Dopper Prajurit Bikin Heboh Asing, Kapuspen TNI: Berarti Kita Bagus Ilustrasi (Andhika Akbarayansyah/detikcom)
Berlatih dopper menggunakan peluru tajam yang dilakoni prajurit TNI bikin ngeri media luar negeri. Pihak TNI merespons bangga soal pandangan tersebut.
"Ya berarti kan kita bagus. Latihannya bagus," ucap Kapuspen TNI Mayjen Tatang Sulaiman sewaktu ditanya soal gegernya media asing memberitakan isi video latihan dopper ala TNI.
Dia menyampaikannya di sela-sela acara kunjungan media dari Kemenkopolhukam ke PT Dirgantara Indonesia (PTDI), Jalan Padjajaran, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (11/2/2016) kemarin. Menurut Tatang, latihan dopper dengan suasana ekstrem tersebut merupakan praktik lumrah bagi prajurit Angkatan Darat, Udara dan Laut.
"Itu memang asli peluru tajam. Kami berharap dalam medan sebenarnya, prajurit (TNI) tidak takut dengan demikian (peluru tajam)," ujarnya.
"Latihan dopper dari dulu modelnya memang begitu. Dopper ialah melatih bagaimana seorang prajurit bisa menghadapi tembakan dari musuh," tutur Tatang menambahkan.
Dia punya alasan kenapa memakai peluru tajam saat TNI berlatih dopper. "Situasinya kan harus memungkinkan demikian. Ya karena kalau pakai peluru hampa, latihannya enggak serius atau asal-asalan," kata Tatang.
Selama ini, sepengetahuan Tatang, peragaan dopper oleh kesatuan AD, AU dan AL, berlangsung aman tanpa insiden fatal atau prajurit tertembak hingga nyawa melayang.
"Belum pernah (kejadian meninggal)," ucap Tatang mengklaim.Latihan Dopper Memang Brutal, Tapi Kami Bukan Sok Pamer Kekuatan Pasukan Paskhas (Dikhy Sasra/detikcom)Nyata tanpa rekayasa. Bukan pula adegan film action nan mendebarkan. Ini tayangan visual sesungguhnya kala peluru tajam bertubi-tubi seliweran di sisi kanan dan kiri tubuh prajurit Korps Pasukan Khas (Korpaskhas) TNI AU yang tengah berlatih dopper.
Cara TNI latihan tersebut menjadi sorotan media asing. Mereka menilai pola berlatih militer ala TNI tergolong ekstrem. Ngeri.
"Latihan dopper memang terlihat brutal. Tapi bukan maksud kami sok-sokan dan pamer kekuatan," ucap Kepala Penerangan (Kapen) Korps Paskhas Letkol Sus Rifaid di Markas Komando (Mako) Paskhas TNI AU, Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (12/2/2016).
Rifaid memperlihatkan rekaman momen latihan dopper di hutan daerah Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Maret 2015. Menurut Rifait, setiap tahunnya sekitar 250 personel Paskhas dari golongan perwira, bintara dan tamtama melaksanakan Pendidikan Komando yang salah satu materinya berupa latihan dopper.
"Dopper ini dilakukan menjelang akhir pendidikan selama lima bulan. Latihan dopper wajib diikuti prajurit Paskhas," ucap Rifaid.
Gambaran isi video milik Korpaskhas TNI AU ini menampilkan dua pria selaku regu tembak berdiri di ketinggian sekitar 10 meter. Keduanya membidikkan senjata api laras panjang Avtomat Kalashnikova 1947 (AK-47) ke arah bawah atau gelanggang lumpur yang dilewati tiga prajurit Paskhas.
Rentetan suara tembakan silih berganti saat tiga prajurit berhelm sambil membawa senjata api laras panjang itu merayap sejauh 25 meter. Percikan lumpur nampak 'menari-nari' terkena peluru tajam kaliber 7,62. Mendapat 'serangan' tersebut membuat prajurit peserta latihan dopper sigap bergerak cepat merayap dalam kubangan lumpur.
"Prajurit peserta pendidikan itu tanpa rompi antipeluru. Sementara penembak mengarahkan pelurunya secara zigzag atau menyilang. Peluru tidak lurus ke depan kepala prajurit, tetapi diarahkan ke samping tubuh kiri dan kanannya," kata Rifaid.
Dia menegaskan, latihan dopper menggunakan peluru tajam ini praktiknya tidak sembarangan. Sebelum ikut dopper, para prajurit sudah dijejali berbagai materi kemampuan darat, laut dan udara sepanjang masa pendidikan.
"Brutal juga ada perhitungannya, enggak asal-asalan. Safetynya sudah diperhatikan secara keseluruhan. Sebelum menggelar dopper, pelaksana mengukur ketebalan dan mengkaji tanah serta lumpur. Jangan ada batu, sehingga peluru tak mental liar. Kalau ada batu, pecahan sepihan batu terkena peluru bisa melukai prajurit. Jadi kami pastikan peluru menancap kuat dalam lumpur," tutur Rifaid.
