[Ilustrasi oleh Mindra Purnomo] ★
Pesawat Super Tucano jatuh di Kecamatan Blimbing, Malang, Jawa Timur saat melakukan test flight. Jatuhnya pesawat yang baru didatangkan pada 2014 itu menambah daftar panjang kecelakaan pesawat milik TNI AU. Pemerintah pun meminta agar TNI mengevaluasi pembelian alutsista.
"Kami sudah mendapatkan laporan dari TNI AU mengenai jatuhnya pesawat di Malang dalam rangka latihan setelah terbang hampir satu jam dan ada kemungkinan dari laporan yang ada, ada yang meninggal tapi sekarang baru dikonfirmasi berapa jumlah dan sebagainya," kata Seskab, Pramono Anung di Istana Negara, Jl Veteran, Jakpus, Rabu (10/2/2016).
Pramono menyebutkan, jatuhnya pesawat Super Tucano hanya berselang beberapa bulan dengan peristiwa jatuhnya pesawat Golden Eagle di Yogyakarta. Sehingga, ada yang perlu dievaluasi dalam pengadaan alutsista.
"Yang jelas bahwa ini adalah kejadian yang berikutnya setelah Jogja, maka tentunya ada beberapa hal yang perlu dilakukan perbaikan dalam proses latihan karena kalau memang pesawatnya tidak dalam sedang kondisi yang layak pakai, karena apa yang terjadi di jJgja dan Malang kalau dilihat secara awam ada kemungkinan apakah itu technical error atau human error. Kami menduga, tentunya ini nanti yang akan memberi penjelasan lebih lanjut adalah TNI AU, kemungkinan adalah technical error, ada sesuatu dalam pesawat tersebut," jelas Pramono
"Maka demikian karena ini dalam waktu yang relatif pendek dengan kejadian di Jogja maka perlu ada evaluasi terhadap pesawat-pesawat yang digunakan latihan oleh Angkatan Udara. Sebab kalau dilihat penerbang baik di Jogja atau di Malang ini adalah penerbang lulusan AU, artinya adalah seseorang dengan kemampuan, kapasitas, dan kapabilitas yang mencukupi untuk menerbangkan pesawat," imbuhnya.
Pemerintah pun melihat kejadian ini dengan serius karena pesawat yang mengalami kecelakaan tergolong pesawat baru. Harus ada evaluasi menyeluruh dalam proses pembelian alutsista.
"Ya, makanya ini kan menunjukkan sesuatu yang perlu dievaluasi dalam sistem alutsista kita, apalagi ini digunakan bukan untuk latihan berat yang bersama-sama tapi ini kan latihan ringan dan ini jatuh," tegas Pramono.
Pesawat Super Tucano jatuh di Kecamatan Blimbing, Malang, Jawa Timur. Pesawat itu jatuh sekitar pukul 10.07 WIB saat melakukan test flight. Belum diketahui penyebab jatuhnya pesawat ini.
Dua bulan sebelumnya, pesawat Golden Eagle T-50 milik TNI jatuh di sekitar landasan militer Bandara Adisucipto Yogyakarta pada Minggu (20/12/2015). Golden Eagle merupakan pesawat tempur yang dikembangkan oleh Korea Aerospace Industries (KAI) dan Lockheed Martin. (Hbb/rvk)
Harga Super Tucano US$ 17,8 Juta, Kenapa Bisa Jatuh?
[Ilustrasi oleh Mindra Purnomo]
Pesawat Super Tucano milik TNI AU jatuh di permukiman warga. Pimpinan Komisi I DPR TB Hasanudin menyebut belum akan melakukan evaluasi terhadap pembelian pesawat buatan Brasil itu.
"Kita tunggu hasil dari penyelidikan, investigasi kenapa (jatuh). Pesawat ini baru maka harus diadakan investigasi secara detail," ungkap TB di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (10/2/2016).
Pesawat produksi perusahaan Brasil, Embraer Defence System, ini jatuh saat sedang uji terbang usai pemeliharaan setelah mencapai 300 jam terbang. TB pun mempertanyakan mengapa pesawat latih taktis ini jatuh, padahal baru saja perawatan.
"Dia kan baru perawatan, kemudian waktu itu dilaksanakan tes terbang. Teorinya ketika selesai pemeliharaan kemudian tes terbang harusnya dalam keadaan kondisi prima tetapi mengapa malah jatuh menukik kemudian terjun bebas," tuturnya.
Dalam kontrak yang dilakukan pada tahun 2010, Indonesia memesan sebanyak 16 unit Super Tucano untuk Skadron 21. Dari 16 pesawat, baru 12 unit yang sudah dikirimkan oleh Brasil.
