Baru di ketahui setelah dua hari diduduki, total selama 23 hari lapangan terbang perintis di Kapeso, Distrik Mamberamo Hilir, Propinsi Papua, diduduki kelompok Decky Embiri. Seperti di ungkap Kepala kepolisian Daerah Papua Irjen Polisi FX Bagus Ekodanto, pendudukan ini baru diketahui Polda pada 15 Mei 2009. Kelompok yang beranggotakan sekitar 70 orang dan dilengkapi senjata api, parang dan panah ini sengaja menduduki lapangan terbang agar mendapat perhatian luas. Selain menduduki lapangan terbang, Decky dan kelompoknya juga merekrut sekitar 150 pemuda kampung untuk bergabung menguasai bandara.
Bandara Perintis Papua Dikuasai OPM
Organisasi Papua Merdeka (OPM) menguasai Bandara Perintis di Desa
Kasepo, Distrik Mambrano Hilir, Kabupaten Mambrano Raya, Papua. Untuk
mengatasi hal tersebut, Kepolisian Daerah Papua memutuskan untuk
mengirim tiga regu Detasemen Khusus 88 Antiteror ke lokasi.
Namun, menurut Juru Bicara Kepolisian Daerah Papua, Ajun Komisaris Besar Nur Habri tak mudah untuk mengirimkan pasukan ke lokasi yang dikelilingi hutan belantara. "Menuju ke sana hanya dapat ditempuh dengan pesawat kecil jenis Cessna berpenumpang empat orang atau menyisir sungai yang alirannya deras," kata dia Selasa 19 Mei 2009.
Pasukan Densus 88, tambah dia, akan memilih jalan sungai. Tak hanya akses jalan yang sulit, ditambahkan dia, hubungan komunikasi dengan lokasi juga sulit. "Harus dengan radio SSB, itupun sering terputus," tambah dia.
Bandara perintis di Desa Kasepo dikuasai gerombolan OPM sejak Minggu 19 Mei 2009. Sampai saat ini bendera bintang kejora masih berkibar di sana.
Polda Papua sedang berusaha masuk ke lokasi, tetapi karena kendala geografis Papua yang sulit, pergerakan pasukan tidak bisa cepat.
Menurut informasi, kelompok OPM menguasai bandara perintis tersebut sebagai protes penahanan rekan mereka yang ditahan aparat keamanan. Mereka meminta para tahanan tersebut dibebaskan.
Bandara Perintis Dikuasai Kelompok Bersenjata
Anggota Polda Papua sedang berusaha masuk ke lokasi.
Juru bicara Kepolisian Daerah Papua, AKBP Nur Habri mengatakan anggota Organisasi Papua Merdeka menguasai Bandara Perintis di Desa Kasepo, Distrik Mambrano Hilir, Kabupaten Mambrano Raya, Papua.
“Sejak Minggu (19 Mei 2009) hingga sekarang ini Bandara Perintis bendera masih berkibar di sana,” kata Nur Habri, Senin 18 Mei 2009.
Nur Habri mengatakan anggota Polda Papua sedang berusaha masuk ke lokasi, tetapi karena kendala geografis Papua yang sulit, pergerakan pasukan tidak bisa cepat. Untuk masuk ke daerah itu, harus menggunakan pesawat atau perahu cepat lewat sungai.
Nur Habri juga mengatakan pemberitaan yang menyebutkan organisasi separatis menguasai Bandara Kaisepo di Biak tidak benar.
Polisi Kirim Tiga Regu Pasukan Densus 88
Lokasi hanya bisa ditempuh dengan dua cara, dengan pesawat Cessna atau menyusuri sungai. Brimob di Jayawijaya (Foto Commando) |
Namun, menurut Juru Bicara Kepolisian Daerah Papua, Ajun Komisaris Besar Nur Habri tak mudah untuk mengirimkan pasukan ke lokasi yang dikelilingi hutan belantara. "Menuju ke sana hanya dapat ditempuh dengan pesawat kecil jenis Cessna berpenumpang empat orang atau menyisir sungai yang alirannya deras," kata dia Selasa 19 Mei 2009.
Pasukan Densus 88, tambah dia, akan memilih jalan sungai. Tak hanya akses jalan yang sulit, ditambahkan dia, hubungan komunikasi dengan lokasi juga sulit. "Harus dengan radio SSB, itupun sering terputus," tambah dia.
Bandara perintis di Desa Kasepo dikuasai gerombolan OPM sejak Minggu 19 Mei 2009. Sampai saat ini bendera bintang kejora masih berkibar di sana.
Polda Papua sedang berusaha masuk ke lokasi, tetapi karena kendala geografis Papua yang sulit, pergerakan pasukan tidak bisa cepat.
Menurut informasi, kelompok OPM menguasai bandara perintis tersebut sebagai protes penahanan rekan mereka yang ditahan aparat keamanan. Mereka meminta para tahanan tersebut dibebaskan.
Bandara Perintis Dikuasai Kelompok Bersenjata
Kasus ini baru diketahui Polda pada 15 Mei 2009 lalu atau dua hari setelah pendudukan.
