💥 Di Jet Tempur Sukhoi Su-27Letjen Mykola Oleshchuk menandatangani pesannya di JDAM-ER seberat 500 pon (Istimewa)
Setelah MiG-29 Fulcrum Ukraina sukses meluncurkan rudal anti radar buatan Amerika Serikat, AGM-88 High speed Anti-Radiation Missile (HARM), kini ada kabar terbaru terkait jet tempur yang dioperasikan Ukraina, yakni Sukhoi Su-27 Ukraina telah mengonfirmasi penggunaan bom pintar (smart bomb) Joint Direct Attack Munition-Extended Range (JDAM-ER) yang dipasok oleh AS.
Lewat akun media sosial, untuk pertama kalinya, Angkatan Udara Ukraina merilis foto yang menggambarkan jet tempur Su-27 yang dipersenjatai dengan bom luncur (glide bomb) JDAM-ER. Foto tersebut memvalidasi bahwa Su-27 Ukraina, bersama dengan pesawat MiG-29 yang sebelumnya terlihat membawa amunisi JDAM-ER, kini dilengkapi dengan munisi asal AS tersebut.
Untuk merayakan Hari Kemerdekaan Ukraina pada tanggal 24 Agustus, Angkatan Udara Ukraina membagikan foto yang menampilkan Letjen Mykola Oleshchuk menandatangani pesannya di JDAM-ER seberat 500 pon (226 kg).
Pada bulan Maret 2023, pejabat AS dan Ukraina mengonfirmasi pengiriman dan penggunaan operasional JDAM-ER. Namun, keberadaan senjata tersebut di gudang senjata Ukraina masih belum terdokumentasi hingga bulan Juli lalu, ketika gambar pertama munisi Barat yang terpasang pada MiG-29 Ukraina muncul secara online.
Sejauh ini belum diketahui jumlah Su-27 yang dipasang oleh Angkatan Udara Ukraina untuk meluncurkan JDAM-ER. Setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, Ukraina mewarisi 74 unit Su-27 yang masih dalam kondisi baru. Namun, hanya sejumlah kecil, mungkin hanya 24 unit, yang berada dalam layanan operasional sebelum meletus perang dengan Rusia pada Februari 2022.
Su-27 dengan mesin ganda dan satu kursi, dengan berat maksimum 36 ton, dapat mengangkut berton-ton bom hingga jarak 1.126 km atau lebih. Selain itu, Su-27 mampu mempertahankan kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri selama perjalanannya.
JDAM-ER dengan sayap lipat dapat meluncur hingga 50 mil (80,4 km) ketika pesawat peluncur mencapai kecepatan lebih tinggi dan melakukan pendakian curam sebelum dilepaskan. Su-27 digerakkan oleh mesin kembar AL-31F, menghasilkan daya dorong sebesar 28 ton dalam mode afterburner – output daya yang lebih dari cukup untuk mendorong JDAM-ER ke jangkauan maksimumnya.
Su-27 memberikan jangkauan operasional yang jauh lebih besar dibandingkan MiG-29. Kemampuan jangkauan yang diperluas ini memungkinkan Su-27 untuk menempuh jarak yang jauh lebih jauh dari pangkalannya.
Sementara JDAM-ER adalah varian dari bom konvensional MK82 yang ditingkatkan dengan perangkat pemandu (guidance kit) dan sayap lipat. Bom ini menggunakan kombinasi sistem panduan inersia dan GPS untuk secara tepat menyerang sasaran yang tidak bergerak, yang secara efektif mewujudkan konsep persenjataan fire and forget.
Seperti diketahui, AS telah memasok JDAM untuk dipasangkan ke jet tempur Rusia, seperti MiG-29 dan Su-27. JDAM mengandalkan kit pengikat (strap-on kit) yang mengubah bom udara biasa (bom konvensional) atau kadang disebut dumb bomb, menjadi senjata berpemandu presisi, atau dikenal sebagai smart bomb.
