Memutus Mitos Keperkasaan MerkavaTank apa yang terkuat di muka bumi? Semua orang, baik seorang tankee atau awam, akan menjawab Merkava. Tank Israel racikan khusus Israel Tal yang disebut paling terlindungi di muka bumi tersebut jadi bulan-bulanan Kornet tanpa henti di musim panas 2006.
Saat penulis menghadirkan Merkava sebagai topik tulisan perdana ketika terjun sebagai kontributor di COMMANDO pada 2003, Merkava baru saja diluncurkan dalam varian Siman (Mark) 4. Dengan sosok gambot dan besar, karya terakhir Israel Tal ini seolah menabalkan status sahih tank Yahudi sebagai yang terkuat dan terbaik di dunia. Baru tiga tahun berlalu sejak Israel melakukan penarikan mundur dari Lebanon setelah tiga dekade beroperasi di negeri yang diamuk perang tanpa henti tersebut.
Siapa nyana, 3 tahun berikutnya Israel malah memutuskan untuk memerangi Hezbollah dalam perang Lebanon kedua di musim panas 2006. Dalam insiden yang diawali oleh insiden Zari’t Sthula tersebut, Hezbollah berhasil memancing Israel masuk ke dalam perang yang tidak mereka duga sebelumnya. Hezbollah yang dikira oleh Israel tak lebih dari sekelompok ideologis garis keras dengan dukungan Suriah seperti PLO pada dekade 1980an ternyata jauh berbeda. Hezbollah lebih siap baik secara organisasi maupun secara militer, dengan dukungan nyata dari Iran dan Suriah. Hezbollah mempersiapkan pertahanannya dengan baik, berkat absennya Israel selama lima tahun pertama. Jaringan terowongan dibangun secara masif dan terkoneksi dengan baik, dengan perbekalan memadai untuk perang yang panjang.
Di sisi lain, para perencana militer Israel di musim panas 2006 tersebut seolah kehilangan rohnya. Implementasi doktrin baru yang kurang membumi ditengarai menjadi kambing hitam, dengan para perwira di lapangan merasa gamang dengan pelaksanaannya. Pun pendekatan IDF yang melancarkan perang ala Amerika Serikat dengan pemboman presisi dari jet-jet tempurnya tidak mampu menghantam Hezbollah – karena Hezbollah tidak memiliki pusat komando yang sentralistik. Ketika satu titik dibom mereka tinggal masuk terowongan dan berkonsolidasi di tempat lain, begitu seterusnya. Ketika pada akhirnya Israel menerjunkan tank, inilah yang ditunggu-tunggu. Tim antitank Hezbollah yang dimodali Konkurs oleh Iran dan Kornet serta RPG-29 Vampir oleh Suriah sudah menyiapkan jebakan maut.
Dari total 400 Merkava dan Magach yang diterjunkan ke Lebanon pada musim panas 2006 itu, 50 terkena hantaman langsung dari rudal antitank. 22 tertembus telak, 30 awaknya gugur. IDF melakukan satu investigasi mendalam atas runtuhnya keperkasaan Merkava tersebut untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apakah tank tiba-tiba menjadi usang di hadapan musuh yang bergerak lincah dengan rudal antitank? Merkava siman 4 yang seharusnya menjadi sang pemuncak, warisan terakhir Israel Tal, gagal bersinar dalam penjebakan rapi yang terjadi di Wadi Saluki. Kontak melawan Hezbollah di Saluki adalah pertempuran terbesar yang dihadapi pasukan Israel sampai saat ini.
Walaupun kedua belah pihak telah menyetujui gencatan senjata yang diprakarsai PBB pada Jumat malam 11 Agustus 2006, PM Ehud Olmert memerintahkan agar IDF merebut wilayah di sungai Litani, yang seringkali dijadikan basis peluncuran roket-roket oleh Hezbollah. Titik masuk yang paling memungkinkan dan paling cepat bagi pasukan Israel adalah Wadi Saluki, jalur sempit yang diapit bukit dan pegunungan. Orang-orang Hezbollah menyebut lokasi ini Wadi al-Hujeir, sesuai dengan klaim mereka bahwa wilayah ini adalah milik Lebanon. Penguasaan Wadi Saluki memungkinkan manuver untuk menduduki seluruh wilayah Selatan Lebanon dari arah Barat. Israel mengetahui ini, dan Hezbollah lebih paham lagi. Jalan tersebut menanjak, dan tentu saja akan sulit bagi prajurit, apalagi tank, untuk mendaki, ditambah lagi tidak ada perlindungan di kanan kirinya apabila terjadi penghadangan.