Kepala Kepolisian Daerah Papua Irjen Polisi FX Bagus Ekodanto mengatakan Bandara Perintis di desa Kapeso Distrik Mamberamo Hilir, Kabupaten Mamberamo Raya sudah diduduki kelompok bersenjata pimpinan Decky Embiri, Cosmos Makamuri dan Alex Makamuri sejak Rabu 13 Mei 2009. Namun, baru diketahui Jumat 15 Mei 2009.
“Sedangkan pada Minggu-nya, Bupati Mambramo Raya Demianus Kyu-kyu bersama sejumlah tokoh masyarakat datang ke Polda meminta untuk bantuan menghentikan aksi kelompok bersenjata tersebut,’’ ujar Ekodanto.
Menurut Ekodanto kelompok itu beranggotakan kurang lebih 70 orang dengan menggunakan senjata antara lain jenis AK, FN, Minimi, senjata rakitan serta sejumlah panah dan parang. Sejak menduduki bandara, mereka juga merekut 150 pemuda kampung untuk bergabung dengan mereka menguasai Bandara. “Ratusan pemuda berhasil mereka rekrut menjadi anggota mereka,’’ kata dia.
Kelompok itu juga mengintimidasi warga kampung, agar tidak meninggalkan kampung hingga batas waktu yang tidak ditentukan.
Setelah mengirim pasukan Detasemen Khusus 88, kata Kapolda, pihaknya juga akan mendrop pasukan Brimob, dan rencananya akan diberangkatakan Rabu (20/5) dengan menggunakan kapal perintis Papua 2, untuk bernegoisasi dengan kelompok tersebut. “Kami tetap kedepankan cara persuasif, namun jika menemui kebuntuan jelas akan menggunakan cara lain,” katanya.
Dikatakan, jarak tempuh kapal Papua 2 dari Jayapura menuju lokasi pendudukan kurang lebih 2 hari. Dan di kampung Kapeso sama sekali tidak ada pos Polisi, yang ada hanya di Kampung Simisi yang jaraknya 4 jam jika menggunakan kapal. Daerah tersebut, benar-benar masih terisolir.
Kepala Kepolisian Daerah Papua Irjen Polisi FX Bagus Ekodanto mengatakan Bandara Perintis di desa Kapeso Distrik Mamberamo Hilir, Kabupaten Mamberamo Raya sudah diduduki kelompok bersenjata pimpinan Decky Embiri, Cosmos Makamuri dan Alex Makamuri sejak Rabu 13 Mei 2009. Namun, baru diketahui Jumat 15 Mei 2009.
“Sedangkan pada Minggu-nya, Bupati Mambramo Raya Demianus Kyu-kyu bersama sejumlah tokoh masyarakat datang ke Polda meminta untuk bantuan menghentikan aksi kelompok bersenjata tersebut,’’ ujar Ekodanto.
Menurut Ekodanto kelompok itu beranggotakan kurang lebih 70 orang dengan menggunakan senjata antara lain jenis AK, FN, Minimi, senjata rakitan serta sejumlah panah dan parang. Sejak menduduki bandara, mereka juga merekut 150 pemuda kampung untuk bergabung dengan mereka menguasai Bandara. “Ratusan pemuda berhasil mereka rekrut menjadi anggota mereka,’’ kata dia.
Kelompok itu juga mengintimidasi warga kampung, agar tidak meninggalkan kampung hingga batas waktu yang tidak ditentukan.
Setelah mengirim pasukan Detasemen Khusus 88, kata Kapolda, pihaknya juga akan mendrop pasukan Brimob, dan rencananya akan diberangkatakan Rabu (20/5) dengan menggunakan kapal perintis Papua 2, untuk bernegoisasi dengan kelompok tersebut. “Kami tetap kedepankan cara persuasif, namun jika menemui kebuntuan jelas akan menggunakan cara lain,” katanya.
Dikatakan, jarak tempuh kapal Papua 2 dari Jayapura menuju lokasi pendudukan kurang lebih 2 hari. Dan di kampung Kapeso sama sekali tidak ada pos Polisi, yang ada hanya di Kampung Simisi yang jaraknya 4 jam jika menggunakan kapal. Daerah tersebut, benar-benar masih terisolir.
Brimob-Kelompok di Papua Kontak Senjata
Saat negosiasi menemui jalan buntu, anggota Brimob diserang ketika berada di Kampung Subu.
Negosiasi aparat keamanan, tokoh masyarakat, dan agama di Mamberamo Raya, Papua, dengan kelompok bersenjata pimpinan Decky Embiri, Cosmas Makamuri, dan Alex Makamuri mengalami jalan buntu.
Bahkan, perundingan yang dilakukan di atas perahu di Sungai Mamberamo, Papua, itu sempat diwarnai kontak senjata.
Iring-iringan pasukan Sat Brimob Polda Papua yang menggunakan speedboat, dicegat dan diserang kelompok bersenjata sekitar pukul 06.00 WIT. Peristiwa itu terjadi hanya beberapa ratus meter dari Kampung Kapeso.
Kontak senjata tidak terhindarkan dan pasukan Brimob kemudian membalas serangan tersebut.