JDAM sejatinya adalah contoh cemerlang penggunaan teknologi baru untuk membuat senjata yang lebih tua dan lebih primitif menjadi lebih baik. JDAM adalah kit yang mencakup penerima GPS, otak komputer, dan sirip bom yang dapat bermanuver. Kit ini diikatkan pada bom konvensional tanpa kendali—termasuk bom Mk82 seberat 226 kg, Mk83 seberat 453 kg, dan bom Mk84 seberat 907 kg—dan hasil akhirnya adalah sistem senjata berpemandu presisi.
Adanya Kesulitan dalam Integrasi Bom Pintar JDAM-ER
Integrasi bom pintar JDAM-ER pada Su-27 (Ist)
Seperti telah dikupas pada artikel sebelumnya, bahwa Ukraina secara mengesankan mampu melakukan modifikasi pada jet tempur era Soviet, Sukhoi Su-27, dengan membawa bom pintar – smart bomb) Joint Direct Attack Munition-Extended Range (JDAM-ER). Meski terlihat mudah, apalagi sebelumnya Ukraina sukses mengintegrasikan rudal AGM-88 High speed Anti-Radiation Missile (HARM) pada MiG-29 dan Su-27, namun, nyatanya ada kesulitan tersendiri pada instalasi JDAM-ER di Su-27.
“Menyesuaikan JDAM-ER agar sesuai dengan Su-27 ternyata lebih sulit dari perkiraan,” demikian pernyataan dari Angkatan Udara Ukraina. Untuk membuat JDAM-ER bekerja pada pesawat tempur warisan Soviet membutuhkan lebih banyak usaha dan ‘kecerdasan’ dibandingkan dengan kasus AGM-88 HARM atau Storm Shadow.
Dikutip dari Defense Express – defence-ua.com, disebut bahwa ada kesulitan yang dihadapi para teknisi untuk mengintegrasikan senjata buatan AS itu ke dalam sistem senjata pesawat tempur buatan Uni Soviet. Masalahnya adalah, “mengintegrasikan senjata berpemandu presisi” berarti menyelesaikan lebih banyak tugas daripada sekadar menemukan cara untuk memasang bom. Melakukan modifikasi pada cantelan (pylon) merupakan masalah yang diakui cukup rumit.
Rak ejector bomb MAU-50 dipasang di sayap A-10 (Ist)
Dalam kasus khusus JDAM-ER, lebih banyak dibutuhkan upaya daripada membuat segala sesuatunya berjalan baik dengan AGM-88 HARM. Dalam kasus AGM-88, menjadi mudah karena pylon LAU-118/A yang digunakan – sebuah cantelan standar untuk pesawat Barat, berhasil ‘ditanam’ di atas hardpoint desain pesawat Soviet.
Kemudian, rudal jelajah Storm Shadow/SCALP diintegrasikan dengan menggunakan pylon yang siap pakai dengan diambil dari pesawat serang Tornado yang dinonaktifkan.
Namun, jika menyangkut JDAM-ER, para teknisi harus membuat perangkat yang lebih kompleks. Bomnya sendiri dipasang pada rak ejektor. Dari tampilannya, sepertinya rak ejector bomb MAU-50 dirancang untuk pesawat serang A-10 Thunderbolt II. Rak tersebut dapat menampung bom hingga 2.000 pon (907 kg), sehingga cukup untuk membawa JDAM-ER seberat 500 pon (226 kg).