Brigjend. Guy Zur, Panglima Divisi 162 yang ditugasi untuk merebut Litani bukan orang kemarin sore. Sesuai dengan situasi taktis, ia sudah mendaratkan pasukan infantri Brigade Nahal dengan helikopter untuk menduduki perbukitan di Andouriya dan Farun, untuk mencegah Hezbollah melakukan pendadakan dan menyediakan perlindungan bagi iring-iringan Merkava siman 4 milik Brigade 401 yang dikomandani oleh Kolonel Moti Kidor.
Di sisi lain, kumpulan tank Merkava yang sudah diam seminggu tentu saja tak lolos dari pengamatan mata-mata Hezbollah. Satu pasukan antitank Hezbollah yang terdiri dari 80-100 orang sudah disiapkan menyambut orang-orang Israel yang coba masuk ke Lebanon. Orang-orang Hezbollah ini dipimpin oleh Ali Saleh, yang memiliki nama samaran Bilal. Ali Saleh dan timnya adalah perencana serangan di Zari’t Shtula, yang berujung dengan kesuksesan Hezbollah menculik dua prajurit Israel. Para petinggi Hezbollah meminta agar Ali Saleh tidak perlu memimpin sendiri serbuan di Andaouriya tersebut, karena anakbuahnya sudah cukup mampu mengoperasikan rudal antitank. Modal mereka adalah rudal Rusia Kornet-E berpemandu laser dengan hululedak ganda untuk mengalahkan sistem proteksi tank Israel, serta rudal Konkurs buatan Iran.
Pada pagi hari 13 Agustus, 24 jam sebelum gencatan senjata dinyatakan mulai berlaku, perintah memasuki Wadi Saluki tak bisa ditawar lagi. Iring-iringan tank dan kendaraan pengangkut pasukan mulai bergerak terburu-buru. Pasukan Brigade Nahal yang sudah pada posisinya melaporkan tidak ada tanda-tanda musuh di area. Sehari sebelumnya mereka mengatakan semuanya aman, padahal pasukan Nahal tidak ada yang naik ke perbukitan.
Menyangka segalanya aman, awak tank Brigade 401 mulai merasakan ada yang tidak beres ketika jalan sempit di Saluki itu diblokade pada satu titik dengan reruntuhan material. Dua tank terdepan yang sudah tiba di pinggiran Andouriya menemukan bahwa mereka memang sama sekali tidak dapat melewati rute ini. Tank tidak bisa lewat, jadi iring-iringan itu terpaksa putar arah dan mencari rute lain.
Saat tank terdepan bisa berbalik arah, tiba-tiba terjadi ledakan yang sangat besar, kemungkinan IED yang ditanam oleh Hezbollah. Ledakan itu meruntuhkan bebatuan dari perbukitan dan memblokade satu-satunya ujung jalan yang tadinya masih terbuka. Hampir dalam waktu bersamaan, disaat perhatian awak Merkava tercuri oleh ledakan dahsyat tersebut, Ali Saleh yang sudah ada di belakang sistem pemandu Kornet yang terlindung dengan baik di atas bukit membidik Merkava dengan antena terbanyak.
Rudal Kornet meluncur mulus dan menghantam kubah Merkava komandan kompi, seketika menewaskan danki Bernstein dan seluruh awaknya. Merkava yang tepat berada di belakang tank danki yang gugur mencoba mundur dan mengambil posisi baru. Komandan Batalyon tank ke-9 Letkol Effi Dafri juga ikut terluka, ia tidak dapat memberikan perintah yang efektif. Sementara di atas bukit Ali Saleh segera berpindah ke titik peluncur lainnya, membiarkan anakbuahnya memasang kontainer rudal baru dan mendinginkan sistem pemandu Kornet. Dalam beberapa detik kemudian, rudal demi rudal meluncur terus dari arah puncak perbukitan. Tank wakil komandan batalyon Mayor Shimi Batat juga terkena rudal, sehingga rantai kendali benar-benar hancur total.