Korpaskhas merupakan salah satu pasukan elite TNI AU. Soal latihan dopper, sambung Rifaid, bukan sesuatu luar biasa di kalangan personel berjuluk baret jingga ini. "Berlatih dopper itu bukan hal istimewa. Sejak lama latihan tersebut menjadi rutinitas prajurit Paskhas. Sehingga sejak awal mereka menjadi prajurit bernyali, kuat mental dan berani saat berhadapan dengan pertempuran sebenarnya," ujar Rifaid.Latihan Dopper Merupakan Suatu Kebahagiaan Latihan dopper menggunakan senjata api berisi peluru tajam merupakan aktivitas biasa di kalangan TNI. Bukan maksud memamerkan aksi kekerasan, bukan pula sengaja mengumbar tindakan brutal. Bagi prajurit Paskhas TNI AU, dihujam bertubi-tubi tembakan di samping kiri kanan tubuh justru menyimpan kesan tak terlupakan.
"Dopper itu latihan wajib yang harus diikuti prajurit Paskhas saat masa Pendidikan Komando. Nah, latihan dopper ini merupakan masa-masa kebahagian bagi prajurit Paskhas," ujar Kepala Penerangan (Kapen) Korps Paskhas Letkol Sus Rifaid di Markas Komando (Mako) Paskhas TNI AU, Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (12/2/2016).
Selama lima bulan mengikuti Pendidikan Komando, sambung Rifaid, prajurit baret jingga dari golongan perwira, bintara dan tamtama, sudah pasti merasakan langsung desingan suara tembakan serta berjumpa peluru tajam di hadapan mata. Latihan dopper berlangsung menjelang akhir pendidikan.
"Memang latihan dooper ini menguji mental. Namun prajurit Paskhas harus bertekad satu langkah ke depan, ngapain harus mundur menjadi prajurit Paskhas gara-gara kegiatan (latihan dopper) sepele ini. Begitulah rasa bahagianya," tutur Rifaid.
Dia menjelaskan, selama ini tidak ada peserta yang mengundurkan diri karena menolak ikut latihan dopper. Kondisi tersebut membuktikan prajurit Korpaskhas memang benar-benar memiliki rasa percaya diri tinggi dan berani.
Rifaid menegaskan, tentu saja latihan dopper berdampak terhadap prajurit sewaktu menghadapi pertempuran sesungguhnya di medan perang. "Musuh boleh tahu apa yang kita miliki, tapi musuh tidak akan pernah tahu apa niat dan keinginan kami," ujarnya.
"Latihan dopper besar sekali manfaatnya. Sebab prajurit Paskhas mentalnya sudah terbentuk dengan mengikuti materi pendidikan berupa latihan dopper ini. Kondisi seperti itulah membuat kami berani dan ksatria," kata Rifaid menambahkan.
Lebih lanjut Rifaid menuturkan, sepanjang latihan dopper di lingkungan Korpaskhas, hingga kini tidak pernah terjadi insiden prajurit terkena tembakan peluru tajam yang dimuntahkan penembak.
"Belum pernah ada sampai sekarang. Buktinya tiap tahunnya tetap ada dopper," ucap Rifaid. Cara Penembak Uji Nyali Pasukan di Latihan DopperPenembak bersenjata api laras panjang memuntahkan banyak peluru tajam saat prajurit Korpaskhas TNI AU merayap-rayap di lumpur. Wajar saja prajurit baret jingga itu dagdigdug menghadapi tembakan yang merangsek lumpur di sebelah kanan kiri tubuhnya. Rupanya sang penembak memiliki keterampilan khusus sewaktu memberondong peluru agar tidak mencelakakan prajurit yang mengikuti latihan dopper.
"Kalau melihat langsung (di lokasi latihan), tentu mengerikan. Tembakannya menggunakan peluru tajam," ucap Kepala Penerangan (Kapen) Korps Paskhas Letkol Sus Rifaid di Markas Komando (Mako) Paskhas TNI AU, Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (12/2/2016).
Menurut Rifaid, latihan dopper bertujuan menguji kemampuan prajurit Paskhas yang meliputi uji keberanian, ketahanan fisik, mental dan menumbuhkan kepercayaan diri. Dia menegaskan, tentunya pelatih sekaligus penembak tidak membidik tubuh prajurit. Sepintas bila menyaksikan video latihan dropper oleh Korpaskhas yang muncul di YouTube, penembak nampak beraksi brutal menembaki prajurit.
"Enggak asal-asalan atau sembarangan menembak, ada tekniknya. Tembakan itu bukan mengarah ke prajuritnya, tetapi diarahkan ke lumpur yang berada di samping kanan dan kiri tubuh prajurit yang lagi bergerak merayap," tutur Rifaid.
