Fokker F-27 TNI AU (Foto airliners) |
Tak disangka musibah kembali datang menjelang hari jadi TNI AU. Senin, 6 April 2009 lalu menjadi hari yang kelabu atas tewasnya 18 personil Paskhas dan 6 awak pesawat.
Tak ada yang aneh dengan pagi yang cerah itu, begitu pula dengan keberangkatan Fokker F-27 TS (TroopShip) bernomor registrasi A2703 milik Skadron II Win 1 Halim Perdanakusumah, Jakarta. Semua berjalan lancar, pesawat lepas landas dari Bandara Halim pukul 06.40 WIB dengan tujuan Lanud Hussein Sastranegara, Bandung.
Pesawat yang resmi bergabung dengan TNU AU pada 26 September 1976 ini tiba di Bandung pada pukul 09.00 WIB, disana 17 personil Paskhas AU dan seorang pelatih telah siap diangkut untuk melakukan latihan penerjunan. Orientasi misi penerjunanan sesi pertama dilakukan pada pukul 09.30 WIB. Usai menerjunkan siswa personil Paskhas, pesawat kembali mendarat di Lanud Husein Sastranegara pada pukul 12.00.
Pesawat angkut ringan berdimensi rentang sayap 29 meter, panjang badan 23,56 meter dan tinggi 8,5 meter ini kemudian melakukan persiapan penerjunan sesi kedua untuk 17 personil Paskhas lainnya. Cuaca saat itu diatas kota Bandung sudah terlihat mendung, usai segala persiapan penerjunan selesai dilakukan pesawat kembali lepas landas pada pukul 12.36 WIB.
Tak lama mengudara pesawat bermesin turbotrop Rolls Royce Dart RDa Mk 536-7R ini memutuskan kembali ke pangkalan (RTB/Return To Base) dikarenakan cuaca yang bertambah buruk di angkasa Bandung. Pilot Kapten Penerbang I Gede Agus Tirta Santoso sempat melaporkan kondisi cuaca yang memburuk ke tower lanud Husein Sastranegara pada pukul 12.58 WIB, dan mengijinkan kembali pesawat untuk mendarat.
Diatas tower petugas air traffic control (ATC) menyapu pandangan ke langit menembus pekatnya awan dan hujan deras diatas lanud,jarak pandang horizontal dari tower hanya 2 km. Tanpa diduga tiba-tiba terdengar 2 kali ledakan keras dari arah hanggar D Aircraft Service (ACS) PT Dirgantara Indonesia tepat pukul 13.00 WIB. Ledakan menimbulkan bola api yang cukup besar, namun tidak berlangsung lama api mulai padam oleh air hujan yang turun tengah deras-derasnya.
17 siswa bersama seorang instruktur dan 6 awak pesawat tewas seketika, mereka adalah prajurit berkualitas khusus Para lanjut tempur angkatan 33/2009 dan perwira penerbang TNI AU termasuk co-pilot Letnan Satu Yudho Pramono, anak dari Panglima Kodam Iskandar Muda Aceh, Mayor Jenderal Soenarko.
Tak ada yang aneh dengan pagi yang cerah itu, begitu pula dengan keberangkatan Fokker F-27 TS (TroopShip) bernomor registrasi A2703 milik Skadron II Win 1 Halim Perdanakusumah, Jakarta. Semua berjalan lancar, pesawat lepas landas dari Bandara Halim pukul 06.40 WIB dengan tujuan Lanud Hussein Sastranegara, Bandung.
Pesawat yang resmi bergabung dengan TNU AU pada 26 September 1976 ini tiba di Bandung pada pukul 09.00 WIB, disana 17 personil Paskhas AU dan seorang pelatih telah siap diangkut untuk melakukan latihan penerjunan. Orientasi misi penerjunanan sesi pertama dilakukan pada pukul 09.30 WIB. Usai menerjunkan siswa personil Paskhas, pesawat kembali mendarat di Lanud Husein Sastranegara pada pukul 12.00.
Pesawat angkut ringan berdimensi rentang sayap 29 meter, panjang badan 23,56 meter dan tinggi 8,5 meter ini kemudian melakukan persiapan penerjunan sesi kedua untuk 17 personil Paskhas lainnya. Cuaca saat itu diatas kota Bandung sudah terlihat mendung, usai segala persiapan penerjunan selesai dilakukan pesawat kembali lepas landas pada pukul 12.36 WIB.
Tak lama mengudara pesawat bermesin turbotrop Rolls Royce Dart RDa Mk 536-7R ini memutuskan kembali ke pangkalan (RTB/Return To Base) dikarenakan cuaca yang bertambah buruk di angkasa Bandung. Pilot Kapten Penerbang I Gede Agus Tirta Santoso sempat melaporkan kondisi cuaca yang memburuk ke tower lanud Husein Sastranegara pada pukul 12.58 WIB, dan mengijinkan kembali pesawat untuk mendarat.
