Berbasis smart magnet BATAN uji coba inovasi cat antideteksi radar ☆
Badan Tenaga Nuklir Nasional atau BATAN berhasil mengembangkan teknologi siluman atau teknologi antideteksi radar berbasis smart magnet, dengan memanfaatkan material logam tanah jarang atau LTJ.
BATAN menguji coba Teknologi anti deteksi radar itu pada kapal Patkamla Sadarin TNI Angkatan Laut di Pantai Mutiara, Jakarta, Jumat 29 Maret 2019.
Peneliti Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju (PSTBM BATAN), Wisnu Ari Adi mengatakan, penelitian cat antideteksi radar ini merupakan pengembangan dari kemampuan BATAN dalam mengolah pasir monasit menjadi LTJ.
Penelitian ini dimulai pada 2015, dua tahun kemudian, BATAN berhasil membuat purwarupa skala pilot, berupa cat antideteksi radar yang diaplikasikan pada potongan plat kapal logam dari alumunium dan besi yang tidak dapat dideteksi oleh radar pada frekuensi X-band (8-12 GHz).
Wisnu menuturkan, teknologi ini merupakan teknologi terkini dan hanya dimiliki oleh negara-negara maju.
“Ini merupakan teknologi melenial yang mampu menyerap gelombang radar pada frekuensi tertentu. Teknologi ini hanya dimiliki oleh negara-negara maju dan tidak bersifat komersial, karena merupakan bahan yang sangat strategis untuk pertahanan nasional suatu negara,” ujar Wisnu.
Menurut Wisnu, teknologi siluman ini adalah salah satu hasil penelitian BATAN yang berupa bahan smart magnet untuk cat antideteksi radar. Bahan ini merupakan bahan maju buatan yang memiliki sifat seperti gelombang elektromagnetik yang tersusun dari kombinasi unsur LTJ dan unsur logam transisi yang struktur magnetiknya hanya bisa diuji dengan menggunakan teknologi nuklir.
“Di kawasan Asia Tenggara, hanya BATAN yang mampu melakukan pengujian bahan dengan menggunakan teknologi berkas neutron. Teknik pengujian ini mampu menjelaskan berbagai interaksi magnetik dan elektrik yang terjadi di dalam bahan,” katanya.
Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti, Jumain Appe mengatakan, penelitian ini memberi dampak sangat luas dalam mendorong tumbuhnya industri logam tanah jarang.
“Penelitian ini mendorong terbangunnya industri logam tanah jarang di Indonesia, juga melalui pengembangan penelitian cat anti deteksi radar berbasis bahan smart magnet ini dapat meningkatkan kemampuan alutista TNI Angkatan Laut dalam rangka mendukung pertahanan nasional,” ujarnya.
Jumain mengatakan, kegiatan riset tidak hanya terfokus kepada riset saja, namun juga mendorong hasil riset tersebut hingga mampu menggulirkan roda inovasi yang memiliki dampak luas kepada masyarakat dan negara. Banyak hasil riset saat ini hanya berujung pada skala laboratorium saja dan tidak dilirik oleh industri atau tidak mampu bersaing di pasar.
Jumain menuturkan, pengembangan teknologi siluman ini kerja sama antara BATAN dengan perusahaan cat PT. Sigma Utama Paint, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan TNI Angkatan Laut. Kegiatan ini mendapat pendanaan dari Program Inovasi Industri Kemenristekdikti, yang selama dua tahun ini telah menunjukkan kemampuan membuat produk bernilai strategis yaitu cat antideteksi radar yang bisa dimanfaatkan dalam mendukung pertahanan nasional.
Ia menghargai peneliti dan pelaku industri yang telah membantu hilirisasi hasil penelitian. Termasuk, soal inovasi cat antideteksi radar.