Saking memiliki kemampuan menguasai senjata api tempur, arah tembakan yang dilancarkan personel Paskhas ini bergerak acak dan zigzag tanpa harus senjata disandarkan ke penyangga. "Personel Paskhas ini sudah sangat terlatih menembak," katanya.
Rifaid menjelaskan, setiap berlangsungnya latihan dopper, para penembak harus mengikuti proses seleksi. Misal dari 20 orang yang ikut, nantinya bisa empat orang lolos seleksi. "Pastinya, para penembak yang melatih itu punya prestasi menembak. Mereka juga dites kejiwaan. Ya karena menembak itu bukan pekerjaan mudah. Penembak enggak mesti sniper," ujar Rifaid.
Para prajurit Paskhas yang berada di lumpur, tentu mempunyai teknik khusus saat merayap. Sehingga, sambung Rifaid, peluru tajam tidak menyasar bagian tubuh prajurit "Terpenting konsentrasi," kata Rifaid.
Rifaid memperlihatkan rekaman momen latihan dopper di hutan daerah Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Maret 2015. Menurut Rifaid, setiap tahunnya sekitar 250 personel Paskhas dari golongan perwira, bintara dan tamtama melaksanakan Pendidikan Komando yang salah satu materinya berupa latihan dopper.
"Latihan dopper wajib diikuti prajurit Paskhas," ucap Rifaid.
Gambaran isi video milik Korpaskhas TNI AU ini menampilkan dua pria selaku regu tembak berdiri di ketinggian sekitar 10 meter. Keduanya membidikkan senjata api laras panjang Avtomat Kalashnikova 1947 (AK-47) ke arah bawah atau gelanggang lumpur yang dilewati tiga prajurit Paskhas.
Rentetan suara tembakan silih berganti saat tiga prajurit berhelm sambil membawa senjata api laras panjang itu merayap sejauh 25 meter. Percikan lumpur nampak 'menari-nari' terkena peluru tajam kaliber 7,62. Mendapat 'serangan' tersebut membuat prajurit peserta latihan dopper sigap bergerak cepat merayap dalam kubangan lumpur.
"Prajurit peserta pendidikan itu tanpa rompi antipeluru. Sementara penembak mengarahkan pelurunya secara zigzag atau menyilang. Peluru tidak lurus ke depan kepala prajurit, tetapi diarahkan ke samping tubuh kiri dan kanannya," kata Rifaid.Kalau Gunakan Peluru Karet Tidak Melatih Mental PrajuritPenggunaan peluru tajam saat berlatih dopper bertujuan melatih mental dan keberanian prajurit TNI. Bagi Korpaskhas TNI AU, rentetan tembakan peluru tajam saat berlatih dopper guna membentuk para prajurit tangguh dan terlatih.
"Kalau pakai peluru hampa atau karet, justru tidak melatih mental prajurit Paskhas. Enggak dahsyat kalau pakai peluru hampa. Kalau begitu, pakai saja mercon," ucap Kepala Penerangan (Kapen) Korps Paskhas Letkol Sus Rifaid di Markas Komando (Mako) Paskhas TNI AU, Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (13/2/2016).
Maka itu, Rifaid menambahkan, maksud menggunakan peluru tajam itu untuk membiasakan prajurit lebih sigap dan siap menghadapi pertempuran sesungguhnya. "Paskhas ini dibentuk menjadi prajurit profesional dan militan. Tentu saja prajurit Paskhas ini melalui seleksi ketat, seperti fisik, mental, kesehatan jasmani, psikologi dan akademik," tuturnya.
Rifaid menjelaskan, latihan dopper wajib diikuti prajurit Paskhas sewaktu melaksanakan Pendidikan Komando. Korpaskhas ialah salah satu pasukan khas TNI AU yang mengantongi kemampuan tiga matra yaitu darat, laut dan udara.
Setiap prajurit baret jingga ini harus memiliki persyaratan dasar Para-Komando. Kemampuan mumpuni personel Korpaskhas menjadi andalan garda terdepan menjaga NKRI.
Rifaid mengungkapkan, sepanjang pelaksanaan latihan dopper di lingkungan Korpaskhas, hingga kini tidak pernah terjadi insiden prajurit terkena tembakan peluru tajam yang dimuntahkan penembak. "Belum pernah ada sampai sekarang. Buktinya tiap tahunnya tetap ada dopper," kata Rifaid menegaskan.Cerita Mendebarkan Prajurit Paskhas Diberondong Peluru Tajam Saat Dopper"Komando!" teriak Serka Ahmad Yusup. Dia dan sejumlah rekannya dari personel Korpaskhas TNI AU bernafas lega selepas bergerak cepat merayap saat mengikuti latihan dooper. Mereka lolos diberondong peluru tajam yang bertubi-tubi dimuntahkan senjata tempur AK-47.
Begitulah pengalaman tak terlupakan bagi pria berusia 30 tahun ini. "Perasaannya campur aduk waktu latihan dopper. Namanya juga orang, pastilah takut. Peluru tajam loh yang kami hadapi," ucap Ahmad di Markas Komando (Mako) Paskhas TNI AU, Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (12/2/2016).