Diatas tower petugas air traffic control (ATC) menyapu pandangan ke langit menembus pekatnya awan dan hujan deras diatas lanud,jarak pandang horizontal dari tower hanya 2 km. Tanpa diduga tiba-tiba terdengar 2 kali ledakan keras dari arah hanggar D Aircraft Service (ACS) PT Dirgantara Indonesia tepat pukul 13.00 WIB. Ledakan menimbulkan bola api yang cukup besar, namun tidak berlangsung lama api mulai padam oleh air hujan yang turun tengah deras-derasnya.
17 siswa bersama seorang instruktur dan 6 awak pesawat tewas seketika, mereka adalah prajurit berkualitas khusus Para lanjut tempur angkatan 33/2009 dan perwira penerbang TNI AU termasuk co-pilot Letnan Satu Yudho Pramono, anak dari Panglima Kodam Iskandar Muda Aceh, Mayor Jenderal Soenarko.
Penyebab Kecelakaan
"Hasil penyelidikan sementara karena cuaca buruk" ungkap Kepala Staff TNI AU (KASAU) Marsekal Subandrio dalam jumpa pers yang dilakukan di lanud Husein Sastranegara Senin (6/4) malam. Menjelang jatuh pesawat yang dikemudikan pilot Kapten I Gede Agus Tirta Santoso melaporkan ke Tower Lanud Husein Satranegara bahwa ia menghadapi cuaca buruk. Sama halnya dengan pengakuan petugas tower, menjelang pesawat jatuh hujan memang sedang deras-derasnya yang disertai kilat dan angin yang cukup kencang.
"Kuat dugaan pesawat diterjang cross wind dari arah timur ke barat." ujar Subandrio. TNI AU sendiri telah membentuk tim khusus untuk menyelidiki hal ini tanpa pihak lain, termasuk Komisi Nasional Keamanan Transportasi (KNKT). Menurut sejumlah saksi mata, pesawat terlibat oleng kearah kiri landasan sebelum sayapnya menyentuh atap hangar. Suara ledakan terdengar hingga radius 1 km, dan jarak landasan dan hanggar sekitar 60 meter.
Pesawat langsung terbakar dan bagian ekornya tertancap diatas hanggar, akibatnya tim evakuasi kesulitan memindahkan korban. Baru sekitar pukul 20.00 WIB semua korban dapat di indentifikasi.
Penyelidikan akhir menyebutkan bahwa pada saat itu pesawat sudah berada di ujung landasan untuk bersiap melakukan pendaratan dari arah timur menuju Barat, namun karena hempasan angin samping (cross wind) berkecepatan sekitar 20 knot dari utara ke selatan yang berakibat arah pesawat melenceng jauh hingga menabrak hanggar. Angin samping yang merontokan pesawat berbobot lepas landas maksimum (MTOW) sekitar 20 ton ini di hasilkan dari gumpalan awan kumulonimbus di ketinggian 1500 kaki yang posisinya tak jauh dari Bandung, bahkan di Jakarta pada jam yang sama terjadi hujan lebat disertai angin kencang yang membuat air hujan jatuh bersudut 45 derajat.
"Kuat dugaan pesawat diterjang cross wind dari arah timur ke barat." ujar Subandrio. TNI AU sendiri telah membentuk tim khusus untuk menyelidiki hal ini tanpa pihak lain, termasuk Komisi Nasional Keamanan Transportasi (KNKT). Menurut sejumlah saksi mata, pesawat terlibat oleng kearah kiri landasan sebelum sayapnya menyentuh atap hangar. Suara ledakan terdengar hingga radius 1 km, dan jarak landasan dan hanggar sekitar 60 meter.
Pesawat langsung terbakar dan bagian ekornya tertancap diatas hanggar, akibatnya tim evakuasi kesulitan memindahkan korban. Baru sekitar pukul 20.00 WIB semua korban dapat di indentifikasi.
Penyelidikan akhir menyebutkan bahwa pada saat itu pesawat sudah berada di ujung landasan untuk bersiap melakukan pendaratan dari arah timur menuju Barat, namun karena hempasan angin samping (cross wind) berkecepatan sekitar 20 knot dari utara ke selatan yang berakibat arah pesawat melenceng jauh hingga menabrak hanggar. Angin samping yang merontokan pesawat berbobot lepas landas maksimum (MTOW) sekitar 20 ton ini di hasilkan dari gumpalan awan kumulonimbus di ketinggian 1500 kaki yang posisinya tak jauh dari Bandung, bahkan di Jakarta pada jam yang sama terjadi hujan lebat disertai angin kencang yang membuat air hujan jatuh bersudut 45 derajat.