Laporan resmi IDF menyatakan bahwa awak tank Brigade 401 tidak melakukan prosedur standar saat terjadi penjebakan, seperti melepaskan granat asap untuk membuat tabir yang mengaburkan pandangan tim antitank Hezbollah. Dihadapkan pada kondisi bahwa tank-tank tidak memiliki keunggulan taktis lokasi, ini menjadi bencana bagi Brigade 401. Pasukan infantri Nahal yang dipanggil untuk membantu tak bisa beraksi karena mereka tertahan oleh Hezbollah yang tiba-tiba saja muncul di mana-mana. Jaringan terowongan yang rapi telah memungkinkan Ali Saleh dan pasukannya untuk mencapai berbagai titik dan secara efektif memecah perhatian pasukan Israel dan kemudian segera mundur dan membereskan perlengkapannya sebelum lawan mereka mampu mengatur kembali pasukannya.
Para danran Merkava berteriak-teriak di jaringan radio IDF meminta dukungan artileri atau serangan udara, tapi Komando Utara menolak karena kuatir akan mengenai prajurit Nahal yang tersebar di berbagai titik. Pendeknya, kegagalan koordinasi efektif antara infantri dan tank membuat bencana di Wadi Saluki bak kiamat kecil untuk doktrin tank Israel.
Saat pertempuran berakhir dan Hezbollah melarikan diri, 11 dari 24 Merkava Brigade 401 terkena hantaman langsung rudal pada beberapa titik. Komandan kompi gugur, situasinya tidak bisa lebih buruk dari ini. Dua belas prajurit gugur, delapan di antaranya adalah awak Merkava. Iring-iringan tank yang masuk dalam kekacauan tersebut akhirnya bisa membebaskan diri dan mengundurkan diri pukul 10 pagi.
Menurut salah satu perwira, kesalahan terbesar para komandan tank Merkava adalah kegagalan mereka untuk menerapkan prosedur yang tepat pada saat terjadinya kontak tembak atau penghadangan oleh lawan. Sistem proteksi dasar macam pelontar granat asap tidak digunakan untuk menciptakan tabir asap untuk menipu mata penembak roket dan rudal antitank, padahal reaksi pertahanan sepersekian detik tersebut sudah mampu untuk menangkal serangan kedua, ketiga, dan selanjutnya.
Israel sudah pasti meradang dengan kehancuran tank-tanknya yang perkasa oleh rudal Kornet yang dipasok oleh Suriah. Kalau bukan Suriah, siapa lagi yang memasok rudal canggih tersebut? Israel bahkan mengajukan tuduhan tersebut ke Rusia, yang tentu saja menolak dengan mudah karena kurang bukti. Israel sampai mengirimkan delegasi ke Rusia untuk menghadirkan bukti-bukti bahwa adalah Kornet yang dipakai untuk menghancurkan Merkava, tetapi Rusia bergeming. Israel sendiri bahkan secara konsisten mengatakan bahwa Kornet adalah penyebab prahara bagi Merkava, seperti yang disebutkan kepala staf IDF Jenderal Gabi Askhenazi saat satu rudal menghantam Merkava tahun 2010 di Gaza, insiden pertama rudal Kornet digunakan oleh Hamas.
IDF merespon kegagalan Merkava di Lebanon dengan menyiapkan paket pembelian sistem pertahanan aktif, yang dapat dioperasikan dalam mode otomatis tanpa memerlukan campur tangan awaknya. Sistem Trophy buatan Rafael dipilih untuk Merkava mengalahkan Iron Fist buatan IMI, yang mampu menangkal ancaman rudal dari jarak dekat. Pelatihan untuk awak Korps Tank ditingkatkan, begitu pula unsur interoperabilitas. Semua langkah perbaikan tersebut akan dibuktikan di Gaza, delapan tahun kemudian. Berkat pemasangan sistem proteksi aktif tersebut, beberapa kali peluncuran Kornet ke arah Merkava dalam operasi Protective Edge di tahun 2014 dapat digagalkan dengan mudah, dan boleh dikatakan Israel sudah menemukan obatnya. Untuk operasi melawan tank, keperkasaan Merkava boleh dikatakan sudah kembali.