Pria asli Tegal tersebut bergabung dengan Korpaskhas sejak 2005. Dia kini bertugas sebagai Staf Penerangan Korpaskhas.
Ahmad mempertaruhkan nyawanya selagi berlatih dopper di kawasan hutan, Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sebelum masuk arena berlumpur, dia dan prajurit lainnya mengambil ancang-ancang tiarap lalu merayap.
Sekejap saja rentetan suara tembakan peluru tajam meluncur berkali-kali menghujam lumpur. "Wah, mati nih kalau kena (peluru tajam)," ungkap Ahmad dalam hatinya kala itu.
Posisi pelatih sekaligus penembak berada di atas. Dua penembak sambil berdiri melancarkan tembakan secara acak dan zigzag. Ahmad pun melihat langsung peluru-peluru tajam 'mendekat' di samping kanan dan kiri tubuhnya. Suasana tanpa rekayasa tersebut sungguh menegangkan.
Jantung Ahmad dagdigdug kencang. Dia harus tiba di ujung titik akhir agar letusan tembakan berhenti. Sejauh 25 meter pria tersebut harus cepat merayap ke garis finish.
"Enggak terhitung berapa butir peluru tajam yang ditembakkan pelatih. Selama merayap itu, saya terus berdoa," ujarnya.
Lantaran sudah dilatih kemampuan teknik merayap, Ahmad yakin bisa melewati rintangan mendebarkan. Rasa takut pun ia lawan. "Cara melawan takut itu, kita harus percaya diri dan menjalankan teknik latihan yang diberikan pelatih. Tentu enggak lupa juga tetap berdoa. Saya pun yakin pelatih (penembak) orang-orang profesional," tutur bapak satu anak ini.
Bagaimana perasaannya setelah berhasil latihan dooper?
"Sangat-sangat bahagia. Ya sebab, latihan tersebut berisik tinggi dibandingkan latihan lainnya. Salah teknik sedikit cara merayap, bisa bahaya," ucap Ahmad.
Ekspresi girang spontanitas menyergap Ahmad setelah tiba di garis akhir dooper. "Saya langsung teriak, 'komando!'. Teman lainnya juga beteriak serupa. Ya senang sekali karena berhasil," kata Ahmad.Video Dopper Ekstrem Itu Digelar Paskhas di Garut 3 Tahun LaluKorps Pasukan Khas (Korpaskhas) TNI AU sudah mengetahui soal media asing yang heboh membahas pola latihan dopper terutama menyoroti tembakan berisi peluru tajam.
Video yang menjadi perbincangan media asing itu sebenarnya bukan gambar latihan dopper yang dilakukan personel Kopassus. Tayangan itu justru visual latihan dopper para prajurit tangguh dari Paskhas di area hutan daerah Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
"Itu video Paskhas saat latihan di Garut, waktunya sekitar tiga tahun lalu," kata Kepala Penerangan (Kapen) Korps Paskhas Letkol Sus Rifaid di Markas Komando (Mako) Paskhas TNI AU, Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (12/2/2016).
Dalam sebuah latihan dopper, diskenariokan pasukan TNI yang siap siaga menyerang musuh. Namun, tanpa diduga musuh ternyata lebih dulu menyerang. Pasukan pun merayap menghindari serangan yang bertubi-tubi. Hujan peluru musuh tidak menyurutkan nyali pasukan TNI. Mereka berbalik menyerang meski harus merayap di atas tanah berlumpur. Skenario ini disebut dopper.
Rifaid mengatakan, wajar bila media asing 'kaget' dengan latihan dopper yang sebenarnya sudah hal biasa di kalangan TNI. "Kalau kata media asing latihan ini brutal, ya wajar. Tapi bagi kami yaitu prajurit Paskhas latihan dopper pakai peluru tajam itu bukan merupakan sesuatu luar biasa," ucap Rifaid.
Dia menegaskan, latihan dopper yang wajib dilakukan prajurit Paskhas ini bukan bermaksud pamer kemampuan serta memperlihatkan aksi kesombongan. Selain itu, Rifaid menambahkan, kegiatan dopper pun bukan mempraktikkan tindakan kekerasan serta mengumbar kebrutalan.
"Berlatih dopper ini justru mendidik. Jadi, latihan tersebut lebih kepada menguji kemampuan prajurit yang meliputi uji keberanian, ketahanan fisik, mental dan menumbuhkan kepercayaan diri. Memang rasa takut pasti ada, tapi bisa dikikis oleh dasar yang dimiliki prajurit untuk berani melakukan dropper," tutur Rifaid.