Namun bagian terpentingnya adalah rak ejektor tersebut harus ditanamkan ke perangkat adaptor lain yang tidak dapat diidentifikasi. Pada pesawat Barat, rak itu dipasang langsung ke pylon dan disembunyikan sepenuhnya di dalam sayap. Sebaliknya, adaptor yang digunakan pada Su-27 setengah terbuka. Dengan kondisi di atas, dapat diduga bahwa integrasi JDAM-ER memerlukan spesialis untuk membuat adaptor unik. (Gilang Perdana)
Setelah MiG-29 Fulcrum Ukraina sukses meluncurkan rudal anti radar buatan Amerika Serikat, AGM-88 High speed Anti-Radiation Missile (HARM), kini ada kabar terbaru terkait jet tempur yang dioperasikan Ukraina, yakni Sukhoi Su-27 Ukraina telah mengonfirmasi penggunaan bom pintar (smart bomb) Joint Direct Attack Munition-Extended Range (JDAM-ER) yang dipasok oleh AS.
Lewat akun media sosial, untuk pertama kalinya, Angkatan Udara Ukraina merilis foto yang menggambarkan jet tempur Su-27 yang dipersenjatai dengan bom luncur (glide bomb) JDAM-ER. Foto tersebut memvalidasi bahwa Su-27 Ukraina, bersama dengan pesawat MiG-29 yang sebelumnya terlihat membawa amunisi JDAM-ER, kini dilengkapi dengan munisi asal AS tersebut.
Untuk merayakan Hari Kemerdekaan Ukraina pada tanggal 24 Agustus, Angkatan Udara Ukraina membagikan foto yang menampilkan Letjen Mykola Oleshchuk menandatangani pesannya di JDAM-ER seberat 500 pon (226 kg).
Pada bulan Maret 2023, pejabat AS dan Ukraina mengonfirmasi pengiriman dan penggunaan operasional JDAM-ER. Namun, keberadaan senjata tersebut di gudang senjata Ukraina masih belum terdokumentasi hingga bulan Juli lalu, ketika gambar pertama munisi Barat yang terpasang pada MiG-29 Ukraina muncul secara online.
Sejauh ini belum diketahui jumlah Su-27 yang dipasang oleh Angkatan Udara Ukraina untuk meluncurkan JDAM-ER. Setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, Ukraina mewarisi 74 unit Su-27 yang masih dalam kondisi baru. Namun, hanya sejumlah kecil, mungkin hanya 24 unit, yang berada dalam layanan operasional sebelum meletus perang dengan Rusia pada Februari 2022.
Su-27 dengan mesin ganda dan satu kursi, dengan berat maksimum 36 ton, dapat mengangkut berton-ton bom hingga jarak 1.126 km atau lebih. Selain itu, Su-27 mampu mempertahankan kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri selama perjalanannya.
JDAM-ER dengan sayap lipat dapat meluncur hingga 50 mil (80,4 km) ketika pesawat peluncur mencapai kecepatan lebih tinggi dan melakukan pendakian curam sebelum dilepaskan. Su-27 digerakkan oleh mesin kembar AL-31F, menghasilkan daya dorong sebesar 28 ton dalam mode afterburner – output daya yang lebih dari cukup untuk mendorong JDAM-ER ke jangkauan maksimumnya.
Su-27 memberikan jangkauan operasional yang jauh lebih besar dibandingkan MiG-29. Kemampuan jangkauan yang diperluas ini memungkinkan Su-27 untuk menempuh jarak yang jauh lebih jauh dari pangkalannya.
Sementara JDAM-ER adalah varian dari bom konvensional MK82 yang ditingkatkan dengan perangkat pemandu (guidance kit) dan sayap lipat. Bom ini menggunakan kombinasi sistem panduan inersia dan GPS untuk secara tepat menyerang sasaran yang tidak bergerak, yang secara efektif mewujudkan konsep persenjataan fire and forget.
Seperti diketahui, AS telah memasok JDAM untuk dipasangkan ke jet tempur Rusia, seperti MiG-29 dan Su-27. JDAM mengandalkan kit pengikat (strap-on kit) yang mengubah bom udara biasa (bom konvensional) atau kadang disebut dumb bomb, menjadi senjata berpemandu presisi, atau dikenal sebagai smart bomb.
