F35
Pembangunan jet tempur generasi kelima F-35 telah menjadi program paling mahal dalam sejarah Pentagon, tetapi sejumlah masalah masih terus datang menghantam pesawat siluman yang digadang-gadang akan menjadi tulang punggung kekuatan udara Amerika baik di Angkatan Udara, Angkatan Laut maupun sayap tempur Marinir serta sejumlah negara sekutu.
Pesawat yang satu unitnya akan menghabiskan anggaran US$ 1,5 trilun selama masa program, telah menghadapi berbagai rintangan dan penundaan. Terakhir, kemampuan tempur pesawat ini diragukan akan diperoleh sesuai jadwal karena masalah software. Dan berikut daftar masalah yang dihadapai F-35 sepanjang programnya.1. Penundaan Software Pentagon menemukan kekurangan dalam sistem software Blok 2B yang menjadi dasar bagi kemampuan tempur awal pesawat. Masalah meliputi link data dan sistem penembakan senjata.
Kekurangan terburuk ditemukan di akurasi aspek navigasi pada perangkat lunak Blok 2B ini yang menghambat integrasi senjata dan pengujian pesawat yang akhirnya menunda seluruh program pembangunan pesawat.
Blok 2B juga mengalami masalah dengan akurasi pengiriman senjata. Perangkat lunak ini masih mengalami kesulitan dalam penggunaan radar, sensor pasif, identifikasi teman-atau musuh, dan penargetan elektro-optik.
Paket perangkat lunak 2BS5, yang berkaitan dengan sensor juga terus mengalami kesulitan. Menurut laporan fusi informasi dari sensor pesawat, serta perpaduan informasi dari sensor off-board masih mengalami kekurangan.
Distributed Aperture System juga kerap memunculkan alarm dan trek sasaran palsu dan kinerja stablitas yang miskin.
Baru-baru ini, program F-35 juga diperkirakan akan melanggar jadwal untuk aplikasi software Block 3F yang sedianya akan dilakukan pada Juli 2017. Singkatnya, jika kode gagal, F-35 juga gagal. 2. Tangki Bahan Bakar F-35B Tangki bahan bakar F-35B harus didesain ulang dari ullage inerting system menjadi fuel systems simulator untuk mencegah interaksi oksigen dan gas di tangki bahan bakar atau asupan udara yang berpotensi memunculkan ledakan.
Penelitian lebih lebih lanjut menunjukkan bahwa sistem yang didesain ulang tetap memiliki masalah dalam integrasi pesawat yang memerlukan modifikasi perangkat keras dan perangkat lunak lebih lanjut.3. Proteksi Petir F-35B tidak bisa mempertahankan residual inerting setelah terbang untuk interval 12 jam yang merupakan persyaratan proteksi petir. Dengan kata lain, pesawat akan rentan terhadap sambaran petir jika dipaksa untuk terbang dua kali dalam rentang 12 jam, kecuali tangki bahan bakar harus sering “dibersihkan” dengan “nitrogen eksternal.”
Tetapi itu membutuhkan tambahan lapisan yang tidak dapat diterima pemeliharaan. Jika solusi tidak ditemukan, F-35B membutuhkan pengembangan metode proteksi petir alternatif.4. Kontrol Penerbangan F-35B mengalami kesulitan melakukan serangan pada sudut tertentu ketika kondisi udara intens karena ada degradasi dalam sistem kontrol penerbangan.5. Helm Pilot F-35A Lightning II operational at Nellis AFB
Helm seharga US$ 400 ribu telah mengalami masalah. Pengujian pada F-35C mengungkapkan masalah helm, yang dirancang untuk menampilkan informasi penting yang berkaitan dengan pesawat.
Ketika manuver ofensif dan defensif mempengaruhi tampilan layar sehingga menyulitkan bagi pilot. Sinar hijau yang muncul di layar untuk misi malam juga mengganggu pandangan pilot. 6. Komponen Tidak Andal F-35 memiliki sejumlah komponen yang membutuhkan perawatan yang lebih sering dari yang direncanakan.
Menurut laporan Pentagon, semua varian memiliki masalah reliabilitas dengan prosesor avionik, gear pendaratan, sistem manajemen termal, kursi ejeksi, unit display elektronik kokpit, unit display helm, kit kursi penyelamat, percikan api di mesin turbin, dan sistem pembangkit oksigen on-board.
Tidak dapat diandalkannya sistem ini meningkatkan waktu pemeliharaan dan biaya pada pesawat yang sudah mahal tersebut.7. Automatic Logistics Information System (ALIS) Ini adalah tulang punggung teknologi informasi F-35 yang juga mengalami masalah. Perangkat lunak ini memonitor semua operasi pesawat dan memberikan informasi kepada pilot dan personil darat tentang masalah yang timbul dalam pesawat.