Korpaskhas ialah salah satu pasukan khas TNI AU yang mengantongi kemampuan tiga matra yaitu darat, laut dan udara. Setiap prajurit baret jingga ini harus memiliki persyaratan dasar Para-Komando. (bbn/mad)
Berikut Video dari Youtube :
Berlatih dopper menggunakan peluru tajam yang dilakoni prajurit TNI bikin ngeri media luar negeri. Pihak TNI merespons bangga soal pandangan tersebut.
"Ya berarti kan kita bagus. Latihannya bagus," ucap Kapuspen TNI Mayjen Tatang Sulaiman sewaktu ditanya soal gegernya media asing memberitakan isi video latihan dopper ala TNI.
Dia menyampaikannya di sela-sela acara kunjungan media dari Kemenkopolhukam ke PT Dirgantara Indonesia (PTDI), Jalan Padjajaran, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (11/2/2016) kemarin. Menurut Tatang, latihan dopper dengan suasana ekstrem tersebut merupakan praktik lumrah bagi prajurit Angkatan Darat, Udara dan Laut.
"Itu memang asli peluru tajam. Kami berharap dalam medan sebenarnya, prajurit (TNI) tidak takut dengan demikian (peluru tajam)," ujarnya.
"Latihan dopper dari dulu modelnya memang begitu. Dopper ialah melatih bagaimana seorang prajurit bisa menghadapi tembakan dari musuh," tutur Tatang menambahkan.
Dia punya alasan kenapa memakai peluru tajam saat TNI berlatih dopper. "Situasinya kan harus memungkinkan demikian. Ya karena kalau pakai peluru hampa, latihannya enggak serius atau asal-asalan," kata Tatang.
Selama ini, sepengetahuan Tatang, peragaan dopper oleh kesatuan AD, AU dan AL, berlangsung aman tanpa insiden fatal atau prajurit tertembak hingga nyawa melayang.
"Belum pernah (kejadian meninggal)," ucap Tatang mengklaim.Latihan Dopper Memang Brutal, Tapi Kami Bukan Sok Pamer Kekuatan Pasukan Paskhas (Dikhy Sasra/detikcom)Nyata tanpa rekayasa. Bukan pula adegan film action nan mendebarkan. Ini tayangan visual sesungguhnya kala peluru tajam bertubi-tubi seliweran di sisi kanan dan kiri tubuh prajurit Korps Pasukan Khas (Korpaskhas) TNI AU yang tengah berlatih dopper.
Cara TNI latihan tersebut menjadi sorotan media asing. Mereka menilai pola berlatih militer ala TNI tergolong ekstrem. Ngeri.
"Latihan dopper memang terlihat brutal. Tapi bukan maksud kami sok-sokan dan pamer kekuatan," ucap Kepala Penerangan (Kapen) Korps Paskhas Letkol Sus Rifaid di Markas Komando (Mako) Paskhas TNI AU, Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (12/2/2016).
Rifaid memperlihatkan rekaman momen latihan dopper di hutan daerah Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Maret 2015. Menurut Rifait, setiap tahunnya sekitar 250 personel Paskhas dari golongan perwira, bintara dan tamtama melaksanakan Pendidikan Komando yang salah satu materinya berupa latihan dopper.
"Dopper ini dilakukan menjelang akhir pendidikan selama lima bulan. Latihan dopper wajib diikuti prajurit Paskhas," ucap Rifaid.
Gambaran isi video milik Korpaskhas TNI AU ini menampilkan dua pria selaku regu tembak berdiri di ketinggian sekitar 10 meter. Keduanya membidikkan senjata api laras panjang Avtomat Kalashnikova 1947 (AK-47) ke arah bawah atau gelanggang lumpur yang dilewati tiga prajurit Paskhas.
Rentetan suara tembakan silih berganti saat tiga prajurit berhelm sambil membawa senjata api laras panjang itu merayap sejauh 25 meter. Percikan lumpur nampak 'menari-nari' terkena peluru tajam kaliber 7,62. Mendapat 'serangan' tersebut membuat prajurit peserta latihan dopper sigap bergerak cepat merayap dalam kubangan lumpur.
"Prajurit peserta pendidikan itu tanpa rompi antipeluru. Sementara penembak mengarahkan pelurunya secara zigzag atau menyilang. Peluru tidak lurus ke depan kepala prajurit, tetapi diarahkan ke samping tubuh kiri dan kanannya," kata Rifaid.
Dia menegaskan, latihan dopper menggunakan peluru tajam ini praktiknya tidak sembarangan. Sebelum ikut dopper, para prajurit sudah dijejali berbagai materi kemampuan darat, laut dan udara sepanjang masa pendidikan.
"Brutal juga ada perhitungannya, enggak asal-asalan. Safetynya sudah diperhatikan secara keseluruhan. Sebelum menggelar dopper, pelaksana mengukur ketebalan dan mengkaji tanah serta lumpur. Jangan ada batu, sehingga peluru tak mental liar. Kalau ada batu, pecahan sepihan batu terkena peluru bisa melukai prajurit. Jadi kami pastikan peluru menancap kuat dalam lumpur," tutur Rifaid.