Saat penulis menghadirkan Merkava sebagai topik tulisan perdana ketika terjun sebagai kontributor di COMMANDO pada 2003, Merkava baru saja diluncurkan dalam varian Siman (Mark) 4. Dengan sosok gambot dan besar, karya terakhir Israel Tal ini seolah menabalkan status sahih tank Yahudi sebagai yang terkuat dan terbaik di dunia. Baru tiga tahun berlalu sejak Israel melakukan penarikan mundur dari Lebanon setelah tiga dekade beroperasi di negeri yang diamuk perang tanpa henti tersebut.
Siapa nyana, 3 tahun berikutnya Israel malah memutuskan untuk memerangi Hezbollah dalam perang Lebanon kedua di musim panas 2006. Dalam insiden yang diawali oleh insiden Zari’t Sthula tersebut, Hezbollah berhasil memancing Israel masuk ke dalam perang yang tidak mereka duga sebelumnya. Hezbollah yang dikira oleh Israel tak lebih dari sekelompok ideologis garis keras dengan dukungan Suriah seperti PLO pada dekade 1980an ternyata jauh berbeda. Hezbollah lebih siap baik secara organisasi maupun secara militer, dengan dukungan nyata dari Iran dan Suriah. Hezbollah mempersiapkan pertahanannya dengan baik, berkat absennya Israel selama lima tahun pertama. Jaringan terowongan dibangun secara masif dan terkoneksi dengan baik, dengan perbekalan memadai untuk perang yang panjang.
Di sisi lain, para perencana militer Israel di musim panas 2006 tersebut seolah kehilangan rohnya. Implementasi doktrin baru yang kurang membumi ditengarai menjadi kambing hitam, dengan para perwira di lapangan merasa gamang dengan pelaksanaannya. Pun pendekatan IDF yang melancarkan perang ala Amerika Serikat dengan pemboman presisi dari jet-jet tempurnya tidak mampu menghantam Hezbollah – karena Hezbollah tidak memiliki pusat komando yang sentralistik. Ketika satu titik dibom mereka tinggal masuk terowongan dan berkonsolidasi di tempat lain, begitu seterusnya. Ketika pada akhirnya Israel menerjunkan tank, inilah yang ditunggu-tunggu. Tim antitank Hezbollah yang dimodali Konkurs oleh Iran dan Kornet serta RPG-29 Vampir oleh Suriah sudah menyiapkan jebakan maut.
Dari total 400 Merkava dan Magach yang diterjunkan ke Lebanon pada musim panas 2006 itu, 50 terkena hantaman langsung dari rudal antitank. 22 tertembus telak, 30 awaknya gugur. IDF melakukan satu investigasi mendalam atas runtuhnya keperkasaan Merkava tersebut untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apakah tank tiba-tiba menjadi usang di hadapan musuh yang bergerak lincah dengan rudal antitank? Merkava siman 4 yang seharusnya menjadi sang pemuncak, warisan terakhir Israel Tal, gagal bersinar dalam penjebakan rapi yang terjadi di Wadi Saluki. Kontak melawan Hezbollah di Saluki adalah pertempuran terbesar yang dihadapi pasukan Israel sampai saat ini.
Walaupun kedua belah pihak telah menyetujui gencatan senjata yang diprakarsai PBB pada Jumat malam 11 Agustus 2006, PM Ehud Olmert memerintahkan agar IDF merebut wilayah di sungai Litani, yang seringkali dijadikan basis peluncuran roket-roket oleh Hezbollah. Titik masuk yang paling memungkinkan dan paling cepat bagi pasukan Israel adalah Wadi Saluki, jalur sempit yang diapit bukit dan pegunungan. Orang-orang Hezbollah menyebut lokasi ini Wadi al-Hujeir, sesuai dengan klaim mereka bahwa wilayah ini adalah milik Lebanon. Penguasaan Wadi Saluki memungkinkan manuver untuk menduduki seluruh wilayah Selatan Lebanon dari arah Barat. Israel mengetahui ini, dan Hezbollah lebih paham lagi. Jalan tersebut menanjak, dan tentu saja akan sulit bagi prajurit, apalagi tank, untuk mendaki, ditambah lagi tidak ada perlindungan di kanan kirinya apabila terjadi penghadangan.