“Untuk itu, pemerintah akan terus mendorong kerja sama seperti ini dengan menciptakan lingkungan yang kondusif melalui berbagai program dan regulasi, seperti pendanaan inovasi, kemudahan dalam pertanggungjawaban riset dan pengembangan,” kata dia. (asp)
Badan Tenaga Nuklir Nasional atau BATAN berhasil mengembangkan teknologi siluman atau teknologi antideteksi radar berbasis smart magnet, dengan memanfaatkan material logam tanah jarang atau LTJ.
BATAN menguji coba Teknologi anti deteksi radar itu pada kapal Patkamla Sadarin TNI Angkatan Laut di Pantai Mutiara, Jakarta, Jumat 29 Maret 2019.
Peneliti Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju (PSTBM BATAN), Wisnu Ari Adi mengatakan, penelitian cat antideteksi radar ini merupakan pengembangan dari kemampuan BATAN dalam mengolah pasir monasit menjadi LTJ.
Penelitian ini dimulai pada 2015, dua tahun kemudian, BATAN berhasil membuat purwarupa skala pilot, berupa cat antideteksi radar yang diaplikasikan pada potongan plat kapal logam dari alumunium dan besi yang tidak dapat dideteksi oleh radar pada frekuensi X-band (8-12 GHz).
Wisnu menuturkan, teknologi ini merupakan teknologi terkini dan hanya dimiliki oleh negara-negara maju.
“Ini merupakan teknologi melenial yang mampu menyerap gelombang radar pada frekuensi tertentu. Teknologi ini hanya dimiliki oleh negara-negara maju dan tidak bersifat komersial, karena merupakan bahan yang sangat strategis untuk pertahanan nasional suatu negara,” ujar Wisnu.
Menurut Wisnu, teknologi siluman ini adalah salah satu hasil penelitian BATAN yang berupa bahan smart magnet untuk cat antideteksi radar. Bahan ini merupakan bahan maju buatan yang memiliki sifat seperti gelombang elektromagnetik yang tersusun dari kombinasi unsur LTJ dan unsur logam transisi yang struktur magnetiknya hanya bisa diuji dengan menggunakan teknologi nuklir.
“Di kawasan Asia Tenggara, hanya BATAN yang mampu melakukan pengujian bahan dengan menggunakan teknologi berkas neutron. Teknik pengujian ini mampu menjelaskan berbagai interaksi magnetik dan elektrik yang terjadi di dalam bahan,” katanya.
Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti, Jumain Appe mengatakan, penelitian ini memberi dampak sangat luas dalam mendorong tumbuhnya industri logam tanah jarang.
“Penelitian ini mendorong terbangunnya industri logam tanah jarang di Indonesia, juga melalui pengembangan penelitian cat anti deteksi radar berbasis bahan smart magnet ini dapat meningkatkan kemampuan alutista TNI Angkatan Laut dalam rangka mendukung pertahanan nasional,” ujarnya.
Jumain mengatakan, kegiatan riset tidak hanya terfokus kepada riset saja, namun juga mendorong hasil riset tersebut hingga mampu menggulirkan roda inovasi yang memiliki dampak luas kepada masyarakat dan negara. Banyak hasil riset saat ini hanya berujung pada skala laboratorium saja dan tidak dilirik oleh industri atau tidak mampu bersaing di pasar.
Jumain menuturkan, pengembangan teknologi siluman ini kerja sama antara BATAN dengan perusahaan cat PT. Sigma Utama Paint, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan TNI Angkatan Laut. Kegiatan ini mendapat pendanaan dari Program Inovasi Industri Kemenristekdikti, yang selama dua tahun ini telah menunjukkan kemampuan membuat produk bernilai strategis yaitu cat antideteksi radar yang bisa dimanfaatkan dalam mendukung pertahanan nasional.
Ia menghargai peneliti dan pelaku industri yang telah membantu hilirisasi hasil penelitian. Termasuk, soal inovasi cat antideteksi radar.
“Untuk itu, pemerintah akan terus mendorong kerja sama seperti ini dengan menciptakan lingkungan yang kondusif melalui berbagai program dan regulasi, seperti pendanaan inovasi, kemudahan dalam pertanggungjawaban riset dan pengembangan,” kata dia. (asp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.