“Saat negosiasi menemui jalan buntu, anggota kami diserang ketika berada di Kampung Subu," kata Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Papua Irjen Pol FX Bagus Ekodanto kepada wartawan di ruang kerjanya, Sabtu 23 Mei 2009.
Kapolda menambahkan, aksi saling serang berlangsung tidak seimbang, karena kelompok bersenjata hanya menggunakan panah dan parang. Mereka akhirnya mundur dan kembali masuk ke hutan.
Namun, pasukan Brimob berhasil mengamankan sejumlah barang bukti di lokasi kejadian, antara lain, tiga buah busur, anak panah, dan parang, serta foto.
Selain itu, ditemukan lima tas berisi panah serta amunisi senjata rakitan dan satu kartu anggota TPN/OPM atas nama AM dengan status penembak 04, yang dikeluarkan 2005 oleh Richard Yuweni.
Kendati terjadi serangan dari kelompok bersenjata, Kapolda tetap akan mengedepankan cara-cara persuasif, yakni dengan melibatkan tokoh agama, adat, serta masyarakat dalam proses negosiasi.
“Kami masih ingin berunding hingga Minggu (24 Mei) besok. Tapi, jika tetap buntu, kami akan tempuh langkah lain,’’ ujarnya.
Menurut Kapolda, kelompok bersenjata meminta tokoh masyarakat adat dan agama tidak ikut campur dalam proses perundingan.
Sementara itu, ketika dikonfirmasi mengenai tuntutan kelompok tersebut, Dandim 1712 Sarmi kepada VIVAnews mengatakan, aksi itu hanya karena kesalahpahaman.
Namun, Kapolda menilai, aksi itu bukan karena kesalahpahaman. “Bagaimana mungkin ini hanya salah paham, lapangan terbang sudah dikuasai hampir dua minggu,’’ ujarnya.
Saat ini, Kapolda melanjutkan, kelompok bersenjata itu masih menguasai lapangan terbang Kapeso distrik Mamberamo Hilir, Kabupaten Mamberamo Raya.
Selain menguasai lapangan terbang, mereka juga mengibarkan bendera Bintang Kejora, sebagai simbol Papua Merdeka dan mengintimidasi masyarakat setempat.
Negosiasi aparat keamanan, tokoh masyarakat, dan agama di Mamberamo Raya, Papua, dengan kelompok bersenjata pimpinan Decky Embiri, Cosmas Makamuri, dan Alex Makamuri mengalami jalan buntu.
Bahkan, perundingan yang dilakukan di atas perahu di Sungai Mamberamo, Papua, itu sempat diwarnai kontak senjata.
Iring-iringan pasukan Sat Brimob Polda Papua yang menggunakan speedboat, dicegat dan diserang kelompok bersenjata sekitar pukul 06.00 WIT. Peristiwa itu terjadi hanya beberapa ratus meter dari Kampung Kapeso.
Kontak senjata tidak terhindarkan dan pasukan Brimob kemudian membalas serangan tersebut.
“Saat negosiasi menemui jalan buntu, anggota kami diserang ketika berada di Kampung Subu," kata Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Papua Irjen Pol FX Bagus Ekodanto kepada wartawan di ruang kerjanya, Sabtu 23 Mei 2009.
Kapolda menambahkan, aksi saling serang berlangsung tidak seimbang, karena kelompok bersenjata hanya menggunakan panah dan parang. Mereka akhirnya mundur dan kembali masuk ke hutan.
Namun, pasukan Brimob berhasil mengamankan sejumlah barang bukti di lokasi kejadian, antara lain, tiga buah busur, anak panah, dan parang, serta foto.
Selain itu, ditemukan lima tas berisi panah serta amunisi senjata rakitan dan satu kartu anggota TPN/OPM atas nama AM dengan status penembak 04, yang dikeluarkan 2005 oleh Richard Yuweni.
Kendati terjadi serangan dari kelompok bersenjata, Kapolda tetap akan mengedepankan cara-cara persuasif, yakni dengan melibatkan tokoh agama, adat, serta masyarakat dalam proses negosiasi.
“Kami masih ingin berunding hingga Minggu (24 Mei) besok. Tapi, jika tetap buntu, kami akan tempuh langkah lain,’’ ujarnya.
Menurut Kapolda, kelompok bersenjata meminta tokoh masyarakat adat dan agama tidak ikut campur dalam proses perundingan.
Sementara itu, ketika dikonfirmasi mengenai tuntutan kelompok tersebut, Dandim 1712 Sarmi kepada VIVAnews mengatakan, aksi itu hanya karena kesalahpahaman.
Namun, Kapolda menilai, aksi itu bukan karena kesalahpahaman. “Bagaimana mungkin ini hanya salah paham, lapangan terbang sudah dikuasai hampir dua minggu,’’ ujarnya.
Saat ini, Kapolda melanjutkan, kelompok bersenjata itu masih menguasai lapangan terbang Kapeso distrik Mamberamo Hilir, Kabupaten Mamberamo Raya.