Brigjend. Guy Zur, Panglima Divisi 162 yang ditugasi untuk merebut Litani bukan orang kemarin sore. Sesuai dengan situasi taktis, ia sudah mendaratkan pasukan infantri Brigade Nahal dengan helikopter untuk menduduki perbukitan di Andouriya dan Farun, untuk mencegah Hezbollah melakukan pendadakan dan menyediakan perlindungan bagi iring-iringan Merkava siman 4 milik Brigade 401 yang dikomandani oleh Kolonel Moti Kidor.
Di sisi lain, kumpulan tank Merkava yang sudah diam seminggu tentu saja tak lolos dari pengamatan mata-mata Hezbollah. Satu pasukan antitank Hezbollah yang terdiri dari 80-100 orang sudah disiapkan menyambut orang-orang Israel yang coba masuk ke Lebanon. Orang-orang Hezbollah ini dipimpin oleh Ali Saleh, yang memiliki nama samaran Bilal. Ali Saleh dan timnya adalah perencana serangan di Zari’t Shtula, yang berujung dengan kesuksesan Hezbollah menculik dua prajurit Israel. Para petinggi Hezbollah meminta agar Ali Saleh tidak perlu memimpin sendiri serbuan di Andaouriya tersebut, karena anakbuahnya sudah cukup mampu mengoperasikan rudal antitank. Modal mereka adalah rudal Rusia Kornet-E berpemandu laser dengan hululedak ganda untuk mengalahkan sistem proteksi tank Israel, serta rudal Konkurs buatan Iran.
Pada pagi hari 13 Agustus, 24 jam sebelum gencatan senjata dinyatakan mulai berlaku, perintah memasuki Wadi Saluki tak bisa ditawar lagi. Iring-iringan tank dan kendaraan pengangkut pasukan mulai bergerak terburu-buru. Pasukan Brigade Nahal yang sudah pada posisinya melaporkan tidak ada tanda-tanda musuh di area. Sehari sebelumnya mereka mengatakan semuanya aman, padahal pasukan Nahal tidak ada yang naik ke perbukitan.
Menyangka segalanya aman, awak tank Brigade 401 mulai merasakan ada yang tidak beres ketika jalan sempit di Saluki itu diblokade pada satu titik dengan reruntuhan material. Dua tank terdepan yang sudah tiba di pinggiran Andouriya menemukan bahwa mereka memang sama sekali tidak dapat melewati rute ini. Tank tidak bisa lewat, jadi iring-iringan itu terpaksa putar arah dan mencari rute lain.
Saat tank terdepan bisa berbalik arah, tiba-tiba terjadi ledakan yang sangat besar, kemungkinan IED yang ditanam oleh Hezbollah. Ledakan itu meruntuhkan bebatuan dari perbukitan dan memblokade satu-satunya ujung jalan yang tadinya masih terbuka. Hampir dalam waktu bersamaan, disaat perhatian awak Merkava tercuri oleh ledakan dahsyat tersebut, Ali Saleh yang sudah ada di belakang sistem pemandu Kornet yang terlindung dengan baik di atas bukit membidik Merkava dengan antena terbanyak.
Rudal Kornet meluncur mulus dan menghantam kubah Merkava komandan kompi, seketika menewaskan danki Bernstein dan seluruh awaknya. Merkava yang tepat berada di belakang tank danki yang gugur mencoba mundur dan mengambil posisi baru. Komandan Batalyon tank ke-9 Letkol Effi Dafri juga ikut terluka, ia tidak dapat memberikan perintah yang efektif. Sementara di atas bukit Ali Saleh segera berpindah ke titik peluncur lainnya, membiarkan anakbuahnya memasang kontainer rudal baru dan mendinginkan sistem pemandu Kornet. Dalam beberapa detik kemudian, rudal demi rudal meluncur terus dari arah puncak perbukitan. Tank wakil komandan batalyon Mayor Shimi Batat juga terkena rudal, sehingga rantai kendali benar-benar hancur total.