"Pesawat ini baru selesai reparasi, katakanlah pemeliharaan 300 jam, itu baru 300 jam kan masih singkat (penggunaan), ada apa? Komisi I saya kira selesai dilaksanakan investigasi kemudian kita akan mengundang. Kita akan diskusikan ada apa, pesawat itu kan cukup mahal 8 biji itu Indonesia membayar 143 juta USD untuk 8 unit," beber TB.
Komisi I meminta agar TNI AU dalam melakukan investigasi, haruslah terbuka kepada publik. Informasi yang didapat TB, saat ini investigasi sudah mulai dilakukan.
"Investigasi harus jujur dan terbuka di dalam teknis investigasinya tapi memang ada sebuah kode etik yang tidak bisa dibuka begtu saja. Setahu saya pesawat umum pun seperti itu apalagi pesawat tempur. Khusus untuk jatuhnya pesawat Super Tucano, sekarang sudah mulai dilakukan invetigasi," ujar politisi PDIP tersebut.
Atas nama DPR, khususnya Komisi I, mayjen purnawirawan ini menyampaikan belasungkawa kepada korban. Terutama bagi korban meninggal akibat jatuhnya Super Tucano di Malang itu.
"Kita turut berduka cita atas masyarakat dan juga pilot maupun kopilot (yang jadi korban)," tutup TB. (ear/tor)
Tidak Ada Onderdil Super Tucano yang Jatuh
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Agus Supriyanto menegaskan pesawat Super Tucano yang jatuh di Malang dalam kondisi prima. Dia juga menegaskan tak ada onderdil yang jatuh.
"Tidak ada onderdil jatuh, atau mungkin kursi lontar yang digunakan pilot yang dimaksud," kata Agus dalam jumpa pers di Pangkalan TNI AU Abdulrachman Saleh, Malang, Rabu (10/2/2016).
Pilot pesawat Super Tucano Mayor Pnb Ivy Safatila ditemukan jauh dari lokasi jatuhnya pesawat. Pilot tersebut juga sempat menggunakan kursi pelontar, namun nyawanya tak dapat diselamatkan.
"Pilot ditemukan tewas jauh dari lokasi pesawat jatuh. Begitu juga dengan parasutnya berjarak sekitar 2 kilometer dari pesawat," kata Agus.
Agus menyebut proses evakuasi cukup berat. Saat ditanya terkait kerusakan, Agus memilih untuk menunggu proses penyelidikan.
"Evakuasi cukup berat, kami minta doanya agar lancar," ujar dia.
Informasi soal bagian pesawat yang jatuh disampaikan saksi mata. Mereka melihat ada bagian yang jatuh sebelum bodi pesawat. Diduga kuat, itu adalah kursi lontar. (bag/mad)
Penjelasan Panglima TNI Soal Keberadaan Teknisi di Pesawat Super Tucano yang Jatuh
Teknisi bernama Saiful berada di dalam kokpit pesawat Super Tucano yang jatuh di Malang, Jatim. Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo menjelaskan bahwa keberadaan Saiful karena pesawat tersebut sedang dalam proses test flight.
"Jadi ingat, kalau ini test flight itu maka teknisinya ikut bersama-sama terbang agar mengetahui bagaimana kondisi pesawat, mulai dari start engine sampai dengan di udara. Ini SOP-nya demikian. Jadi kenapa ditanyakan tempat co pilot kok ada (mekanik) karena memang ingin mengetahui ada apa, apa ada suara kemudian ada intrumen-instrumen yang bisa dilihat," kata Gatot di Istana Negara, Jl Veteran, Jakpus, Rabu (10/2/2016).
Pesawat yang dipiloti Mayor Pnb Ivy itu memang tengah menjalani test flight setelah menjalani perawatan rutin usai menempuh jam terbang 300 jam. Namun, Gatot belum tahu penyebab pesawat buatan Brasil itu bisa terjatuh.
"Jadi pada jam 10.30 WIB terjadi kecelakaan pesawat kami, kecelakaan itu pada saat test flight. Maka yang naik ada pilotnya, kemudian dengan mekanik," tutunya.
"Kemudian dia terbang sampai 12 ribu terus turun-turun kemudian di ketinggian 8 ribu, saya belum tahu apa akibatnya kemudian menacap di tanah (jatuh). Sementara keterangan yang saya sampaikan itu. Untuk lebih lanjut sedang diadakan penelitian lebih lanjut," tegas Gatot.