Selain menguasai lapangan terbang, mereka juga mengibarkan bendera Bintang Kejora, sebagai simbol Papua Merdeka dan mengintimidasi masyarakat setempat.
Mengapa Polisi Tak Bekuk Penyandera Bandara
Kelompok separatis menggunakan sekitar 150 warga dan pemuda sebagai tameng.
Tiga orang diduga anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) menyandera Bandara Perintis Kapeso di Mamberamo Raya, Papua. Mereka menggunakan sekitar 150 warga dan pemuda sebagai tameng.
Juru Bicara Kepolisian RI, Inspektur Jenderal Abubakar Nataprawira mengatakan bandara sampai saat ini masih dikuasai kelompok separatis. "Kita melakukan tindakan persuasif dulu," kata Abubakar, Senin 25 Mei 2009. Polisi, tambah dia, belum melakukan tindakan kepolisian, yakni menangkap atau membubarkan kelompok penyandera.
Mengapa? "Kita berpikir disitu ada masyarakat, kalau melakukan tindakan kepolisian, akan ada kontak senjata yang akan menimbulkan korban," kata Abubakar. Polisi, lanjut dia, saat ini sedang berkoordinasi dengan pemuda, tokoh adat, tokoh gereja untuk bernegosiasi, meski negosiasi pertama, Sabtu (23/5) tak berhasil.
Ditambahkan dia, jangan sampai ada korban dari kedua belah pihak, termasuk masyarakat. "Dari mereka hanya ada tiga orang. Jangan sampai mereka bersembunyi di antara 150 pemuda, lalu ada pemuda yang jadi korban," tambah dia.
Menurut Abubakar pasukan brigadir mobil (Brimob) baik dari Mako Brimob Kelapa Dua dan Kepolisian Daerah Papua sudah dikirimkan ke lokasi. "Baru beberapa hari lalu sampai, melewati sungai yang penuh kayu gelondongan. Pasukan jalan dua hari dua malam," kata Abubakar.
Ditambahkan dia, pada Sabtu 23 Mei 2009, ada kontak senjata antara pasukan dan kelompok separatis. "Sebagian mereka lari ke hutan, ada yang meninggalkan busur panah, anak panah, parang, pakaian seragam dan tiga pegas untuk senjata api," tambah Abubakar.
Bandara perintis di Desa Kasepo dikuasai gerombolan OPM sejak Minggu 19 Mei 2009. Sampai saat ini bendera bintang kejora masih berkibar di sana.
Brimob Terkena Panah OPM
Juru Bicara Kepolisian RI, Inspektur Jenderal Abubakar Nataprawira mengatakan bandara sampai saat ini masih dikuasai kelompok separatis. "Kita melakukan tindakan persuasif dulu," kata Abubakar, Senin 25 Mei 2009. Polisi, tambah dia, belum melakukan tindakan kepolisian, yakni menangkap atau membubarkan kelompok penyandera.
Mengapa? "Kita berpikir disitu ada masyarakat, kalau melakukan tindakan kepolisian, akan ada kontak senjata yang akan menimbulkan korban," kata Abubakar. Polisi, lanjut dia, saat ini sedang berkoordinasi dengan pemuda, tokoh adat, tokoh gereja untuk bernegosiasi, meski negosiasi pertama, Sabtu (23/5) tak berhasil.
Ditambahkan dia, jangan sampai ada korban dari kedua belah pihak, termasuk masyarakat. "Dari mereka hanya ada tiga orang. Jangan sampai mereka bersembunyi di antara 150 pemuda, lalu ada pemuda yang jadi korban," tambah dia.
Menurut Abubakar pasukan brigadir mobil (Brimob) baik dari Mako Brimob Kelapa Dua dan Kepolisian Daerah Papua sudah dikirimkan ke lokasi. "Baru beberapa hari lalu sampai, melewati sungai yang penuh kayu gelondongan. Pasukan jalan dua hari dua malam," kata Abubakar.
Ditambahkan dia, pada Sabtu 23 Mei 2009, ada kontak senjata antara pasukan dan kelompok separatis. "Sebagian mereka lari ke hutan, ada yang meninggalkan busur panah, anak panah, parang, pakaian seragam dan tiga pegas untuk senjata api," tambah Abubakar.
Bandara perintis di Desa Kasepo dikuasai gerombolan OPM sejak Minggu 19 Mei 2009. Sampai saat ini bendera bintang kejora masih berkibar di sana.
Brimob Terkena Panah OPM
Hingga berita ini diturunkan, panah yang menyangkut di kepalanya belum bisa dilepas.
Seorang anggota Polisi dari kesatuan Brigade Mobil terkena panah dalam kerusuhan di Desa Kapeso Distrik Mamberamo Hilir, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Ini merupakan buntut pendudukan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Banda Udara Perintis di desa itu.
Menurut sumber VIVAnews di tempat kejadian perkara, sekitar pukul 20.00 WIT, sejumlah Brimob melakukan patroli di Kapeso. "Tiba-tiba muncul anak panah dan mengenai kepala salah satu anggota Brimob," kata dia kepada VIVAnews, di Mamberamo, Selasa dini hari, 26 Mei 2009.
