JAKARTA,
KOMPAS — Tentara Nasional Indonesia mengintegrasikan radar militer dan
sipil di bandara-bandara untuk menjaga kedaulatan wilayah Indonesia. Hal
ini dilakukan untuk mengurangi blank spot atau daerah yang tidak
terpantau radar.
Kepala
Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Imam Sufaat mengatakan hal tersebut
seusai Upacara Ulang Tahun Ke-66 TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma,
Jakarta, Senin (9/4). Imam mengatakan, pihaknya tidak bisa mengungkapkan
daerah yang belum terpantau radar di Indonesia. "Itu untuk alasan
keamanan," katanya.
Imam menambahkan, pihaknya mengoptimalkan operasional radar untuk mengawasi ruang udara RI. Saat ini, TNI AU terus menambah Satuan Radar (Satrad) terutama di daerah-daerah terluar Indonesia.
Untuk
menunjang operasional, kesiapan operasional (serviceable) pesawat dan
helikopter TNI AU juga ditingkatkan. Imam optimistis, di tahun 2014,
tingkat serviceable pesawat dan helikopter TNI AU mencapai 80 persen.
Saat ini tingkat serviceable baru mencapai 50 persen. Beberapa tahun
silam, kesiapan armada TNI AU sempat berada di kisaran 40 persen dari
200 armada yang ada.
Pengamat
penerbangan Dudi Sudibyo mengatakan modernisasi pembelian pesawat dan
helikopter baru tidak bisa ditawar-tawar bagi negara seluas Indonesia
"Angkatan Udara mencakup 100 persen wilayah Indonesia. Mereka harus
diberi peralatan modern, tetapi tentu saja pengadaan harus transparan
dan kesejahteraan pilot serta prajurit ditingkatkan," ujar Dudi.
Imam mengatakan, hingga 2014 diperkirakan akan ada tarnbahan sejumlah pesawat baru.
Ada
enam Sukhoi, pesawat latih jet tempur T-50 Golden Eagle, dan lima Super
Tucano yang dipersiapkan untuk menggantikan OV-10 Bronco, dan sembilan
CN 295, serta dua heli Super Puma dan enam heli Combat & SAR.
Selain itu juga ada empat radar peringatan dini dan Ground Control Interception (GCI), serta rudal pesawat udara.
"Kami sudah hitung cermat, pembelian Sukhoi memang sudah direncanakan sesuai dengan dasar operasi sebelumnya," kata Imam.
Terkait
dengan datangnya banyak pesawat baru tersebut, Imam mengatakan, akan
ada program percepatan pengadaan penerbang. Sekolah penerbang dinaikkan
kapasitasnya dari 30 orang menjadi 40 orang per tahun. Selain itu, kuota
untuk ikatan dinas ditambah 10 orang.
Dalam
peringatan HUT TNI AU tersebut, dikerahkan 64 pesawat dan helikopter
dalam pelbagai atraksi udara. Puluhan atase militer asing turut
menyaksikan demonstrasi pesawat ternpur, latih, helikopter, dan Pasukan
Khas TNI AU. (ONG/EDN)
[sumber Kompas]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.