Korpaskhas merupakan salah satu pasukan elite TNI AU. Soal latihan dopper, sambung Rifaid, bukan sesuatu luar biasa di kalangan personel berjuluk baret jingga ini. "Berlatih dopper itu bukan hal istimewa. Sejak lama latihan tersebut menjadi rutinitas prajurit Paskhas. Sehingga sejak awal mereka menjadi prajurit bernyali, kuat mental dan berani saat berhadapan dengan pertempuran sebenarnya," ujar Rifaid.Latihan Dopper Merupakan Suatu Kebahagiaan Latihan dopper menggunakan senjata api berisi peluru tajam merupakan aktivitas biasa di kalangan TNI. Bukan maksud memamerkan aksi kekerasan, bukan pula sengaja mengumbar tindakan brutal. Bagi prajurit Paskhas TNI AU, dihujam bertubi-tubi tembakan di samping kiri kanan tubuh justru menyimpan kesan tak terlupakan.
"Dopper itu latihan wajib yang harus diikuti prajurit Paskhas saat masa Pendidikan Komando. Nah, latihan dopper ini merupakan masa-masa kebahagian bagi prajurit Paskhas," ujar Kepala Penerangan (Kapen) Korps Paskhas Letkol Sus Rifaid di Markas Komando (Mako) Paskhas TNI AU, Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (12/2/2016).
Selama lima bulan mengikuti Pendidikan Komando, sambung Rifaid, prajurit baret jingga dari golongan perwira, bintara dan tamtama, sudah pasti merasakan langsung desingan suara tembakan serta berjumpa peluru tajam di hadapan mata. Latihan dopper berlangsung menjelang akhir pendidikan.
"Memang latihan dooper ini menguji mental. Namun prajurit Paskhas harus bertekad satu langkah ke depan, ngapain harus mundur menjadi prajurit Paskhas gara-gara kegiatan (latihan dopper) sepele ini. Begitulah rasa bahagianya," tutur Rifaid.
Dia menjelaskan, selama ini tidak ada peserta yang mengundurkan diri karena menolak ikut latihan dopper. Kondisi tersebut membuktikan prajurit Korpaskhas memang benar-benar memiliki rasa percaya diri tinggi dan berani.
Rifaid menegaskan, tentu saja latihan dopper berdampak terhadap prajurit sewaktu menghadapi pertempuran sesungguhnya di medan perang. "Musuh boleh tahu apa yang kita miliki, tapi musuh tidak akan pernah tahu apa niat dan keinginan kami," ujarnya.
"Latihan dopper besar sekali manfaatnya. Sebab prajurit Paskhas mentalnya sudah terbentuk dengan mengikuti materi pendidikan berupa latihan dopper ini. Kondisi seperti itulah membuat kami berani dan ksatria," kata Rifaid menambahkan.
Lebih lanjut Rifaid menuturkan, sepanjang latihan dopper di lingkungan Korpaskhas, hingga kini tidak pernah terjadi insiden prajurit terkena tembakan peluru tajam yang dimuntahkan penembak.
"Belum pernah ada sampai sekarang. Buktinya tiap tahunnya tetap ada dopper," ucap Rifaid. Cara Penembak Uji Nyali Pasukan di Latihan DopperPenembak bersenjata api laras panjang memuntahkan banyak peluru tajam saat prajurit Korpaskhas TNI AU merayap-rayap di lumpur. Wajar saja prajurit baret jingga itu dagdigdug menghadapi tembakan yang merangsek lumpur di sebelah kanan kiri tubuhnya. Rupanya sang penembak memiliki keterampilan khusus sewaktu memberondong peluru agar tidak mencelakakan prajurit yang mengikuti latihan dopper.
"Kalau melihat langsung (di lokasi latihan), tentu mengerikan. Tembakannya menggunakan peluru tajam," ucap Kepala Penerangan (Kapen) Korps Paskhas Letkol Sus Rifaid di Markas Komando (Mako) Paskhas TNI AU, Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (12/2/2016).
Menurut Rifaid, latihan dopper bertujuan menguji kemampuan prajurit Paskhas yang meliputi uji keberanian, ketahanan fisik, mental dan menumbuhkan kepercayaan diri. Dia menegaskan, tentunya pelatih sekaligus penembak tidak membidik tubuh prajurit. Sepintas bila menyaksikan video latihan dropper oleh Korpaskhas yang muncul di YouTube, penembak nampak beraksi brutal menembaki prajurit.
"Enggak asal-asalan atau sembarangan menembak, ada tekniknya. Tembakan itu bukan mengarah ke prajuritnya, tetapi diarahkan ke lumpur yang berada di samping kanan dan kiri tubuh prajurit yang lagi bergerak merayap," tutur Rifaid.
Saking memiliki kemampuan menguasai senjata api tempur, arah tembakan yang dilancarkan personel Paskhas ini bergerak acak dan zigzag tanpa harus senjata disandarkan ke penyangga. "Personel Paskhas ini sudah sangat terlatih menembak," katanya.