Laporan resmi IDF menyatakan bahwa awak tank Brigade 401 tidak melakukan prosedur standar saat terjadi penjebakan, seperti melepaskan granat asap untuk membuat tabir yang mengaburkan pandangan tim antitank Hezbollah. Dihadapkan pada kondisi bahwa tank-tank tidak memiliki keunggulan taktis lokasi, ini menjadi bencana bagi Brigade 401. Pasukan infantri Nahal yang dipanggil untuk membantu tak bisa beraksi karena mereka tertahan oleh Hezbollah yang tiba-tiba saja muncul di mana-mana. Jaringan terowongan yang rapi telah memungkinkan Ali Saleh dan pasukannya untuk mencapai berbagai titik dan secara efektif memecah perhatian pasukan Israel dan kemudian segera mundur dan membereskan perlengkapannya sebelum lawan mereka mampu mengatur kembali pasukannya.
Para danran Merkava berteriak-teriak di jaringan radio IDF meminta dukungan artileri atau serangan udara, tapi Komando Utara menolak karena kuatir akan mengenai prajurit Nahal yang tersebar di berbagai titik. Pendeknya, kegagalan koordinasi efektif antara infantri dan tank membuat bencana di Wadi Saluki bak kiamat kecil untuk doktrin tank Israel.
Saat pertempuran berakhir dan Hezbollah melarikan diri, 11 dari 24 Merkava Brigade 401 terkena hantaman langsung rudal pada beberapa titik. Komandan kompi gugur, situasinya tidak bisa lebih buruk dari ini. Dua belas prajurit gugur, delapan di antaranya adalah awak Merkava. Iring-iringan tank yang masuk dalam kekacauan tersebut akhirnya bisa membebaskan diri dan mengundurkan diri pukul 10 pagi.
Menurut salah satu perwira, kesalahan terbesar para komandan tank Merkava adalah kegagalan mereka untuk menerapkan prosedur yang tepat pada saat terjadinya kontak tembak atau penghadangan oleh lawan. Sistem proteksi dasar macam pelontar granat asap tidak digunakan untuk menciptakan tabir asap untuk menipu mata penembak roket dan rudal antitank, padahal reaksi pertahanan sepersekian detik tersebut sudah mampu untuk menangkal serangan kedua, ketiga, dan selanjutnya.
Israel sudah pasti meradang dengan kehancuran tank-tanknya yang perkasa oleh rudal Kornet yang dipasok oleh Suriah. Kalau bukan Suriah, siapa lagi yang memasok rudal canggih tersebut? Israel bahkan mengajukan tuduhan tersebut ke Rusia, yang tentu saja menolak dengan mudah karena kurang bukti. Israel sampai mengirimkan delegasi ke Rusia untuk menghadirkan bukti-bukti bahwa adalah Kornet yang dipakai untuk menghancurkan Merkava, tetapi Rusia bergeming. Israel sendiri bahkan secara konsisten mengatakan bahwa Kornet adalah penyebab prahara bagi Merkava, seperti yang disebutkan kepala staf IDF Jenderal Gabi Askhenazi saat satu rudal menghantam Merkava tahun 2010 di Gaza, insiden pertama rudal Kornet digunakan oleh Hamas.
IDF merespon kegagalan Merkava di Lebanon dengan menyiapkan paket pembelian sistem pertahanan aktif, yang dapat dioperasikan dalam mode otomatis tanpa memerlukan campur tangan awaknya. Sistem Trophy buatan Rafael dipilih untuk Merkava mengalahkan Iron Fist buatan IMI, yang mampu menangkal ancaman rudal dari jarak dekat. Pelatihan untuk awak Korps Tank ditingkatkan, begitu pula unsur interoperabilitas. Semua langkah perbaikan tersebut akan dibuktikan di Gaza, delapan tahun kemudian. Berkat pemasangan sistem proteksi aktif tersebut, beberapa kali peluncuran Kornet ke arah Merkava dalam operasi Protective Edge di tahun 2014 dapat digagalkan dengan mudah, dan boleh dikatakan Israel sudah menemukan obatnya. Untuk operasi melawan tank, keperkasaan Merkava boleh dikatakan sudah kembali.
♘ ARC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.