Menurut laporan, “ALIS" juga telah melintasi jadwal semula dengan beberapa kemampuan yang tidak sesuai seperti yang direncanakan. Beberapa kekurangan ini termasuk kesalahan dalam penilaian kondisi kesehatan pesawat F-35. Sistem, yang dibawa di F-35 dalam penerbangan juga tidak sesuai dengan ukuran dan berat yang disetujui sejak awal.8. Kursi EjeksiKursi ejeksi yang digunakan ketika F-35 bermasalah berpotensi menyebabkan cedera fatal bagi pilot di bawah berat tertentu.
Tes ejeksi kecepatan rendah telah menghentak leher pilot boneka.
Pentagon telah melarang semua pilot di bawah berat badan kurang dari 136 pound untuk menerbangkan pesawat ini.9. Penundaan Senjata Canggih Marines perform first F-35B vertical take-off, landing at Eglin
Karena kelalaian desain, F-35B tidak akan mampu membawa salah satu senjata paling canggih sampai tahun 2022. Pesawat itu dirancang untuk membawa delapan bom diameter kecil atau small diameter bomb II (SDB II), namun kubah senjata pesawat hanya bisa memuat empat bom saja.
Selain itu, SDB II akan digunakan pada pesawat dengan software Blok 4 yang jadwalnya mundur sampai tahun 2022. Sampai saat itu F-35B tidak akan bisa menggunakan bom canggih itu.
SDB II adalah bom presisi generasi baru yang dibangun khusus untuk program F-35. bom akan memungkinkan pilot untuk menyerang target dari jarak 40 mil dengan presisi tinggi.10.Tidak Bisa Dogfight F-35, selama serangkaian uji dogfights melawan F-16 tidak bisa berbuat banyak. Pesawat ini tidak mampu melakukan manuver tajam juga tidak memiliki kecepatan untuk melawan pesawat yang jauh lebih kuno tersebut.
Selama pertempuran udara tersebut, F-35 beberapa kali kesulitan untuk menghindar dari serangan F-16. Meski kemudian Pentagon mengatakan F-35 memang tidak diciptakan sebagai pesawat untuk pertempuran jarak pendek. Lighting II adalah pesawat siluman yang bisa mendeteksi dan menembak lawan bahkan ketika musuh belum tahu keberadaannya.
Tetapi Kepala Operasi Angkatan Laut Laksamana Jon Greenert mengatakan dalam sebuah pidato Februari 2015 bahwa “siluman mungkin berlebihan.” Greenert percaya bahwa terlalu menekankan pada sifat siluman bisa menyebabkan masalah besar dalam perang di masa depan. [Business Insider]
Pembangunan jet tempur generasi kelima F-35 telah menjadi program paling mahal dalam sejarah Pentagon, tetapi sejumlah masalah masih terus datang menghantam pesawat siluman yang digadang-gadang akan menjadi tulang punggung kekuatan udara Amerika baik di Angkatan Udara, Angkatan Laut maupun sayap tempur Marinir serta sejumlah negara sekutu.
Pesawat yang satu unitnya akan menghabiskan anggaran US$ 1,5 trilun selama masa program, telah menghadapi berbagai rintangan dan penundaan. Terakhir, kemampuan tempur pesawat ini diragukan akan diperoleh sesuai jadwal karena masalah software. Dan berikut daftar masalah yang dihadapai F-35 sepanjang programnya.1. Penundaan Software Pentagon menemukan kekurangan dalam sistem software Blok 2B yang menjadi dasar bagi kemampuan tempur awal pesawat. Masalah meliputi link data dan sistem penembakan senjata.
Kekurangan terburuk ditemukan di akurasi aspek navigasi pada perangkat lunak Blok 2B ini yang menghambat integrasi senjata dan pengujian pesawat yang akhirnya menunda seluruh program pembangunan pesawat.
Blok 2B juga mengalami masalah dengan akurasi pengiriman senjata. Perangkat lunak ini masih mengalami kesulitan dalam penggunaan radar, sensor pasif, identifikasi teman-atau musuh, dan penargetan elektro-optik.
Paket perangkat lunak 2BS5, yang berkaitan dengan sensor juga terus mengalami kesulitan. Menurut laporan fusi informasi dari sensor pesawat, serta perpaduan informasi dari sensor off-board masih mengalami kekurangan.
Distributed Aperture System juga kerap memunculkan alarm dan trek sasaran palsu dan kinerja stablitas yang miskin.
Baru-baru ini, program F-35 juga diperkirakan akan melanggar jadwal untuk aplikasi software Block 3F yang sedianya akan dilakukan pada Juli 2017. Singkatnya, jika kode gagal, F-35 juga gagal. 2. Tangki Bahan Bakar F-35B Tangki bahan bakar F-35B harus didesain ulang dari ullage inerting system menjadi fuel systems simulator untuk mencegah interaksi oksigen dan gas di tangki bahan bakar atau asupan udara yang berpotensi memunculkan ledakan.