Rifaid menjelaskan, setiap berlangsungnya latihan dopper, para penembak harus mengikuti proses seleksi. Misal dari 20 orang yang ikut, nantinya bisa empat orang lolos seleksi. "Pastinya, para penembak yang melatih itu punya prestasi menembak. Mereka juga dites kejiwaan. Ya karena menembak itu bukan pekerjaan mudah. Penembak enggak mesti sniper," ujar Rifaid.
Para prajurit Paskhas yang berada di lumpur, tentu mempunyai teknik khusus saat merayap. Sehingga, sambung Rifaid, peluru tajam tidak menyasar bagian tubuh prajurit "Terpenting konsentrasi," kata Rifaid.
Rifaid memperlihatkan rekaman momen latihan dopper di hutan daerah Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Maret 2015. Menurut Rifaid, setiap tahunnya sekitar 250 personel Paskhas dari golongan perwira, bintara dan tamtama melaksanakan Pendidikan Komando yang salah satu materinya berupa latihan dopper.
"Latihan dopper wajib diikuti prajurit Paskhas," ucap Rifaid.
Gambaran isi video milik Korpaskhas TNI AU ini menampilkan dua pria selaku regu tembak berdiri di ketinggian sekitar 10 meter. Keduanya membidikkan senjata api laras panjang Avtomat Kalashnikova 1947 (AK-47) ke arah bawah atau gelanggang lumpur yang dilewati tiga prajurit Paskhas.
Rentetan suara tembakan silih berganti saat tiga prajurit berhelm sambil membawa senjata api laras panjang itu merayap sejauh 25 meter. Percikan lumpur nampak 'menari-nari' terkena peluru tajam kaliber 7,62. Mendapat 'serangan' tersebut membuat prajurit peserta latihan dopper sigap bergerak cepat merayap dalam kubangan lumpur.
"Prajurit peserta pendidikan itu tanpa rompi antipeluru. Sementara penembak mengarahkan pelurunya secara zigzag atau menyilang. Peluru tidak lurus ke depan kepala prajurit, tetapi diarahkan ke samping tubuh kiri dan kanannya," kata Rifaid.Kalau Gunakan Peluru Karet Tidak Melatih Mental PrajuritPenggunaan peluru tajam saat berlatih dopper bertujuan melatih mental dan keberanian prajurit TNI. Bagi Korpaskhas TNI AU, rentetan tembakan peluru tajam saat berlatih dopper guna membentuk para prajurit tangguh dan terlatih.
"Kalau pakai peluru hampa atau karet, justru tidak melatih mental prajurit Paskhas. Enggak dahsyat kalau pakai peluru hampa. Kalau begitu, pakai saja mercon," ucap Kepala Penerangan (Kapen) Korps Paskhas Letkol Sus Rifaid di Markas Komando (Mako) Paskhas TNI AU, Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (13/2/2016).
Maka itu, Rifaid menambahkan, maksud menggunakan peluru tajam itu untuk membiasakan prajurit lebih sigap dan siap menghadapi pertempuran sesungguhnya. "Paskhas ini dibentuk menjadi prajurit profesional dan militan. Tentu saja prajurit Paskhas ini melalui seleksi ketat, seperti fisik, mental, kesehatan jasmani, psikologi dan akademik," tuturnya.
Rifaid menjelaskan, latihan dopper wajib diikuti prajurit Paskhas sewaktu melaksanakan Pendidikan Komando. Korpaskhas ialah salah satu pasukan khas TNI AU yang mengantongi kemampuan tiga matra yaitu darat, laut dan udara.
Setiap prajurit baret jingga ini harus memiliki persyaratan dasar Para-Komando. Kemampuan mumpuni personel Korpaskhas menjadi andalan garda terdepan menjaga NKRI.
Rifaid mengungkapkan, sepanjang pelaksanaan latihan dopper di lingkungan Korpaskhas, hingga kini tidak pernah terjadi insiden prajurit terkena tembakan peluru tajam yang dimuntahkan penembak. "Belum pernah ada sampai sekarang. Buktinya tiap tahunnya tetap ada dopper," kata Rifaid menegaskan.Cerita Mendebarkan Prajurit Paskhas Diberondong Peluru Tajam Saat Dopper"Komando!" teriak Serka Ahmad Yusup. Dia dan sejumlah rekannya dari personel Korpaskhas TNI AU bernafas lega selepas bergerak cepat merayap saat mengikuti latihan dooper. Mereka lolos diberondong peluru tajam yang bertubi-tubi dimuntahkan senjata tempur AK-47.
Begitulah pengalaman tak terlupakan bagi pria berusia 30 tahun ini. "Perasaannya campur aduk waktu latihan dopper. Namanya juga orang, pastilah takut. Peluru tajam loh yang kami hadapi," ucap Ahmad di Markas Komando (Mako) Paskhas TNI AU, Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (12/2/2016).
