Class, KCR Class, Sigma Class dan MRLF Bung Tomo Class.
Proyek itu, yang berlangsung dalam skema tahun jamak (multi-years), juga mencakup ship conversion, pemasangan rudal surface-to-surface-missile (SSM), serta penambahan senjata yang terintegrasi dalam Combat Management System (CMS) maupun re-powering sistem guna mengembalikan fungsi asasi dan meningkatkan performa kapal kombatan utama.
Untuk kapal perang sejenis KCR (kapal cepat rudal) dan PKR (kapal perang perusak) juga akan dimodernisasi sistem navigasi dan komunikasinya.
Per 21 Agustus 2023, Wakil Kepala Staf TNI AL, saat itu masih dijabat oleh Laksamana Madya TNI Ahmadi Heri Purwono menyebut ada tujuh kapal yang masuk tahap peremajaan dan modernisasi.
“Ini sekarang sedang berproses. Saya kira semuanya sudah bekerja, dan saya lihat ada di beberapa galangan, dibagi-bagi di galangan dalam negeri. Ada tujuh kapal yang sekarang ini sedang dikerjakan,” kata Ahmadi saat masih menjabat Wakasal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.