Brimob nahas itu hingga kini masih di desa itu. Hingga berita ini diturunkan, anak panah yang menyangkut di kepalanya belum bisa dilepas.
Kepala Humas Kepolisian Daerah Papua AKBP Nur Habri belum bisa dikonfirmasi. Ponsel yang dihubungi tidak diangkat.
Anggota Polisi Papua Dipanah di Pelipis
Anak panah menancap sedalam sekitar 15 sentimeter.
Seorang anggota Polisi dari kesatuan Brigade Mobil terkena panah dalam kerusuhan di Desa Kapeso Distrik Mamberamo Hilir, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Ini merupakan buntut pendudukan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Banda Udara Perintis di desa itu.
Menurut sumber VIVAnews di tempat kejadian perkara, sekitar pukul 20.00 WIT, sejumlah Brimob melakukan patroli di Kapeso. "Tiba-tiba muncul anak panah dan mengenai kepala salah satu anggota Brimob," kata dia kepada VIVAnews, di Mamberamo, Selasa dini hari, 26 Mei 2009.
Brimob nahas itu hingga kini masih di desa itu. Hingga berita ini diturunkan, anak panah yang menyangkut di kepalanya belum bisa dilepas.
Kepala Humas Kepolisian Daerah Papua AKBP Nur Habri belum bisa dikonfirmasi. Ponsel yang dihubungi tidak diangkat.
Anggota Polisi Papua Dipanah di Pelipis
Anak panah menancap sedalam sekitar 15 sentimeter.
Brigadir
Satu Sukarno, anggota Polres Sarmi, Papua, terkena anak panah di bagian
pelipis ketika berpatroli di dekat lapangan terbang Perintis, Kampung
Kapeso, Distrik Mamberamo Hilir, Kabupaten Mamberamo Raya, Papua, yang
sekarang dikuasai sekelompok orang bersenjata.
PLH Hubungan Masyarkat Kepolisisan Daerah Papua, AKBP Nur Habri mengatakan Sukarno diserang ketika sedang bergerak bersama tim di kanal Sawandi Kampung Bagusa Sungai Mamberamo yang berdekatan dengan Kampung Kapeso, Senin 25 Mei 2009 pukul 20.00 WIT.
Nur Habri mengatakan anak panah itu menancap sedalam sekitar 15 sentimeter ke dalam kepala Sukarno. Dan menduga pelakunya adalah anggota kelompok bersenjata yang sekarang ini masih bercokol di lapangan terbang Perintis, Kapeso.
Sukarno sekarang ini sedang dievakuasi dari lokasi menuju Jayapura. Proses evakuasi agak lambat karena medan yang dilalui tim penyelamat sangat sulit.
Nur Habri mengatakan patroli polisi di sekitar Desa Kapeso dilakukan atas permintaan masyarakat yang selama ini merasa terganggu oleh aksi kelompok bersenjata itu.
PLH Hubungan Masyarkat Kepolisisan Daerah Papua, AKBP Nur Habri mengatakan Sukarno diserang ketika sedang bergerak bersama tim di kanal Sawandi Kampung Bagusa Sungai Mamberamo yang berdekatan dengan Kampung Kapeso, Senin 25 Mei 2009 pukul 20.00 WIT.
Nur Habri mengatakan anak panah itu menancap sedalam sekitar 15 sentimeter ke dalam kepala Sukarno. Dan menduga pelakunya adalah anggota kelompok bersenjata yang sekarang ini masih bercokol di lapangan terbang Perintis, Kapeso.
Sukarno sekarang ini sedang dievakuasi dari lokasi menuju Jayapura. Proses evakuasi agak lambat karena medan yang dilalui tim penyelamat sangat sulit.
Nur Habri mengatakan patroli polisi di sekitar Desa Kapeso dilakukan atas permintaan masyarakat yang selama ini merasa terganggu oleh aksi kelompok bersenjata itu.
Kepolisian Papua telah menyewa kapal untuk mengangkut personel Brimob ke lokasi.
Tiga orang diduga anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) masih menduduki bandara Perintis Kapeso di Mamberamo Raya, Papua. Kepala Kepolisian Papua, Inspektur Jenderal Bagus Ekodanto mengatakan polisi masih memilih jalan damai yakni negosiasi.
Meski demikian polisi tetap siaga. Kepolisian Papua telah menyewa kapal untuk mengangkut personel brigadir mobil (Brimob) ke lokasi. "Untuk mem-back up pasukan yang sudah ada di lokasi," kata Bagus Ekodanto kepada VIVAnews, Senin 25 Mei 2009.
Kapal dan pasukan akan diberangkatkan hari ini ke Memberamo Raya. Tuntutan sementara yang diterima polisi, para penyandera mengaku kecewa dengan pemerintah daerah Memberamo Raya. "Disinyalir kemungkinan pembangunan yang tidak merata," tambah dia.
Secara terpisah, Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Rivai Darus mengatakan pemerintah Papua harus segera mengambil langkah dialog dengan tokoh-tokoh setempat termasuk Polda dan Pangda untuk mencegah agar kerusuhan tak terus-menerus terjadi. "Saat ini pemda terkesan melakukan pembiaran dan melempar tanggung jawab keamanan pada Polri dan TNI," kata dia.