Panglima TNI belum mau berspekulasi penyebab pesawat yang didatangkan pada 2012 bisa mengalami kecelakaan. Gatot meminta agar publik menunggu investigasi yang tengah dijalankan.
"Masalah ini kan semuanya sedang diadakan penelitian. Jadi saya tidak bisa menyampaikan begitu saja. Tapi harus tim investigasi yang meneliti betul apakah ini human eror, apakah teknis dan sebagainya," ujar Gatot. (kha/dra)
Super Tucano Sudah Diproduksi 650 Unit, Baru 1 yang Kecelakaan
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menegaskan tetap akan meneruskan proses pemesanan pesawat Super Tucano dari Brasil, meskipun pagi ini salah satu pesawat Tucano yang dipunyai TNI AU mengalami kecelakaan. Menhan beralasan, dari 650 Unit pesawat Super Tucano yang sudah diproduksi baru satu yang mengalami kecelakaan.
"Ini pesawat baru, 2012, masih 4 tahun. Pembuatan baru juga, tahun 2003. Jadi enggak ada masalah ini sudah memproduksi 650. Laku lah enggak cuma di Indonesia. Ini (kecelakaan) baru pertama kali. Yang (buatan) Korea itu tiga kan (yang kecelakaan), yang di Malaysia 2 dan waktu itu 1 (di Yogya)," kata Menhan di Istana Negara, Jl Veteran, Jakpus, Rabu (10/2/2016).
Oleh karena itu, proses pemesanan akan tetap berlanjut. Apalagi, penyebab jatuhnya pesawat Super Tucano milik TNI AU di Malang pagi ini juga belum diketahui.
"Kita enggak tahu (penyebabnya) dan enggak mau terburu-buru dikejar waktu susah juga. Paling tidak pesawat itu tidak terlalu rumitlah. Diharapkan cepatlah, jadi kalau nanti lama-lama banyak lagi kegiatan lain. Pesawat kan tidak terlalu rumit. Satu atau dua bulan kenapa enggak," jelas Ryamizard.
"Maka lihat dulu, kalau karena mesin harus dibongkar, kalau karena orang atau angin berarti orangnya diperbaiki," tegasnya.
Indonesia sebelumnya memesan pesawat Super Tucano dari perusahaan asal Brasil, Embraer Defence System. Dari 16 yang dipesan, sudah 12 yang sudah dikirimkan. (Hbb/bag)
Pesawat Super Tucano jatuh di Kecamatan Blimbing, Malang, Jawa Timur saat melakukan test flight. Jatuhnya pesawat yang baru didatangkan pada 2014 itu menambah daftar panjang kecelakaan pesawat milik TNI AU. Pemerintah pun meminta agar TNI mengevaluasi pembelian alutsista.
"Kami sudah mendapatkan laporan dari TNI AU mengenai jatuhnya pesawat di Malang dalam rangka latihan setelah terbang hampir satu jam dan ada kemungkinan dari laporan yang ada, ada yang meninggal tapi sekarang baru dikonfirmasi berapa jumlah dan sebagainya," kata Seskab, Pramono Anung di Istana Negara, Jl Veteran, Jakpus, Rabu (10/2/2016).
Pramono menyebutkan, jatuhnya pesawat Super Tucano hanya berselang beberapa bulan dengan peristiwa jatuhnya pesawat Golden Eagle di Yogyakarta. Sehingga, ada yang perlu dievaluasi dalam pengadaan alutsista.
"Yang jelas bahwa ini adalah kejadian yang berikutnya setelah Jogja, maka tentunya ada beberapa hal yang perlu dilakukan perbaikan dalam proses latihan karena kalau memang pesawatnya tidak dalam sedang kondisi yang layak pakai, karena apa yang terjadi di jJgja dan Malang kalau dilihat secara awam ada kemungkinan apakah itu technical error atau human error. Kami menduga, tentunya ini nanti yang akan memberi penjelasan lebih lanjut adalah TNI AU, kemungkinan adalah technical error, ada sesuatu dalam pesawat tersebut," jelas Pramono
"Maka demikian karena ini dalam waktu yang relatif pendek dengan kejadian di Jogja maka perlu ada evaluasi terhadap pesawat-pesawat yang digunakan latihan oleh Angkatan Udara. Sebab kalau dilihat penerbang baik di Jogja atau di Malang ini adalah penerbang lulusan AU, artinya adalah seseorang dengan kemampuan, kapasitas, dan kapabilitas yang mencukupi untuk menerbangkan pesawat," imbuhnya.
Pemerintah pun melihat kejadian ini dengan serius karena pesawat yang mengalami kecelakaan tergolong pesawat baru. Harus ada evaluasi menyeluruh dalam proses pembelian alutsista.