Pria asli Tegal tersebut bergabung dengan Korpaskhas sejak 2005. Dia kini bertugas sebagai Staf Penerangan Korpaskhas.
Ahmad mempertaruhkan nyawanya selagi berlatih dopper di kawasan hutan, Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sebelum masuk arena berlumpur, dia dan prajurit lainnya mengambil ancang-ancang tiarap lalu merayap.
Sekejap saja rentetan suara tembakan peluru tajam meluncur berkali-kali menghujam lumpur. "Wah, mati nih kalau kena (peluru tajam)," ungkap Ahmad dalam hatinya kala itu.
Posisi pelatih sekaligus penembak berada di atas. Dua penembak sambil berdiri melancarkan tembakan secara acak dan zigzag. Ahmad pun melihat langsung peluru-peluru tajam 'mendekat' di samping kanan dan kiri tubuhnya. Suasana tanpa rekayasa tersebut sungguh menegangkan.
Jantung Ahmad dagdigdug kencang. Dia harus tiba di ujung titik akhir agar letusan tembakan berhenti. Sejauh 25 meter pria tersebut harus cepat merayap ke garis finish.
"Enggak terhitung berapa butir peluru tajam yang ditembakkan pelatih. Selama merayap itu, saya terus berdoa," ujarnya.
Lantaran sudah dilatih kemampuan teknik merayap, Ahmad yakin bisa melewati rintangan mendebarkan. Rasa takut pun ia lawan. "Cara melawan takut itu, kita harus percaya diri dan menjalankan teknik latihan yang diberikan pelatih. Tentu enggak lupa juga tetap berdoa. Saya pun yakin pelatih (penembak) orang-orang profesional," tutur bapak satu anak ini.
Bagaimana perasaannya setelah berhasil latihan dooper?
"Sangat-sangat bahagia. Ya sebab, latihan tersebut berisik tinggi dibandingkan latihan lainnya. Salah teknik sedikit cara merayap, bisa bahaya," ucap Ahmad.
Ekspresi girang spontanitas menyergap Ahmad setelah tiba di garis akhir dooper. "Saya langsung teriak, 'komando!'. Teman lainnya juga beteriak serupa. Ya senang sekali karena berhasil," kata Ahmad.Video Dopper Ekstrem Itu Digelar Paskhas di Garut 3 Tahun LaluKorps Pasukan Khas (Korpaskhas) TNI AU sudah mengetahui soal media asing yang heboh membahas pola latihan dopper terutama menyoroti tembakan berisi peluru tajam.
Video yang menjadi perbincangan media asing itu sebenarnya bukan gambar latihan dopper yang dilakukan personel Kopassus. Tayangan itu justru visual latihan dopper para prajurit tangguh dari Paskhas di area hutan daerah Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
"Itu video Paskhas saat latihan di Garut, waktunya sekitar tiga tahun lalu," kata Kepala Penerangan (Kapen) Korps Paskhas Letkol Sus Rifaid di Markas Komando (Mako) Paskhas TNI AU, Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (12/2/2016).
Dalam sebuah latihan dopper, diskenariokan pasukan TNI yang siap siaga menyerang musuh. Namun, tanpa diduga musuh ternyata lebih dulu menyerang. Pasukan pun merayap menghindari serangan yang bertubi-tubi. Hujan peluru musuh tidak menyurutkan nyali pasukan TNI. Mereka berbalik menyerang meski harus merayap di atas tanah berlumpur. Skenario ini disebut dopper.
Rifaid mengatakan, wajar bila media asing 'kaget' dengan latihan dopper yang sebenarnya sudah hal biasa di kalangan TNI. "Kalau kata media asing latihan ini brutal, ya wajar. Tapi bagi kami yaitu prajurit Paskhas latihan dopper pakai peluru tajam itu bukan merupakan sesuatu luar biasa," ucap Rifaid.
Dia menegaskan, latihan dopper yang wajib dilakukan prajurit Paskhas ini bukan bermaksud pamer kemampuan serta memperlihatkan aksi kesombongan. Selain itu, Rifaid menambahkan, kegiatan dopper pun bukan mempraktikkan tindakan kekerasan serta mengumbar kebrutalan.
"Berlatih dopper ini justru mendidik. Jadi, latihan tersebut lebih kepada menguji kemampuan prajurit yang meliputi uji keberanian, ketahanan fisik, mental dan menumbuhkan kepercayaan diri. Memang rasa takut pasti ada, tapi bisa dikikis oleh dasar yang dimiliki prajurit untuk berani melakukan dropper," tutur Rifaid.
Korpaskhas ialah salah satu pasukan khas TNI AU yang mengantongi kemampuan tiga matra yaitu darat, laut dan udara. Setiap prajurit baret jingga ini harus memiliki persyaratan dasar Para-Komando. (bbn/mad)
Berikut Video dari Youtube :
♘ detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.