Sebelumnya, Juru Bicara Kepolisian RI, Inspektur Jenderal Abubakar Nataprawira mengatakan tindakan kepolisian belum akan dilakukan. Polisi, kata dia, menghindari ada nyawa yang jadi korban sebab tiga penyandera menjadikan sekitar 150 pemuda menjadi tameng.
Bandara perintis di Desa Kasepo dikuasai gerombolan OPM sejak Minggu 19 Mei 2009. Sampai saat ini bendera bintang kejora masih berkibar di sana.
Mereka belum menyampaikan tuntutan apapun terkait aksi pendudukan bandara Perintis.
Situasi di Desa Kapeso, Distrik Mambramo Hilir, Kabupaten Mamberamo Raya, Papua, memanas sejak sekelompok orang bersenjata menguasai lapangan terbang Perintis. Hari ini, Markas Besar Polri memberangkatkan dua peleton pasukan dan satu regu Detasemen Khusus ke sana.
Pemberangkatan pasukan keamanan dilepas oleh Deputi Ops Markas Besar Polri, Inspektur Jenderal SY Wenas dan Kepala Polisi Daerah Papua, Inspektur Jenderal Bagus Ekodanto dari dari Dermaga Galangan Kapal Dok IV Jayapura.
Wenas mengatakan personel yang dikirim ini untuk mem-back up personel yang sudah ada di Mamberamo, tepatnya di Kampung Bagusa, yang terletak tidak jauh dari Kampung Kapeso yang masih diduduki kelompok bersenjata.
Wenas mengatakan akan tetap mengedepankan langkah persuasif dan negosiasi untuk dengan kelompok itu agar bersedia menghentikan aksi.
Polisi bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Mamberamo serta tokoh masyarakat, agama, dan adat untuk ikut negosiasi.
Namun, kata Wenas, pihaknya tetap memiliki batas waktu. Jika pada batas waktu yang ditentukan kawanan bersenjata tetap tidak bersedia menghentikan aksi, maka polisi akan mengambil alih lapangan terbang itu, meski dengan tindakan fisik.
Lapangan terbang Perintis dikuasai oleh kelompok bersenjata sejak pekan lalu. Sampai sekarang, mereka belum menyampaikan tuntutan apapun terkait aksi itu.
Aksi mereka dinilai telah mengusik kenyamanan penduduk sekitar. Itu sebabnya, belakangan ini patroli di sekitar Desa Kapeso ditingkatkan.
Pemberangkatan pasukan keamanan dilepas oleh Deputi Ops Markas Besar Polri, Inspektur Jenderal SY Wenas dan Kepala Polisi Daerah Papua, Inspektur Jenderal Bagus Ekodanto dari dari Dermaga Galangan Kapal Dok IV Jayapura.
Wenas mengatakan personel yang dikirim ini untuk mem-back up personel yang sudah ada di Mamberamo, tepatnya di Kampung Bagusa, yang terletak tidak jauh dari Kampung Kapeso yang masih diduduki kelompok bersenjata.
Wenas mengatakan akan tetap mengedepankan langkah persuasif dan negosiasi untuk dengan kelompok itu agar bersedia menghentikan aksi.
Polisi bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Mamberamo serta tokoh masyarakat, agama, dan adat untuk ikut negosiasi.
Namun, kata Wenas, pihaknya tetap memiliki batas waktu. Jika pada batas waktu yang ditentukan kawanan bersenjata tetap tidak bersedia menghentikan aksi, maka polisi akan mengambil alih lapangan terbang itu, meski dengan tindakan fisik.
Lapangan terbang Perintis dikuasai oleh kelompok bersenjata sejak pekan lalu. Sampai sekarang, mereka belum menyampaikan tuntutan apapun terkait aksi itu.
Aksi mereka dinilai telah mengusik kenyamanan penduduk sekitar. Itu sebabnya, belakangan ini patroli di sekitar Desa Kapeso ditingkatkan.
Kapolda Papua : Hari Ini Batas Akhir Negosiasi
Kelompok bersenjata menduduki lapangan terbang sejak beberapa pekan terakhir.
Hari ini, Kamis 28 Mei 2009, merupakan batas waktu negosiasi antara aparat keamanan dan kelompok bersenjata yang mengambil alih lapangan terbang Kapeso Distrik Mamberamo Hilir, Kabupaten Mamberamo Raya, Papua.
“Jika dalam negosiasi tidak menemui jalan penyelesaian, akan dilakukan tindakan hukum berupa merebut lapangan terbang itu,” kata Kepala Polisi Daerah Papua, Inspektur Jenderal Polisi FX Bagus Ekodanto ketika menghadiri HUT Kodam 17 Cenderawasih, Jayapura.
Kelompok bersenjata pimpinan Decky Embiri, Cosmos Makamuri, dan Alex Makamuri, menduduki lapangan terbang sejak beberapa pekan terakhir.