"Ya, makanya ini kan menunjukkan sesuatu yang perlu dievaluasi dalam sistem alutsista kita, apalagi ini digunakan bukan untuk latihan berat yang bersama-sama tapi ini kan latihan ringan dan ini jatuh," tegas Pramono.
Pesawat Super Tucano jatuh di Kecamatan Blimbing, Malang, Jawa Timur. Pesawat itu jatuh sekitar pukul 10.07 WIB saat melakukan test flight. Belum diketahui penyebab jatuhnya pesawat ini.
Dua bulan sebelumnya, pesawat Golden Eagle T-50 milik TNI jatuh di sekitar landasan militer Bandara Adisucipto Yogyakarta pada Minggu (20/12/2015). Golden Eagle merupakan pesawat tempur yang dikembangkan oleh Korea Aerospace Industries (KAI) dan Lockheed Martin. (Hbb/rvk)
Harga Super Tucano US$ 17,8 Juta, Kenapa Bisa Jatuh?
[Ilustrasi oleh Mindra Purnomo]
Pesawat Super Tucano milik TNI AU jatuh di permukiman warga. Pimpinan Komisi I DPR TB Hasanudin menyebut belum akan melakukan evaluasi terhadap pembelian pesawat buatan Brasil itu.
"Kita tunggu hasil dari penyelidikan, investigasi kenapa (jatuh). Pesawat ini baru maka harus diadakan investigasi secara detail," ungkap TB di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (10/2/2016).
Pesawat produksi perusahaan Brasil, Embraer Defence System, ini jatuh saat sedang uji terbang usai pemeliharaan setelah mencapai 300 jam terbang. TB pun mempertanyakan mengapa pesawat latih taktis ini jatuh, padahal baru saja perawatan.
"Dia kan baru perawatan, kemudian waktu itu dilaksanakan tes terbang. Teorinya ketika selesai pemeliharaan kemudian tes terbang harusnya dalam keadaan kondisi prima tetapi mengapa malah jatuh menukik kemudian terjun bebas," tuturnya.
Dalam kontrak yang dilakukan pada tahun 2010, Indonesia memesan sebanyak 16 unit Super Tucano untuk Skadron 21. Dari 16 pesawat, baru 12 unit yang sudah dikirimkan oleh Brasil.
"Pesawat ini baru selesai reparasi, katakanlah pemeliharaan 300 jam, itu baru 300 jam kan masih singkat (penggunaan), ada apa? Komisi I saya kira selesai dilaksanakan investigasi kemudian kita akan mengundang. Kita akan diskusikan ada apa, pesawat itu kan cukup mahal 8 biji itu Indonesia membayar 143 juta USD untuk 8 unit," beber TB.
Komisi I meminta agar TNI AU dalam melakukan investigasi, haruslah terbuka kepada publik. Informasi yang didapat TB, saat ini investigasi sudah mulai dilakukan.
"Investigasi harus jujur dan terbuka di dalam teknis investigasinya tapi memang ada sebuah kode etik yang tidak bisa dibuka begtu saja. Setahu saya pesawat umum pun seperti itu apalagi pesawat tempur. Khusus untuk jatuhnya pesawat Super Tucano, sekarang sudah mulai dilakukan invetigasi," ujar politisi PDIP tersebut.
Atas nama DPR, khususnya Komisi I, mayjen purnawirawan ini menyampaikan belasungkawa kepada korban. Terutama bagi korban meninggal akibat jatuhnya Super Tucano di Malang itu.
"Kita turut berduka cita atas masyarakat dan juga pilot maupun kopilot (yang jadi korban)," tutup TB. (ear/tor)
Tidak Ada Onderdil Super Tucano yang Jatuh
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Agus Supriyanto menegaskan pesawat Super Tucano yang jatuh di Malang dalam kondisi prima. Dia juga menegaskan tak ada onderdil yang jatuh.
"Tidak ada onderdil jatuh, atau mungkin kursi lontar yang digunakan pilot yang dimaksud," kata Agus dalam jumpa pers di Pangkalan TNI AU Abdulrachman Saleh, Malang, Rabu (10/2/2016).
Pilot pesawat Super Tucano Mayor Pnb Ivy Safatila ditemukan jauh dari lokasi jatuhnya pesawat. Pilot tersebut juga sempat menggunakan kursi pelontar, namun nyawanya tak dapat diselamatkan.
"Pilot ditemukan tewas jauh dari lokasi pesawat jatuh. Begitu juga dengan parasutnya berjarak sekitar 2 kilometer dari pesawat," kata Agus.