Pesawat Kondisi Layak Terbang
Pesawat berkonfigurasi sayap utama High Wing yang mampu mendarat dan tinggal landas pada landasan pendek ini menurut Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Bambang Sulistyo dalam kondisi layak terbang dan sudah sesuai prosedur. "Tidak ditemukan kejanggalan", ujarnya.
Dibuat pada tahun 1975 oleh pabrik asal Belanda, Fokker F-27 sebenarnya sudah masuk daftar pesawat yang akan di ganti. Dari tujuh unit yang dimiliki, tinggal empat pesawat yang masih operasi.
Presiden SBY dalam instruksinya awal 2006 juga telah meminta TNI AU untuk mengandangkan pesawat-pesawat tua yang sudah diatas 20 tahun. Markas Besar TNI AU sebenarnya telah mengajukan penggantian sejumlah pesawat tempur yang telah berusia di atas 20 tahun kepada Dephan. Beberapa jenis pesawat tempur yang akan diganti itu adalah OV-10 Bronco, F-5 Tiger, Hawk Mk53, pesawat angkut Fokker F-27, dam Helikoter Sikorsky.
Kita berharap kedepannya Pemeritah dapat jeli melihat kebutuhan dan kondisi yang ada, sehingga alutsista yang sudah uzur tidak lagi menyebabkan bangsa ini kehilangan putra-putra terbaiknya.
Inilah Nama-nama Korban F-27 TNI AU
BANDUNG, KOMPAS.com — Pesawat Fokker 27 TNI AU yang jatuh di Bandara Husein Sastranegara Bandung, Senin (6/4), mengangkut 23 orang yakni 6 awak pesawat dan 17 siswa terjun payung Paskhas TNI AU.
Mereka merupakan gelombang kedua siswa yang akan melakukan penerjunan. Pesawat lepas landas dari Bandara Husein Sastranegara pukul 12.36. Namun, karena cuaca buruk, pesawat kembali lagi ke Bandara Husein Sastranegara. Namun, ternyata pesawat mendarat secara miring ke kiri dan menimpa hanggar ACS milik PT DI. Muncul ledakan keras dan bola api membubung ke udara. Dipastikan 23 orang penumpang dan awak pesawat tewas seketika.
Berikut nama-nama korban yang meninggal dunia :
6 Kru Pesawat :
1. Kapten Penerbang I Gede Agustirta Santosa.
2. Lettu Penerbang Yudo Pramono (Putra Pangdam Iskandar Muda, NAD).
3. Letda Teknik Dadang.
4. Letda Teknik Rachmat.
5. Serda Bachtiar.
6. Serda Mas Karebet.
18 Penumpang, anggota Paskhas, termasuk siswa Diklat Paralayang Tempur TNI AU :
1. Lettu Wahyu Nani.
2. Lettu Dani Koto.
3. Letda Richi.
4. Bintara Ervan.
5. Tamtama Didi K.
6. Tamtama Teguh.
7. Tamtama Imran.
8. Tamtama Arry.
9. Tamtama Kadir.
10. Tamtama Darmanto.
11. Tamtama Danang.
12. Tamtama Didi.
13. Tamtama Ibnu.
14. Tamtama Heru.
15. Tamtama Erwin.
16. Tamtama Faisal.
17 Tamtama Dedi.
18. Lettu Basone.
Mereka merupakan gelombang kedua siswa yang akan melakukan penerjunan. Pesawat lepas landas dari Bandara Husein Sastranegara pukul 12.36. Namun, karena cuaca buruk, pesawat kembali lagi ke Bandara Husein Sastranegara. Namun, ternyata pesawat mendarat secara miring ke kiri dan menimpa hanggar ACS milik PT DI. Muncul ledakan keras dan bola api membubung ke udara. Dipastikan 23 orang penumpang dan awak pesawat tewas seketika.
Berikut nama-nama korban yang meninggal dunia :
6 Kru Pesawat :
1. Kapten Penerbang I Gede Agustirta Santosa.
2. Lettu Penerbang Yudo Pramono (Putra Pangdam Iskandar Muda, NAD).
3. Letda Teknik Dadang.
4. Letda Teknik Rachmat.
5. Serda Bachtiar.
6. Serda Mas Karebet.
18 Penumpang, anggota Paskhas, termasuk siswa Diklat Paralayang Tempur TNI AU :
1. Lettu Wahyu Nani.
2. Lettu Dani Koto.
3. Letda Richi.
4. Bintara Ervan.
5. Tamtama Didi K.
6. Tamtama Teguh.
7. Tamtama Imran.
8. Tamtama Arry.
9. Tamtama Kadir.
10. Tamtama Darmanto.
11. Tamtama Danang.
12. Tamtama Didi.
13. Tamtama Ibnu.
14. Tamtama Heru.
15. Tamtama Erwin.
16. Tamtama Faisal.
17 Tamtama Dedi.
18. Lettu Basone.
Sumber :
- Defender
- Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.