Kelompok itu tidak mengungkapkan tuntutan apapun. Tapi, aparat keamanan menduga alasan pendudukan lapangan terbang itu untuk menyampaikan kekecewaan kepada pemerintah daerah Mamberamo yang mereka anggap tidak memperhatikan kehidupannya.
Hari ini, Kamis 28 Mei 2009, merupakan batas waktu negosiasi antara aparat keamanan dan kelompok bersenjata yang mengambil alih lapangan terbang Kapeso Distrik Mamberamo Hilir, Kabupaten Mamberamo Raya, Papua.
“Jika dalam negosiasi tidak menemui jalan penyelesaian, akan dilakukan tindakan hukum berupa merebut lapangan terbang itu,” kata Kepala Polisi Daerah Papua, Inspektur Jenderal Polisi FX Bagus Ekodanto ketika menghadiri HUT Kodam 17 Cenderawasih, Jayapura.
Kelompok bersenjata pimpinan Decky Embiri, Cosmos Makamuri, dan Alex Makamuri, menduduki lapangan terbang sejak beberapa pekan terakhir.
Kelompok itu tidak mengungkapkan tuntutan apapun. Tapi, aparat keamanan menduga alasan pendudukan lapangan terbang itu untuk menyampaikan kekecewaan kepada pemerintah daerah Mamberamo yang mereka anggap tidak memperhatikan kehidupannya.
Hari ini merupakan batas waktu negosiasi. "Kita ajak mereka menyerahkan diri."
Tiga orang diduga anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) masih menduduki bandara Perintis Kapeso di Mamberamo Raya, Papua. Kepala Kepolisian RI, Jenderal Bambang Hendarso Danuri mengatakan polisi akan segera mengambil langkah tegas.
"Dalam waktu dekat Papua akan saya putuskan, setelah tim saya pulang," kata Kapolri di sela-sela acara Musrembang Polri di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta, Kamis 28 Mei 2009.
Sampai saat ini, tambah Bambang Hendarso, polisi masih melakukan negoisasi dengan pendekatan kemanusiaan. "Kita ajak mereka menyerahkan diri. Tapi kalau diajak negosiasi tak menggubris, kita lakukan tindakan sesuai dengan apa yang direncanakan," tambah dia.
Pada prinsipnya, tambah Bambang Hendarso, polisi melakukan operasi penegakan hukum. "Kalau memang diperlukan bantuan hukum dari TNI, akan kita lakukan ," tambah dia.
Sebelumnya, Kepala Polisi Daerah Papua, Inspektur Jenderal Bagus Ekodanto mengatakan hari ini merupakan batas waktu negosiasi antara aparat keamanan dan kelompok bersenjata yang mengambil alih lapangan terbang Kapeso.
"Jika dalam negosiasi tidak menemui jalan penyelesaian, akan dilakukan tindakan hukum berupa merebut lapangan terbang itu," kata dia ketika menghadiri HUT Kodam 17 Cenderawasih, Jayapura.
Kelompok bersenjata pimpinan Decky Embiri, Cosmos Makamuri, dan Alex Makamuri, menduduki lapangan terbang sejak beberapa pekan terakhir. Bendera bintang kejora dikibarkan di sana.
Kelompok itu tidak mengungkapkan tuntutan apapun. Tapi, aparat keamanan menduga alasan pendudukan lapangan terbang itu untuk menyampaikan kekecewaan kepada pemerintah daerah Mamberamo yang mereka anggap tidak memperhatikan kehidupannya.
"Dalam waktu dekat Papua akan saya putuskan, setelah tim saya pulang," kata Kapolri di sela-sela acara Musrembang Polri di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta, Kamis 28 Mei 2009.
Sampai saat ini, tambah Bambang Hendarso, polisi masih melakukan negoisasi dengan pendekatan kemanusiaan. "Kita ajak mereka menyerahkan diri. Tapi kalau diajak negosiasi tak menggubris, kita lakukan tindakan sesuai dengan apa yang direncanakan," tambah dia.
Pada prinsipnya, tambah Bambang Hendarso, polisi melakukan operasi penegakan hukum. "Kalau memang diperlukan bantuan hukum dari TNI, akan kita lakukan ," tambah dia.
Sebelumnya, Kepala Polisi Daerah Papua, Inspektur Jenderal Bagus Ekodanto mengatakan hari ini merupakan batas waktu negosiasi antara aparat keamanan dan kelompok bersenjata yang mengambil alih lapangan terbang Kapeso.
"Jika dalam negosiasi tidak menemui jalan penyelesaian, akan dilakukan tindakan hukum berupa merebut lapangan terbang itu," kata dia ketika menghadiri HUT Kodam 17 Cenderawasih, Jayapura.
Kelompok bersenjata pimpinan Decky Embiri, Cosmos Makamuri, dan Alex Makamuri, menduduki lapangan terbang sejak beberapa pekan terakhir. Bendera bintang kejora dikibarkan di sana.
Kelompok itu tidak mengungkapkan tuntutan apapun. Tapi, aparat keamanan menduga alasan pendudukan lapangan terbang itu untuk menyampaikan kekecewaan kepada pemerintah daerah Mamberamo yang mereka anggap tidak memperhatikan kehidupannya.