Agus menyebut proses evakuasi cukup berat. Saat ditanya terkait kerusakan, Agus memilih untuk menunggu proses penyelidikan.
"Evakuasi cukup berat, kami minta doanya agar lancar," ujar dia.
Informasi soal bagian pesawat yang jatuh disampaikan saksi mata. Mereka melihat ada bagian yang jatuh sebelum bodi pesawat. Diduga kuat, itu adalah kursi lontar. (bag/mad)
Penjelasan Panglima TNI Soal Keberadaan Teknisi di Pesawat Super Tucano yang Jatuh
Teknisi bernama Saiful berada di dalam kokpit pesawat Super Tucano yang jatuh di Malang, Jatim. Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo menjelaskan bahwa keberadaan Saiful karena pesawat tersebut sedang dalam proses test flight.
"Jadi ingat, kalau ini test flight itu maka teknisinya ikut bersama-sama terbang agar mengetahui bagaimana kondisi pesawat, mulai dari start engine sampai dengan di udara. Ini SOP-nya demikian. Jadi kenapa ditanyakan tempat co pilot kok ada (mekanik) karena memang ingin mengetahui ada apa, apa ada suara kemudian ada intrumen-instrumen yang bisa dilihat," kata Gatot di Istana Negara, Jl Veteran, Jakpus, Rabu (10/2/2016).
Pesawat yang dipiloti Mayor Pnb Ivy itu memang tengah menjalani test flight setelah menjalani perawatan rutin usai menempuh jam terbang 300 jam. Namun, Gatot belum tahu penyebab pesawat buatan Brasil itu bisa terjatuh.
"Jadi pada jam 10.30 WIB terjadi kecelakaan pesawat kami, kecelakaan itu pada saat test flight. Maka yang naik ada pilotnya, kemudian dengan mekanik," tutunya.
"Kemudian dia terbang sampai 12 ribu terus turun-turun kemudian di ketinggian 8 ribu, saya belum tahu apa akibatnya kemudian menacap di tanah (jatuh). Sementara keterangan yang saya sampaikan itu. Untuk lebih lanjut sedang diadakan penelitian lebih lanjut," tegas Gatot.
Panglima TNI belum mau berspekulasi penyebab pesawat yang didatangkan pada 2012 bisa mengalami kecelakaan. Gatot meminta agar publik menunggu investigasi yang tengah dijalankan.
"Masalah ini kan semuanya sedang diadakan penelitian. Jadi saya tidak bisa menyampaikan begitu saja. Tapi harus tim investigasi yang meneliti betul apakah ini human eror, apakah teknis dan sebagainya," ujar Gatot. (kha/dra)
Super Tucano Sudah Diproduksi 650 Unit, Baru 1 yang Kecelakaan
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menegaskan tetap akan meneruskan proses pemesanan pesawat Super Tucano dari Brasil, meskipun pagi ini salah satu pesawat Tucano yang dipunyai TNI AU mengalami kecelakaan. Menhan beralasan, dari 650 Unit pesawat Super Tucano yang sudah diproduksi baru satu yang mengalami kecelakaan.
"Ini pesawat baru, 2012, masih 4 tahun. Pembuatan baru juga, tahun 2003. Jadi enggak ada masalah ini sudah memproduksi 650. Laku lah enggak cuma di Indonesia. Ini (kecelakaan) baru pertama kali. Yang (buatan) Korea itu tiga kan (yang kecelakaan), yang di Malaysia 2 dan waktu itu 1 (di Yogya)," kata Menhan di Istana Negara, Jl Veteran, Jakpus, Rabu (10/2/2016).
Oleh karena itu, proses pemesanan akan tetap berlanjut. Apalagi, penyebab jatuhnya pesawat Super Tucano milik TNI AU di Malang pagi ini juga belum diketahui.
"Kita enggak tahu (penyebabnya) dan enggak mau terburu-buru dikejar waktu susah juga. Paling tidak pesawat itu tidak terlalu rumitlah. Diharapkan cepatlah, jadi kalau nanti lama-lama banyak lagi kegiatan lain. Pesawat kan tidak terlalu rumit. Satu atau dua bulan kenapa enggak," jelas Ryamizard.
"Maka lihat dulu, kalau karena mesin harus dibongkar, kalau karena orang atau angin berarti orangnya diperbaiki," tegasnya.
Indonesia sebelumnya memesan pesawat Super Tucano dari perusahaan asal Brasil, Embraer Defence System. Dari 16 yang dipesan, sudah 12 yang sudah dikirimkan. (Hbb/bag)
★ detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.