Penelitian lebih lebih lanjut menunjukkan bahwa sistem yang didesain ulang tetap memiliki masalah dalam integrasi pesawat yang memerlukan modifikasi perangkat keras dan perangkat lunak lebih lanjut.3. Proteksi Petir F-35B tidak bisa mempertahankan residual inerting setelah terbang untuk interval 12 jam yang merupakan persyaratan proteksi petir. Dengan kata lain, pesawat akan rentan terhadap sambaran petir jika dipaksa untuk terbang dua kali dalam rentang 12 jam, kecuali tangki bahan bakar harus sering “dibersihkan” dengan “nitrogen eksternal.”
Tetapi itu membutuhkan tambahan lapisan yang tidak dapat diterima pemeliharaan. Jika solusi tidak ditemukan, F-35B membutuhkan pengembangan metode proteksi petir alternatif.4. Kontrol Penerbangan F-35B mengalami kesulitan melakukan serangan pada sudut tertentu ketika kondisi udara intens karena ada degradasi dalam sistem kontrol penerbangan.5. Helm Pilot F-35A Lightning II operational at Nellis AFB
Helm seharga US$ 400 ribu telah mengalami masalah. Pengujian pada F-35C mengungkapkan masalah helm, yang dirancang untuk menampilkan informasi penting yang berkaitan dengan pesawat.
Ketika manuver ofensif dan defensif mempengaruhi tampilan layar sehingga menyulitkan bagi pilot. Sinar hijau yang muncul di layar untuk misi malam juga mengganggu pandangan pilot. 6. Komponen Tidak Andal F-35 memiliki sejumlah komponen yang membutuhkan perawatan yang lebih sering dari yang direncanakan.
Menurut laporan Pentagon, semua varian memiliki masalah reliabilitas dengan prosesor avionik, gear pendaratan, sistem manajemen termal, kursi ejeksi, unit display elektronik kokpit, unit display helm, kit kursi penyelamat, percikan api di mesin turbin, dan sistem pembangkit oksigen on-board.
Tidak dapat diandalkannya sistem ini meningkatkan waktu pemeliharaan dan biaya pada pesawat yang sudah mahal tersebut.7. Automatic Logistics Information System (ALIS) Ini adalah tulang punggung teknologi informasi F-35 yang juga mengalami masalah. Perangkat lunak ini memonitor semua operasi pesawat dan memberikan informasi kepada pilot dan personil darat tentang masalah yang timbul dalam pesawat.
Menurut laporan, “ALIS" juga telah melintasi jadwal semula dengan beberapa kemampuan yang tidak sesuai seperti yang direncanakan. Beberapa kekurangan ini termasuk kesalahan dalam penilaian kondisi kesehatan pesawat F-35. Sistem, yang dibawa di F-35 dalam penerbangan juga tidak sesuai dengan ukuran dan berat yang disetujui sejak awal.8. Kursi EjeksiKursi ejeksi yang digunakan ketika F-35 bermasalah berpotensi menyebabkan cedera fatal bagi pilot di bawah berat tertentu.
Tes ejeksi kecepatan rendah telah menghentak leher pilot boneka.
Pentagon telah melarang semua pilot di bawah berat badan kurang dari 136 pound untuk menerbangkan pesawat ini.9. Penundaan Senjata Canggih Marines perform first F-35B vertical take-off, landing at Eglin
Karena kelalaian desain, F-35B tidak akan mampu membawa salah satu senjata paling canggih sampai tahun 2022. Pesawat itu dirancang untuk membawa delapan bom diameter kecil atau small diameter bomb II (SDB II), namun kubah senjata pesawat hanya bisa memuat empat bom saja.
Selain itu, SDB II akan digunakan pada pesawat dengan software Blok 4 yang jadwalnya mundur sampai tahun 2022. Sampai saat itu F-35B tidak akan bisa menggunakan bom canggih itu.
SDB II adalah bom presisi generasi baru yang dibangun khusus untuk program F-35. bom akan memungkinkan pilot untuk menyerang target dari jarak 40 mil dengan presisi tinggi.10.Tidak Bisa Dogfight F-35, selama serangkaian uji dogfights melawan F-16 tidak bisa berbuat banyak. Pesawat ini tidak mampu melakukan manuver tajam juga tidak memiliki kecepatan untuk melawan pesawat yang jauh lebih kuno tersebut.
Selama pertempuran udara tersebut, F-35 beberapa kali kesulitan untuk menghindar dari serangan F-16. Meski kemudian Pentagon mengatakan F-35 memang tidak diciptakan sebagai pesawat untuk pertempuran jarak pendek. Lighting II adalah pesawat siluman yang bisa mendeteksi dan menembak lawan bahkan ketika musuh belum tahu keberadaannya.
Tetapi Kepala Operasi Angkatan Laut Laksamana Jon Greenert mengatakan dalam sebuah pidato Februari 2015 bahwa “siluman mungkin berlebihan.” Greenert percaya bahwa terlalu menekankan pada sifat siluman bisa menyebabkan masalah besar dalam perang di masa depan. [Business Insider]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.