VIVAnews - Laporan: Banjir Ambarita l Papua
Tiga Tewas Dan Empat Luka cukup serius
Jayapura (ANTARA News) - Kepala Kepolisian
Daerah (Kapolda) Papua, Irjen Pol FX Bagus Ekodanto, mengatakan
penyergapan oleh pasukan Brigade Mobil (Brimob) Polda Papua ke markas
kelompok bersenjata yang menguasai bandar udara Kapeso telah
mengakibatkan jatuhnya korban.
Dua orang dari kelompok bersenjata tewas dan empat anggoa Brimob terkena anak panah. "Selain itu ada juga korban tewas dari warga sipil yang merupakan utusan Bupati setempat, sehingga total korban tewas berjumlah tiga orang," kata Kapolda di Jayapura, Sabtu.
Empat anggota Brimob menderita luka cukup serius akibat terkena panah dari kelompok bersenjata itu.
Kapolda menjelaskan penyergapan terjadi sekitar Sabtu (6/6) pukul 01.30 WIT ketika kelompok bersenjata menguasai Gereja Klasis GKI, sekitar 300 meter dari lapangan terbang Kasepo.
"Saat ini markasnya sudah berhasil kita kuasai," kata Kapolda.
Kapolda menambahkan hingga saat ini identitas para korban yang meninggal belum diketahui secara pasti, termasuk korban tewas yang merupakan utusan bupati Mamberamo raya itu.
"Yang bersangkutan merupakan tim perunding antara petugas berwenang dengan kelompok bersenjata yang menguasai lapangan terbang Kasepo, dan ia juga menjadi salah satu korban," ujarnya.
Kapolda menceritakan, tertembaknya utusan bupati itu bermula saat Brimob berhasil memukul mundur kelompok bersenjata dari markasnya di Gereja Klasis.
Saat kelompok bersenjata itu mundur meninggalkan markas, mereka bertemu utusan bupati dan langsung menembakinya hingga tewas. Saat ini polisi sudah mengamankan barang bukti dari markas kelompok bersenjata itu.
Barang bukti yang disita antara lain, satu senjata api rakitan, puluhan anak panah dan busurnya, serta dokumen foto latihan para kelompok bersenjata.
Dalam penyergapan tersebut, lanjut Kapolda, pihaknya juga menahan seorang perempuan bernama Nela yang diduga anggota kelompok bersenjata dan seorang anak yang masih berumur 14 tahun.
"Saat ini mereka sedang diperiksa di kampung Bagusa," tambah Kapolda.
Bandara Kapeso yang terletak di Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua, sejak dua pekan terakhir dikuasai oleh kelompok bersenjata.
Sebelum melakukan penyergapan Sabtu dini hari tadi, Polda Papua selalu melakukan pendekatan kepada kelompok bersenjata itu melalui tokoh adat maupun agama.(*)
Pimpinan Pembajak Bandara Kaisepao Diduga Mantan TNI
Bagus Ekodanto mengatakan Decky Imbiri, pemimpin kelompok bersenjata yang menduduki Lapangan terbang Kapeso, di Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua, diduga adalah seorang mantan anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI). “Mereka diduga mantan TNI, namun dari kesatuan mana belum diketahui secara pasti, dan saat ini kami terus mengecek data tentang yang bersangkutan,” kata Kapolda.
Kapolda menjelaskan, informasi tersebut dari keterangan seorang perempuan yang ditangkap aparat. FX Bagus mengemukakan, Decky Embiri adalah seseorang yang tergolong ahli dalam strategi militer. “Decky ini desersi dari TNI dan melarikan diri hutan, namun kapan hal itu terjadi dan apa pangkat terakhirnya masih belum diketahui secara jelas dan masih tetap diselidiki,” kata Kapolda.
Decki Imbiri berhasil merekrut sedikit-dikitnya 150 orang pemuda kampung Kapeso untuk dilatih ala militer. “Kabarnya dia juga memiliki seorang ahli spiritual yang akan mengajarkan setiap anggota baru yang direkrut dengan pengaruh secara keagamaan,” paparnya. *
Lapangan Terbang Kapeso Dikuasai Polisi
Liputan6.com, 13/06/2009 06:32 Membramo: Setelah hampir satu bulan berjuang, jajaran Kepolisian Daerah Papua berhasil merebut kembali lapangan terbang Kapeso yang dikuasai Organisasi Papua Merdeka. Selain menurunkan bendera Bintang Kejora, polisi menemukan sejumlah barang bukti persenjataan milik kelompok yang dipimpin Decky Embiri itu.
Tak ada perlawanan berarti ketika polisi merebut kembali bandara Kapeso. Diduga kelompok OPM itu telah melarikan diri sejak kontak senjata terakhir pada 3 Juni lalu. Kini polisi menyiagakan dua pleton pasukannya di Kampung Kapeso yang dibagi dalam dua posko. Pasukan akan bertahan hingga pilpres 8 Juni mendatang.(JUM)
Bandara Kapeso Sudah Dikuasai Polisi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.