MLRS RM70 Vampire milik Marinir produksi Ceko. [SINDOnews] ○
Indonesia berupaya memperkuat industri pertahanan. Salah satunya, menjajaki kerja sama dengan Ceko yang terkenal kuat di industri pertahanan.
"Karena mereka kuat di industri permesinan dan pertahanan," kata Airlangga, menjelaskan hasil pertemuan dengan Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Ceko, Aulia Rahman, dalam keterangannya, Jumat (7/10/2016).
Menurut Airlangga, pada awal November 2016, Menteri Pertahanan RI akan melakukan pertemuan dengan Menteri Pertahanan Ceko. Pertemuan tersebut juga akan dihadiri Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan kedua negara.
"Kedatangan mereka juga dalam rangka menghadiri pameran Indo Defence Expo & Forum. Nanti di pertemuan bilateral akan dibahas lebih dalam lagi," tuturnya.
Airlangga mengatakan, Kemenperin akan mengkaji apa saja kebutuhan kerja sama industri pertahanan yang berpotensi dilakukan kedua negara. Kebutuhan tersebut misalnya alat persenjataan, alat tempur, dan amunisi.
"Alat pertahanan kan banyak, seperti alat persenjataan, alat tempur, dan amunisi. Tapi nanti kita lihat, apa yang juga bisa dikerjasamakan dengan PT Pindad," ujarnya.
Industri pertahanan dalam negeri di bidang alat utama sistem persenjataan (alutsista) memiliki prospek cukup baik. Misalnya, PT Pindad (Persero) telah mumpuni dalam merancang dan membuat kendaraan tempur, persenjataan, dan amunisi.
Untuk itu, Kementerian Perindustrian meminta kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Kementrian Pertahanan, dan lembaga negara lainnya agar lebih banyak membeli produk dari industri nasional.
Berkembangnya industri pertahanan diyakini bakal memacu industri terkait lainnya seperti industri komponen dan baja. Begitu pula dengan industri baja dari bagian hulu hingga hilir termasuk stainless steel yang akan terserap dalam proses produksi.
Di samping itu, penguatan alutsista pertahanan nasional semakin dipacu melalui penelitian, pengembangan dan rekayasa (litbangyasa) melalui kerja sama antara Kementerian Perindustrian dan Tentara Nasional Indonesia.
Langkah tersebut diharapkan semakin membuka peluang kerja sama antara TNI dengan lembaga litbang di lingkungan Kemenperin. Termasuk, pemanfaatan unit-unit Balai Besar dan unit-unit Balai Riset Standardisasi yang tersebar di berbagai provinsi, sehingga program litbang ini mendukung kemandirian pertahanan nasional. (wdl/wdl)
Indonesia berupaya memperkuat industri pertahanan. Salah satunya, menjajaki kerja sama dengan Ceko yang terkenal kuat di industri pertahanan.
"Karena mereka kuat di industri permesinan dan pertahanan," kata Airlangga, menjelaskan hasil pertemuan dengan Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Ceko, Aulia Rahman, dalam keterangannya, Jumat (7/10/2016).
Menurut Airlangga, pada awal November 2016, Menteri Pertahanan RI akan melakukan pertemuan dengan Menteri Pertahanan Ceko. Pertemuan tersebut juga akan dihadiri Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan kedua negara.
"Kedatangan mereka juga dalam rangka menghadiri pameran Indo Defence Expo & Forum. Nanti di pertemuan bilateral akan dibahas lebih dalam lagi," tuturnya.
Airlangga mengatakan, Kemenperin akan mengkaji apa saja kebutuhan kerja sama industri pertahanan yang berpotensi dilakukan kedua negara. Kebutuhan tersebut misalnya alat persenjataan, alat tempur, dan amunisi.
"Alat pertahanan kan banyak, seperti alat persenjataan, alat tempur, dan amunisi. Tapi nanti kita lihat, apa yang juga bisa dikerjasamakan dengan PT Pindad," ujarnya.
Industri pertahanan dalam negeri di bidang alat utama sistem persenjataan (alutsista) memiliki prospek cukup baik. Misalnya, PT Pindad (Persero) telah mumpuni dalam merancang dan membuat kendaraan tempur, persenjataan, dan amunisi.
Untuk itu, Kementerian Perindustrian meminta kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Kementrian Pertahanan, dan lembaga negara lainnya agar lebih banyak membeli produk dari industri nasional.
Berkembangnya industri pertahanan diyakini bakal memacu industri terkait lainnya seperti industri komponen dan baja. Begitu pula dengan industri baja dari bagian hulu hingga hilir termasuk stainless steel yang akan terserap dalam proses produksi.
Di samping itu, penguatan alutsista pertahanan nasional semakin dipacu melalui penelitian, pengembangan dan rekayasa (litbangyasa) melalui kerja sama antara Kementerian Perindustrian dan Tentara Nasional Indonesia.
Langkah tersebut diharapkan semakin membuka peluang kerja sama antara TNI dengan lembaga litbang di lingkungan Kemenperin. Termasuk, pemanfaatan unit-unit Balai Besar dan unit-unit Balai Riset Standardisasi yang tersebar di berbagai provinsi, sehingga program litbang ini mendukung kemandirian pertahanan nasional. (wdl/wdl)
★ detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.