Ilustrasi F16 52ID TS1635 [reuters] ☆
Pengamat militer Connie Rahakundini mengusulkan agar nama ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) kembali digunakan menggantikan TNI (Tentara Nasional Indonesia). Pasalnya, nama ABRI jauh lebih “garang” dibanding TNI.
Hal itu diungkapkan Connie saat menjadi pembicara dalam diskusi bulanan Aliansi Kebangsaan bertajuk "Menyegarkan Kembali Komitmen Ideologi Pancasila sebagai Nilai Kejuangan di Lingkungan TNI" di Jakarta, Jumat (7/10).
“Nama TNI seolah-olah urusan dia hanya nasional. Lingkupnya kecil. Tapi kalau ABRI, yang dibawa adalah Republik Indonesia. Sama seperti kepolisian disebut Polri sehingga mereka bisa bekerja sama dengan negara mana pun dan terima dana dari mana-mana,” ujarnya.
Pada bagian lain Connie berharap, agar anggaran untuk TNI terus ditingkatkan sehingga kemampuan TNI juga terus ditingkatkan guna menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia terutama menghadapi ancaman dari luar. Kekuatan bersenjata tidak bisa dibangun dengan anggaran yang minim. Sebab dengan begitu, TNI Indonesia tidak bisa bersaing dengan ekspansi kekuatan dari Amerika Serikat dan Tiongkok. Apalagi Indonesia, kata dia, memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi negara kuat seperti Amerika Serikat dan Tiongkok.
Sehubungan dengan ini, ia menyindir perbedaan anggaran untuk Polri yang langsung berada di bawah Presiden dengan TNI yang berada di bawah Kementerian Pertahanan. “Setiap kali melewati Semanggi, kita tunggu saja apa yang dibangun lebih tinggi lagi,” ucapnya.
Menurutnya, anggaran yang cukup akan menjadikan TNI itu betul-betul profesional dan ditakuti dunia luar. Sebab dengan dana yang ada, mereka bisa memodernisasi sistem persenjataannya. “Tentara disuruh tarik ke barak, tapi kalau ditarik, dikasih mainan juga dong. Kalau Angkatan Laut dikasih kapal perang, Angkatan Udara diberi pesawat tempur, dan Angkatan Darat diberikan senjata yang modern. Saya keliling ke daerah perbatasan untuk melihat kondisi tentara kita. Mereka latihan perang hanya pakai suara dar der dor, kok,” pungkasnya.
Pengamat militer Connie Rahakundini mengusulkan agar nama ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) kembali digunakan menggantikan TNI (Tentara Nasional Indonesia). Pasalnya, nama ABRI jauh lebih “garang” dibanding TNI.
Hal itu diungkapkan Connie saat menjadi pembicara dalam diskusi bulanan Aliansi Kebangsaan bertajuk "Menyegarkan Kembali Komitmen Ideologi Pancasila sebagai Nilai Kejuangan di Lingkungan TNI" di Jakarta, Jumat (7/10).
“Nama TNI seolah-olah urusan dia hanya nasional. Lingkupnya kecil. Tapi kalau ABRI, yang dibawa adalah Republik Indonesia. Sama seperti kepolisian disebut Polri sehingga mereka bisa bekerja sama dengan negara mana pun dan terima dana dari mana-mana,” ujarnya.
Pada bagian lain Connie berharap, agar anggaran untuk TNI terus ditingkatkan sehingga kemampuan TNI juga terus ditingkatkan guna menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia terutama menghadapi ancaman dari luar. Kekuatan bersenjata tidak bisa dibangun dengan anggaran yang minim. Sebab dengan begitu, TNI Indonesia tidak bisa bersaing dengan ekspansi kekuatan dari Amerika Serikat dan Tiongkok. Apalagi Indonesia, kata dia, memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi negara kuat seperti Amerika Serikat dan Tiongkok.
Sehubungan dengan ini, ia menyindir perbedaan anggaran untuk Polri yang langsung berada di bawah Presiden dengan TNI yang berada di bawah Kementerian Pertahanan. “Setiap kali melewati Semanggi, kita tunggu saja apa yang dibangun lebih tinggi lagi,” ucapnya.
Menurutnya, anggaran yang cukup akan menjadikan TNI itu betul-betul profesional dan ditakuti dunia luar. Sebab dengan dana yang ada, mereka bisa memodernisasi sistem persenjataannya. “Tentara disuruh tarik ke barak, tapi kalau ditarik, dikasih mainan juga dong. Kalau Angkatan Laut dikasih kapal perang, Angkatan Udara diberi pesawat tempur, dan Angkatan Darat diberikan senjata yang modern. Saya keliling ke daerah perbatasan untuk melihat kondisi tentara kita. Mereka latihan perang hanya pakai suara dar der dor, kok,” pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.