JDAM sejatinya adalah contoh cemerlang penggunaan teknologi baru untuk membuat senjata yang lebih tua dan lebih primitif menjadi lebih baik. JDAM adalah kit yang mencakup penerima GPS, otak komputer, dan sirip bom yang dapat bermanuver. Kit ini diikatkan pada bom konvensional tanpa kendali—termasuk bom Mk82 seberat 226 kg, Mk83 seberat 453 kg, dan bom Mk84 seberat 907 kg—dan hasil akhirnya adalah sistem senjata berpemandu presisi.
Adanya Kesulitan dalam Integrasi Bom Pintar JDAM-ER
Integrasi bom pintar JDAM-ER pada Su-27 (Ist)
Seperti telah dikupas pada artikel sebelumnya, bahwa Ukraina secara mengesankan mampu melakukan modifikasi pada jet tempur era Soviet, Sukhoi Su-27, dengan membawa bom pintar – smart bomb) Joint Direct Attack Munition-Extended Range (JDAM-ER). Meski terlihat mudah, apalagi sebelumnya Ukraina sukses mengintegrasikan rudal AGM-88 High speed Anti-Radiation Missile (HARM) pada MiG-29 dan Su-27, namun, nyatanya ada kesulitan tersendiri pada instalasi JDAM-ER di Su-27.
“Menyesuaikan JDAM-ER agar sesuai dengan Su-27 ternyata lebih sulit dari perkiraan,” demikian pernyataan dari Angkatan Udara Ukraina. Untuk membuat JDAM-ER bekerja pada pesawat tempur warisan Soviet membutuhkan lebih banyak usaha dan ‘kecerdasan’ dibandingkan dengan kasus AGM-88 HARM atau Storm Shadow.
Dikutip dari Defense Express – defence-ua.com, disebut bahwa ada kesulitan yang dihadapi para teknisi untuk mengintegrasikan senjata buatan AS itu ke dalam sistem senjata pesawat tempur buatan Uni Soviet. Masalahnya adalah, “mengintegrasikan senjata berpemandu presisi” berarti menyelesaikan lebih banyak tugas daripada sekadar menemukan cara untuk memasang bom. Melakukan modifikasi pada cantelan (pylon) merupakan masalah yang diakui cukup rumit.
Rak ejector bomb MAU-50 dipasang di sayap A-10 (Ist)
Dalam kasus khusus JDAM-ER, lebih banyak dibutuhkan upaya daripada membuat segala sesuatunya berjalan baik dengan AGM-88 HARM. Dalam kasus AGM-88, menjadi mudah karena pylon LAU-118/A yang digunakan – sebuah cantelan standar untuk pesawat Barat, berhasil ‘ditanam’ di atas hardpoint desain pesawat Soviet.
Kemudian, rudal jelajah Storm Shadow/SCALP diintegrasikan dengan menggunakan pylon yang siap pakai dengan diambil dari pesawat serang Tornado yang dinonaktifkan.
Namun, jika menyangkut JDAM-ER, para teknisi harus membuat perangkat yang lebih kompleks. Bomnya sendiri dipasang pada rak ejektor. Dari tampilannya, sepertinya rak ejector bomb MAU-50 dirancang untuk pesawat serang A-10 Thunderbolt II. Rak tersebut dapat menampung bom hingga 2.000 pon (907 kg), sehingga cukup untuk membawa JDAM-ER seberat 500 pon (226 kg).
Namun bagian terpentingnya adalah rak ejektor tersebut harus ditanamkan ke perangkat adaptor lain yang tidak dapat diidentifikasi. Pada pesawat Barat, rak itu dipasang langsung ke pylon dan disembunyikan sepenuhnya di dalam sayap. Sebaliknya, adaptor yang digunakan pada Su-27 setengah terbuka. Dengan kondisi di atas, dapat diduga bahwa integrasi JDAM-ER memerlukan spesialis untuk membuat adaptor unik. (Gilang Perdana)
✈️ Indomiliter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.